Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Selama pandemi Covid-19, pemandangan masker yang dibuang, baik di trotoar, di jalan, atau di tempat sampah sering terlihat. Kondisi ini telah menjadi simbol universal dari pandemi yang sedang berlangsung di seluruh dunia. Pencemaran akibat limbah medis selama dua tahun terakhir telah menjadi masalah, masker bukan satu-satunya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) baru-baru ini mengungkapkan bahwa puluhan ribu ton limbah medis tambahan dari penanganan terhadap pandemi Covid-19 telah membebani sistem pengelolaan limbah layanan kesehatan di seluruh dunia. Menurut WHO berdasarkan analisis global limbah layanan kesehatan dalam konteks Covid-19, sampah plastik limbah medis mengancam kesehatan manusia dan lingkungan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Selain itu, kebutuhan mendesak akan perlengkapan medis meningkatkan produksi plastik. Kondisi ini menyebabkan kebutuhan akan pengelolaan limbah meningkat. Kepala WHO, Tedros Adhanom Ghebreyesus mengatakan analisis tersebut merupakan pengingat bahwa selain masalah kesehatan, banyak tantangan lain yang harus dihadapi oleh negara di dunia selama pandemi.
“(Analisis ini) merupakan pengingat bahwa meskipun pandemi adalah krisis kesehatan paling parah dalam satu abad, namun terkait dengan banyak tantangan lain yang dihadapi negara-negara,” katanya, seperti dikutip dari laman Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).
Menurut analisis global WHO, selama Maret 2020 hingga November 2021 setidaknya telah terdapat 87 ribu ton alat pelindung diri (APD) yang disalurkan di seluruh dunia. Sebagian besar peralatan ini diperkirakan akan berakhir sebagai limbah. Jumlah tersebut belum termasuk limbah masker sekali pakai yang digunakan oleh masyarakat.
Selain APD, analisis tersebut juga menunjukkan bahwa selama pandemi lebih dari 140 juta alat uji telah digunakan. Limbah medis tersebut berpotensi menghasilkan 2.6 ribu ton limbah plastik, dan 731 ribu liter limbah kimia, yang setara dengan sepertiga kolam renang ukuran Olimpiade. Vaksinasi juga turut andil menyumbangkan pencemaran limbah medis, lebih dari 8 miliar dosis vaksin telah diberikan secara global dan menghasilkan 144 ribu ton limbah tambahan dalam bentuk jarum suntik, jarum, dan kotak pengaman.
PBB dan WHO terlalu fokus mengatasi pencegahan penyebaran virus Covid, sementara perhatian terhadap pengelolaan limbah yang aman dan berkelanjutan berkurang. Direktur Eksekutif Program Kedaruratan Kesehatan WHO, Michael Ryan, mengatakan penanganan pencemaran limbah medis sangat penting untuk melindungi baik tenaga kesehatan maupun masyarakat, dari kemungkinan penularan lewat limbah medis. “Penting untuk memastikan bahwa perlindungan tersebut dapat digunakan dengan aman tanpa berdampak pada lingkungan sekitar,” kata dia.
Masih menurut analisis WHO, saat ini, 30 persen fasilitas kesehatan, dan 60 persen dari persentase tersebut berada di negara kurang berkembang, tidak dilengkapi untuk menangani limbah medis. Masyarakat yang tinggal di dekat tempat pembuangan sampah medis yang tidak dikelola dengan baik, dapat terpengaruh oleh udara yang terkontaminasi dari sampah yang terbakar, kualitas air buruk, atau hama pembawa penyakit.
HENDRIK KHOIRUL MUHID
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.