Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Kehutanan Raja Juli Antoni meninjau Pusat Penyelamatan Satwa (PPS) di belakang Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Riau, Pekanbaru, pada Jumat, 25 April 2024. Dia tiba sekitar pukul 10.00 dan disambut oleh pegawai serta generasi muda rimbawan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Didampingi Inspektur Jenderal Kemenhut Djoko Poerwanto, Direktur Kawasan Konservasi Sapto Aji Prabowo dan Kepala BBKSDA Riau Supartono, Raja Juli langsung diajak melihat kandang satwa yang dihuni sejumlah primata.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
"Ini sangat bagus. Kolaborasi seperti ini sangat penting di tengah keterbatasan kita. Riau sangat membutuhkan fasilitas seperti ini," kata Raja Juli yang memakai alat pelindung ketika berdiri di tengah-tengah kadang satwa.
Sembari mengelilingi beberapa fasilitas, di tengah perbincangan Raja Juli meminta Yayasan Asari Djojohadikusumo sebagai pengelola Pusat Penyelamatan Satwa untuk mempercepat izin klinik satwa dan mengoptimalkan sebagian area yang masih terbuka untuk pengembangan.
"Saat ini memang masih tahap pembangunan. Fasilitas perawatan akan dikembangkan lagi. Site plane sudah ada, tinggal pembangunan. Masih ada area kosong dari satu hektare (keseluruhan)," kata Site Manager Pengelola Konservasi Riau Ponco Prabowo.
Yayasan Asari Djojohadikusumo, milik Hashim Djojohadikusumo yang juga adik Presiden Prabowo Subianto, membangun PPS di area lebih kurang satu hektare pada 2023. Sebelumnya, kawasan itu merupakan kandang transit satwa yang dikelola BBKSDA Riau.
Saat ini terdapat 16 individu primata, enam individu mamalia dan empat individu aves alias jenis burung atau unggas. Seluruh satwa tersebut diserahkan masyarakat ke BBKSDA Riau karena tergolong dilindungi dan agar dirawat dengan fasilitas yang ada.
PPS itu memiliki dua fasilitas. Fasilitas perawatan meliputi kandang karantina, kandang pemeliharaan, kandang isolasi dan gudang pakan. Selain itu, ada fasilitas kesehatan berupa bangunan klinik dan alat kesehatan.
PPS dioperasikan dengan sembilan sumber daya manusia dan dikomandoi seorang site manager, satu orang admin, satu orang keuangan, satu koordinator pengawas teknis dan dua tenaga medis yang merupakan seorang dokter hewan serta perawat satwa. "Kalau mengikuti jam kerja formal, kami hanya kerja sampai pukul empat sore, tapi 24 jam selalu stand by," ujar Ponco Prabowo.
Satwa yang telah masuk ke PPS biasanya melalui proses karantina terlebih dahulu, maksimal selama dua minggu. Setelah itu akan menjalani medical check up selama satu hari untuk pengambilan sampel dan dikirim ke beberapa laboratorium di Indonesia, salah satunya Pusat Studi Satwa Primata (PSSP) Bogor.
Selanjutnya dari hasil penilaian itu akan diputuskan proses pelepasliaran satwa. Tahun lalu ada dua individu elang brontok, seekor trenggiling dan kucing hutan dikembalikan ke habitatnya.
Saat menengok salah satu ruang fasilitas kesehatan, Raja Juli sempat menyaksikan petugas medis memeriksa seekor burung kakak tua yang diduga terkena virus yang bisa menyebar ke semua satwa unggas. Burung itu baru diserahkan masyarakat dua hari lalu dan masih dalam tahap karantina sembari menunggu hasil pengecekan sampel di laboratorium.
Pilihan Editor: Bahan Kimia dan Limbah B3 PT Elnusa Tanpa Pidana