Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Lingkungan

Yang langka makin dilindungi

Produksi buah-buahan dki jakarta semakin merosot. banyak kebun buah-buahan jadi daerah pemukiman. untuk mengatasi kepunahan, gubernur tjokropranolo mewajibkan penduduk melindungi pohon yang mulai langka. (ling)

17 Juli 1982 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

LAGU jenaka "Papaya Cha-cha-cha" pernah berkumandang, menyanjung kelimpahan buah-buahan di Jakarta. Sebutkan saja buah apa, pasti ada di Pasar Minggu. "Setalen, tuan boleh angkat," nyanyi Adikarso, penyanyi populer di awal 1960-an. Tetapi jangankan setalen, Rp 250 kini belum tentu cukup untuk membayar seikat rambutan Rapiah, yang besar pula kemungkinan berasal dari luar Jakarta. Lima tahun terakhir, setiap hari puluhan truk berisi buah-buahan dari Jawa Timur, Jawa Tengah dan kawasan sekitar Jakarta, tumpah di beberapa pasar. Belum lagi ribuan kilo apel dan anggur asal luar negeri, yang harganya bahkan lebih murah ketimbang mangga Probolinggo atau salak Bali. Akibatnya, harga buah-buahan di Jakarta melambung tinggi, sementara banyak kebun buah-buahan berubah jadi daerah pemukiman. Setiap tahunnya produksi buah-buahan di DKI merosot 2,5%, demikian pengamatan Ir. Rini Soeroyo, Kepala Dinas Pertanian DKI Jakarta. Penduduk DKI yang kini hampir 6 juta, "lebih banyak memerlukan tempat berteduh," kata Rini. Diambilnya contoh daerah Condet. Dulu terkenal dengan hasil buahnya, kini bermunculan bangunan mewah. Untuk, menggalakkan penanaman buah-buahan Dinas Pertanian DKI sering mengadakan pameran pohon buah-buahan, misalnya dalam Festival Juni 1982 yang baru saja usai di Ancol. Bagi siapa saja yang ingin memperbanyak koleksi tanaman buahnya di pekarangan rumah, Dinas Pertanian malah akan memberikan bibitnya dengan cuma-cuma. "Gratis," kata Rini lagi, "asal tidak untuk kebun. "Penanaman kembali secara luas itu meliputi beberapa jenis pohon yang kini tergolong tanaman langka seperti rambutan Rapiah (Nephelium lappaceum, Rapiah) dan durian Sitokong (Durio zebethinus, Sitokong) yang rasanya legit, tebal dan bijinya kecil. Untuk mengatasi kepunahan tersebut, Gubernur DKI Tjokropranolo telah menandatangani SK No. 236 yang mewajibkan penduduk melindungi dan mengamankan sejumlah pohon buah-buahan yang mulai langka di DKI Jakarta SK tersebut mencatumkan 33 jenis buah-buahan yang kini lebih banyak terdapat di buku-buku botani, ketimbang di pasar. Antara lain buah menteng (Baccaurea racemosa), kemang (Mangifera caesia), yang kini lebih sering disebut dan dikenal sebagai daerah pemukiman mentereng di DKI. Rini menyatakan jumlah tanaman yang dilindungi itu tldak hanya terbatas 33 jenis saja, jenis yang sementara ini telah diinventarisasi. "Kami masih terus mencari jenis tanaman langka lainnya untuk dilindungi," ujarnya. Dia mengharapkan masyarakat ramai yang menemukan atau memiliki pohon langka agar memberitahukannya. Sub Perlindungan Tanaman akan merangsang pemilik pohon dengan pupuk, obat-obatan secara cuma-cuma, semampu program Dinas Pertanian DKI. Program jangka panjang Dinas Pertanian DKI ingin membuat Jakarta tidak hanya indah, tetapi juga hijau dan berproduktif. Dalam SK tersebut dicantumkan berbagai jenis buah yang diduga masih banyak (tetapi mahal) dan dijaga kelestariannya. Program jangka pendek ialah selain meningkatkan produksi buah agar terlepas dari ketergantungan, juga mengadakan penyuluhan. Mulai dari petani buah sampai ke ibu-ibu pencinta tanaman dihimbau agar memanfaatkan pekarangan rumah. "Anjuran dan penyuluhan ini sangat baik," ujar Henny Guntur, menantu almarhum Bung Karno. Di pekarangannya di Cempaka Putih, ada 150 jenis tanaman "dan seratus jenis lagi masih di pot," ujarnya. Henny telah 3 kali memenangkan lomba pameran tanaman langka di DKI, dan dia memiliki seluruh jumlah yang kini baru diinventarisasi DKI. Antara lain mangga durih, rambutan Sibabat, sirsak mentega, jambu lonceng. Dia memiliki pula durian Lai dari Kalimantan dan kenari babi dari Ambon. Khusus kenari babi ini, di Kebun Raya Bogor -- tempat Henny punya hubungan kerja sama baik -- cuma tinggal 1 pohon saja. PIHAK DKI sendiri baru di tahun 1980 melakukan pembibitan tanaman langka. Kebun bibitnya seluas 4,6 ha. "Untuk pembibitan, diperlukan waktu 18 bulan," ujar Rini kembali. Pembibitan melalui biji (seeding) biasanya untuk tujuan penghijauan. Sedangkan yang melalui okulasi, "hingga sekarang telah disebarkan sebanyak 68.000 bibit kepada masyarakat secara cuma-cuma," ujarnya lagi. Peminat tanaman langka ini masih kurang. "Kebanyakan karena mereka tidak mau menunggu sampai jangka waktu 7 tahun untuk bisa diambil belahnya," kata Rini. Kesulitan yang dihadapi Dinas Pertanian ialah mencari tanaman induk untuk diokulasi. Maka Dinas Pertanian melakukan kerjasama yang baik misalnya dengan Pak Jimat. (lihat "Toko Jimat Tetap Dicari"). Meskipun terlambat, SK untuk melindungi tanaman langka ini sudah keluar. Tapi sanksi belum jelas kalau ada pelanggaran, seperti penebangan tanpa izin. Menurut Rini, fungsi sosial tanaman buah belumlah sama dengan fungsi sosial sawah, yang sudah ditetapkan dalam undang-undang agraria. Bagi mereka yang akan menebang pohon, dianjurkan supaya mencangkok atau menyetek pohon tersebut terlebih dulu.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus