Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Lingkungan

Riset BMKG: Hujan Asam Sering Mengguyur Bogor

Hasil penelitian BMKG, di antaranya menyebutkan pada 2017 hujan asam terjadi sebanyak 39 kali di Bogor dan 30 kali pada 2022.

21 November 2024 | 16.57 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Bandung - Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Stasiun Klimatologi Jawa Barat merilis hasil penelitian terbaru tentang analisis kimia air hujan dan PM2,5 di wilayah Bogor pada kurun waktu 2017-2022 yang mengungkap kondisi hujan asam di wilayah itu.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Hasil penelitian itu, di antaranya menyebutkan pada 2017 hujan asam terjadi sebanyak 39 kali, sedangkan pada 2022 terjadi 30 kali hujan asam. “Termasuk tinggi hujan asamnya,” kata Pengamat Meteorologi dan Geofisika (PMG) Pertama di Stasiun Klimatologi Jawa Barat Intan Sakti Hany Auladiah kepada Tempo, Kamis, 21 November 2024.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Pengambilan sampel air hujan untuk dianalisis itu menggunakan alat khusus yang dipasang di kantor, yaitu Automatic Rain Water Sampler (ARWS). Takaran air hujan yang diambil minimal 50 mililiter per minggu. “Kalau kurang dari itu kita tidak bisa menganalisisnya,” ujar Intan. Karena itu, meskipun dalam setahun ada 52 minggu, tidak setiap pekan ada air hujan di Bogor yang bisa dianalisis sesuai syarat minimal sampel tersebut.

Jika dibandingkan dengan 2017, pada 2022 terjadi penurunan jumlah hujan asam di Bogor, yaitu 30 kali. Menurut Intan, faktor penyebab pengurangan itu adalah fenomena La Nina yang membuat musim menjadi lebih basah. “Peningkatan curah hujan itu bisa menurunkan kejadian hujan asam karena atmosfer banyak tercuci oleh hujan,” kata dia. BMKG menyimpulkan bahwa curah hujan dan intensitas tinggi dapat mengurangi kejadian hujan asam di Bogor.

Nilai pH normal air hujan adalah sekitar 5,6. Semakin kecil nilai pH tandanya air hujan bersifat asam. Sebaliknya ketika nilai pH lebih tinggi dari garis normal, itu jadi pertanda air hujan yang bersifat basa. Adapun nilai pH dari air hujan di Bogor berada dalam rentang 4,5 hingga 6 yang menunjukan kecenderungan hujan asam cukup tinggi.

Selain mengukur tingkat keasaman (pH) air hujan, BMKG juga menganalisis daya hantar listrik, yaitu kemampuan air hujan yang diambil sampel atau contohnya dalam menghantarkan arus listrik. Lonjakan nilai daya hantar listrik atau DHL menunjukkan adanya potensi kontaminasi atau pencemaran udara yang akan mempengaruhi kualitas air hujan.

Semakin banyak kandungan logam pada air hujan semakin tinggi nilai DHL dan semakin tinggi juga potensi air hujan tercemar. “Sumbernya kalau dari pengamatan di Kota Bogor itu kan padat oleh kendaraan bermotor sehingga banyak polusi,” ujar Intan.

Menurut BMKG, ketika DHL meningkat, tingkat keasaman air hujan menurun, dan sebaliknya. Peranan hujan dalam mereduksi tingkat pencemaran udara juga dapat dilihat dari nilai PM2.5 atau partikel halus berdiameter 2,5 mikron yang mengalami penurunan seiring dengan peningkatan curah hujan dan intensitas hujan.

Intan mengatakan warga harus menghindar dari hujan asam demi alasan kesehatan. “Dalam jangka panjang air hujan asam ini bisa menggangu saluran pernapasan,” katanya. Sedangkan dampaknya pada kendaraan misalnya membuat korosi pada bahan metal atau logam.

“Kalau bisa pas hujan berlindung pakai jas hujan, jangan sampai terkena air hujannya secara langsung,” ujar Intan. Air hujan yang asam juga dinilai berbahaya jika dikonsumsi secara langsung karena mengandung antara lain nitrat dan sulfur.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus