Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Lingkungan

Top 3 Tekno: Aktivitas Perusahaan Sukanto Tanoto di IKN, Deforestasi Kalimantan, Bencana Akibat Penggundulan Hutan

Tiga artikel terkait IKN menjadi Top 3 Tekno Tempo pada hari ini. Berita terpopuler mengenai aktivitas perusahaan milik Sukanto Tanoto di IKN.

21 Maret 2024 | 08.21 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Top 3 Tekno Berita Hari Ini diisi tiga artikel yang berkaitan dengan pengembangan Ibu Kota Nusantara (IKN) di Kalmantan Timur. Berita terpopuler pertama membahas hilangnya tutupan alam akibat pembangunan Kota Nusantara karena izin ekstraktif yang diobral pemerintah.  Salah satu perizinan dinikmati PT Itci Hutani Manunggal, anak usaha Royal Golden Eagle (RGE) milik taipan Sukanto Tanoto melalui Asia Pacific Resources International Holdings Limited (APRIL) Group. Perusahaan tersebut memegang izin 161.127 hektare untuk menanam eukaliptus dan akasia di wilayah IKN.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Artikel kedua mengenai perhatiani sejumlah lembaga terhadap deforestasi yang timbul selama pengerjaan IKN. Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), contohnya, mendeteksi kekeringan ekstrem di Kalimantan hingga 2033. Greenpeace juga menyatakan sebagian besar hutan dan daerah aliran sungai (DAS) di Pulau Kalimantan telah rusak

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ulasan berita ketiga berkaitan dengan sinyal kerusakan alam di Kalimantan Timur yang ditengarai muncul akibat konstruksi besar-besaran di zona inti IKN. Contoh bahala yang menonjol di sana adalah banjir besar pada Mei 2023 yang merendam mayoritas wilayah Kabupaten Penajam Paser Utara, area berdirinya ibu kota negara yang baru. Perubahan kondisi alam itu terpantau oleh Badan Penerbangan dan Antariksa Amerika Serikat (NASA), serta Nusantara Atlas.

Ketua Tim Pengkampanye Hutan Greenpeace Southeast Asia-Indonesia Arie Rompas menilai sisa hutan alam di Kalimantan akan semakin tergerus di tengah upaya penarikan modal dan dorongan migrasi penduduk ke IKN. “Kami melihat akan ada ancaman deforestasi pada 32.481 hektare hutan alam yang masih tersisa di IKN,” ucap Arie Rompas yang akrab disapa Rio tersebut.

Greenpeace mencatat hilangnya tutupan hutan seluas 55,1 ribu hektare di Kutai Kertanegara dan Penajam Paser Utara—dua kabupaten yang menjadi lokasi IKN—pada 2001-2020. Kondisi itu menciptakan 49,15 juta ton emisi karbondioksida.

Menurut dia, tutupan hutan alam berkurang karena masifnya izin ekstraktif yang sebelumnya diobral pemerintah. Salah satu pemegan izin itu adalah PT Itci Hutani Manunggal, anak usaha Royal Golden Eagle (RGE) atau korporasi taipan Sukanto Tanoto, melalui Asia Pacific Resources International Holdings Limited (APRIL) Group. Perusahaan tersebut memegang izin 161.127 hektare untuk menanam eukaliptus dan akasia di wilayah Ibu Kota Nusantara.

Pada 2011-2020, dari catatan Rio, aktivitas Itci Hutani Manunggal menciptakan deforestasi hutan alam. Perusahaan aktif memanen kayu akasia dan eukaliptus walaupun pemerintah sudah memasukkan wilayah konsesinya sebagai ibu kota. Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) pun sebenarnya sudah mencabut sebagian izin korporasi tersebut untuk kebutuhan IKN.

Pembangunan IKN terus disoroti oleh sejumlah lembaga penelitian. Alasannya adalah dampak deforestasi yang terjadi selama pembangunan Kota Nusantara.  Dengan kondisi tersebut, perubahan iklim dan pemanasan global diprediksi akan berdampak parah di Pulau Kalimantan.

Peneliti dari BRIN mengeluarkan kajian ihwal potensi kekeringan ekstrem di sebagian besar Pulau Kalimantan hingga 2033. Wilayah yang paling terdampak risiko tersebut adalah Kalimantan Timur yang menjadi lokasi berdirinya IKN.

Tim Greenpeace juga sudah lama memantau jejak deforestasi di Borneo—julukan Kalimantan. Karena pembabatan hutan, fungsi DAS juga terkendala, bahkan rusak. “Mayoritas hutan di sana sudah habis dibabat untuk pertambangan batu bara," kata Juru Kampanye Hutan Greenpeace Indonesia, Iqbal Damanik.

Hutan yang sebelumnya digundulkan untuk berdirinya industri proyek itu tak akan bisa lagi tumbuh dengan cepat. Upaya reklamasi yang diklaim sebagai solusi pun, menurut Iqbal, tampak sia-sia untuk waktu dekat.

Kecamatan Sepaku—bagian dari kawasan inti IKN—sudah sejak jauh-jauh hari mengirim peringatan dini dampak penggangsiran lahan. Tanda alam yang muncul, salah satunya berupa banjir besar pada Mei 2023 yang merendam hampir seluruh wilayah di Kabupaten Penajam Paser Utara.

Belakangan, peringatan tersebut digambarkan oleh NASA melalui deteksi potret penggangsiran lahan di kawasan inti. Nusantara Atlas, geo-platform independen milik The TreeMap—sebuah perusahaan teknologi yang berbasis di Prancis—turut merekam laju konstruksi besar-besaran di zona inti ibu kota sejak 2022.

Yayasan Auriga Nusantara sempat menunjukkan data kerusakan daya dukung empat DAS di wilayah inti. Di antaranya pada DAS Pemaluan seluas 601 hektare; Sei Sepaku 1.877 hektare; DAS Sungai Semuntai 1.847 hektare; dan pada DAS Trunen yang memiliki luasan 2.338 hektare.

Pemerintah memproyeksikan total luas daratan IKN bakal mencapai 252.600 hektare ditambah 69.769 hektare wilayah lautan. Pada wilayah daratan, mereka membagi dalam beberapa kawasan. Di antaranya terdapat Wilayah Perencanaan-Kawasan Inti Pusat Pemerintahan (WP-KIPP) seluas 6.671 hektare.

Yohanes Paskalis

Yohanes Paskalis

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus