BAGI pencari bibit tanaman buahbuahan, nama Jimat bisa
diandalkan. Sejak 1 Oktober 1959, "toko"nya di dekat rel KA
Jakarta-Bogor di Pasar Minggu banyak dicari orang.
Jimat dulu menjabat Kepala Urusan Tanaman Pekarangan dan
Buah-buahan. Kemudian mempekerjakan beberapa rekan
seperjuangannya, Jimat mendapat fasilitas dari Legiun Veteran.
Sayang, tokoh yang berkecimpung di bidang pohon cangkok, bibit
sayur, peralatan pertanian dan obat-obatan tanaman ini kini
telah tiada. Pak Jimat meninggal dunia dalam September 1978.
Tetapi nama Jimat tetap sebagai trade mark pohon cangkok yang
tidak menipu pembeli. Usahanya kini dipegang oleh anaknya, R.
Deden Syifullah. "Pohon pembibitan kami ada di Sukabumi (2 ha)
dan Depok (1,5 ha)," ujar Ny. Deden.
Menantu Pak Jimat ini rnemang mengakui bahwa semenjak
meninggalnya sang mertua, usaha pembibitan menjadi mundur. Sang
mertua dulu, katanya, banyak mempunyai relasi dan banyak
mengerjakan gardening dari pohon hias dan buah-buahan untuk
perusahaan atau hotel.
"Sekarang sih, cuma jual bibit saja," ujar sang mantu. Mungkin
Deden tidak setelaten sang ayah berusaha. Meskipun begitu, nama
Jimat tetap berazimat untuk anak cucunya. "Paling tidak per
bulan kami menjual sekitar 750 pohon," ujar Ny. Deden.
Memang nama Jimat telah terkenal. Baru-baru ini, Pulau Batam
dalam rangka penghijauan, mengambil banyak sekali duren Bangkok,
rambutan Rapiah kelapa hibrida dan Jimat. Harga rambutan Rapiah
yang tingginya 50-75 cm, sekitar Rp 2.500/pohon, dengan garansi
3 bulan. Duren Bangkok dijualnya sampai Rp 30.000. Karena itu,
seperti yang dikatakan Dadeng, karyawan Jimat "Kebanyakan yang
membeli bibit di sini orang elite, karena pakai sedan semua."
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini