Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Juru bicara Satgas Covid-19, Wiku Adisasmito, mengingatkan kepada masyarakat yang melakukan tes Covid-19 secara mandiri untuk mengolah limbah medis secara berhati-hati. Wiku mengatakan, saat ini banyak masyarakat yang mulai melakukan tes Covid-19 secara mandiri menggunakan alat swab yang dijual di media sosial.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Jika masyarakat memilih untuk melakukan testing mandiri, pastikan sudah cukup handal melakukannya dan pertimbangkan pula pengelolaan limbah medis setelah menggunakannya," ujar Wiku dalam keterangannya, Jumat, 18 Maret 2022.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Wiku mengatakan, penggunaan alat swab test mandiri sudah diperbolehkan menyusul panduan yang telah diterbitkan oleh badan kesehatan dunia atau WHO. Namun, Wiku mengatakan praktik ini memerlukan kehati-hatian karena dapat menimbulkan luka pada area pernapasan.
"Harus dipastikan alat yang dibeli terdaftar secara resmi izin edarnya dari Kementerian Kesehatan. Demi menjamin kualitas dan akurasinya," kata Wiku.
Wiku mengatakan pemerintah sangat terbuka dengan berbagai upaya yang dapat meningkatkan aksesibilitas testing yang merata bagi masyarakat. Ia berharap akan lebih banyak peneliti dan inovator di Indonesia berlomba-lomba menghasilkan alat skrining maupun diagnostik Covid-19 yang lebih mudah digunakan.
Sebelumnya, Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin mengatakan bakal mulai menertibkan penjualan alat tes antigen Covid-19 mandiri yang dijual secara eceran atau per boks di aplikasi e-commerce. Alat tes Covid-19 itu laris manis karena harganya yang terbilang murah dan masyarakat dapat melakukan tes secara mandiri.
"Untuk tes PCR yang dilakukan di rumah, kami sekarang sedang rapikan. Kami juga tidak mau semua menjual barang-barang ini sehingga kasihan konsumennya," ujar Budi.
Meski murah, Budi mengatakan tidak semua alat antigen yang dijual di toko online abal-abal. Pihaknya bahkan sudah melakukan pengecekan untuk beberapa merek dan hasilnya cukup akurat.
"Sudah kami tes beberapa dan memang sudah layak. Akan kami umumkan (mereknya) secara terbuka dari Kemenkes," ujar Budi.
Dari pantauan Tempo di beberapa e-commerce, penjualan tes antigen eceran memang diminati masyarakat terlihat dari jumlah penjualan yang mencapai ribuan. Apalagi, harga satu alat hanya Rp19.000 dan jauh lebih murah dibandingkan tes di klinik yang biayanya mencapai Rp40 - 85 ribu per tes.
M JULNIS FIRMANSYAH