Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Peneliti Ahli Utama Pusat Riset Iklim dan Atmosfer (PRIA) Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Trismidianto mengatakan air hujan yang tercampur polutan seperti logam berat, sulfur dioksida, dan nitrogen oksida, air hujan dapat membentuk hujan asam yang berpotensi merusak lingkungan dan infrastruktur.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
“Apa kalian tahu Patung Pancoran Jakarta? Patung tersebut sudah tercemar hujan asam. Hujan asam terjadi karena berbagai faktor lingkungan, termasuk polusi udara dan hujan. Faktor-faktor ini yang menyebabkan korosi pada permukaan patung,” kata Trismidianto, dalam kunjungan ilmiah Institut Teknologi Pagar Alam, di Bandung, Senin, 17 Februari 2025 seperti dikutip dari laman Brin.go.id.
Apa Itu Hujan Asam?
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Dilansir dari laman waste4change.com, hujan asam merupakan suatu fenomena turunnya asam dari atmosfer ke permukaan bumi. Meskipun dinamakan hujan, tetapi fenomena hujan asam ini bukan hanya berbentuk hujan air, melainkan dapat pula terjadi dalam bentuk lain yakni disposisi basah seperti kabut, salju dan butiran es, serta disposisi kering seperti gas, debu, atau partikel padat lainnya.
Hujan asam memiliki kadar pH di bawah 5, sementara pada kondisi normal, air hujan memiliki pH berkisar antara 5 dan 6. Semakin rendah pH air hujan, maka semakin tinggi kadar keasaman hujan dan semakin kuat dampak korosifnya.
Dikutip dari Britannica.com, istilah hujan asam pertama kali digunakan pada 1852 oleh ahli kimia Skotlandia Robert Angus Smith selama penyelidikannya terhadap kimia air hujan di dekat kota-kota industri di Inggris dan Skotlandia. Fenomena itu menjadi bagian penting dari bukunya Air and Rain: The Beginnings of a Chemical Climatology (1872). Baru pada akhir 1960-an dan awal 1970-an, hujan asam diakui sebagai masalah lingkungan regional yang memengaruhi wilayah yang luas di Eropa barat dan Amerika Utara bagian timur.
Sebagai masalah lingkungan global, hujan asam sering kali dibayangi oleh perubahan iklim. Meskipun masalah hujan asam telah berkurang secara signifikan di beberapa wilayah, hujan asam tetap menjadi masalah lingkungan yang penting di dalam dan di wilayah pertanian industri dan industri besar di seluruh dunia.
Penyebab Hujan Asam
Dinukil dari laman Www3.epa.gov, hujan asam disebabkan oleh reaksi kimia yang dimulai ketika senyawa seperti sulfur dioksida dan nitrogen oksida dilepaskan ke udara. Zat-zat ini dapat naik sangat tinggi ke atmosfer, di mana mereka bercampur dan bereaksi dengan air, oksigen, dan bahan kimia lainnya untuk membentuk polutan yang lebih asam, yang dikenal sebagai hujan asam.
Sulfur dioksida dan nitrogen oksida larut dengan sangat mudah dalam air dan dapat dibawa sangat jauh oleh angin. Akibatnya, kedua senyawa tersebut dapat menempuh jarak yang jauh di mana mereka menjadi bagian dari hujan, hujan es, salju, dan kabut.
Aktivitas manusia merupakan penyebab utama hujan asam. Pembangkit listrik melepaskan sebagian besar sulfur dioksida dan sebagian besar nitrogen oksida saat membakar bahan bakar fosil, seperti batu bara, untuk menghasilkan listrik. Selain itu, gas buang dari kendaraan bermotor melepaskan nitrogen oksida dan sulfur dioksida ke udara. Polutan ini menyebabkan hujan asam.
Bahaya Hujan Asam bagi Kesehatan
Menurut laman WebMd, Hujan asam dapat membahayakan kesehatan dengan menghirup partikel dari hujan asam. Jika tubuh terkena asam nitrat dan asam sulfat dengan konsentrasi tinggi, terutama dalam jangka waktu lama, hal ini dapat menyebabkan masalah berikut:
- Iritasi pada mata, kulit, dan selaput lendir dapat berasal dari kontak dengan satu atau kedua asam.
- Cairan di paru-paru,atau edema paru, dapat terjadi jika Anda menghirup asam nitrat.
- Erosi gigi, jika asam mengikis email gigi.
Partikel sulfat dan nitrat yang membuat hujan menjadi asam juga dapat menyebabkan atau memperburuk beberapa masalah berikut:
- Penyakit pernapasan, termasuk bronkitis kronis, pneumonia, dan asma.
- Masalah kardiovaskular, seperti penyakit jantung yang sudah ada.
- Berat badan lahir rendah, yang dapat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak.
- Kanker paru-paru, jika zat kimia di udara yang Anda hirup menyebabkan sel-sel di paru-paru Anda berubah menjadi kanker.
Pilihan Editor: Riset BMKG: Hujan Asam Sering Mengguyur Bogor