Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Bisnis

Siaran langsung dan "bagadang"

Melalui koran malay mail, dana dari para pembacanya terkumpul. rakyat malaysia bisa menikmati siaran langsung dari pertandingan piala dunia '82 di spanyol. (md)

17 Juli 1982 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

SELURUHNYA 52 pertandingan berlangsung selama turnamen Piala Dunia di Spanyol. Hanya 3 saja yang disiarkan TVRI secara langsung, karena anggarannya yang terbatas. Dari sponsor (pemasang iklan) sudah tak bisa lagi dana diharapkan. Radio dan Televisi Malaysia (RTM) masih beruntung dapat menyiarkan iklan. Maka pihak sponsor di sana memungkinkan siaran langsung sebanyak 4 kali. Tapi para penggemar sepakbola Malaysia menghendakinya lebih banyak. Walaupun ada beberapa tambahan siaran rekaman video, mereka tak puas. Apa akal? Syahdan, seorang karyawan perusahaan asuransi di Kualalumpur, Peter Teo, suatu hari membahas dengan rekan-rekannya betapa kesulitan RTM mengumpulkan sponsor. Biasanya industri sigaret bersedia segera jadi sponsor utama untuk RTM menyiarkan langsung suatu kejadian internasional. Tapi RTM sudah tidak boleh menyiarkan lagi iklan rokok sejak 1 April lalu. Lantas Tiba-tiba Peter Teo melihat Malay Mail. Koran berbahasa Inggris itu menampung keluhan dan gagasan pembaca, lewat ruangan khusus Hotline (telepon 443002). "Kalau setiap pecinta sepakbola di Malaysia menyumbang seringgit (M$ 1) saja," kata Teo kemudian pada Ratan Singh, pengelola Hotline itu, "RTM tak perlu susah-payah lagi mencari sponsor." Akur, Malay Mail menghimbau pembacanya supaya menyumbang. Dan dibuka people's live telecast fund (dana siaran langsung dari kantung rakyat) -- semacam "dompet" di koran itu. Pertama-tama seorang bocah, Jason Lim Soo Boon, mengeluarkan semua isi celengannya, M$ 12.80. Dengan tambahan sedikit dari ayahnya, anak itu akhirnya tercatat menyumbang M$ 14.00. Kemudian menyusul tiap hari sumbangan dari segenap lapisan masyarakat, termasuk anggota parlemen. Bahkan datang kiriman dari Yang Dipertuan Agon (M$ 1.000). PM Mahathir Mohamad (M$ 200) dan Deputi PM Datuk Musa Hitam (M$ 150). Akhirnya, menurut Ratan Singh, sebanyak M$ 220.000 telah diserahkan pada RTM, ternyata cukup untuk membiayai empat kali siaran langsung dari Spanyol. Masih ada bersisa dalam "dompet" itu. Para pembaca Malay Mail masih akan menetapkan penggunaan sisa uang sumbangan itu. Ada yang mengusulkan untuk membiayai siaran RTM dalam turnamen Piala Dunia 1986. Siaran langsung via RTM itu ternyata dinikmati juga oleh penduduk Indonesia di pantai timur Sumatera dan Kepulauan Riau. Sesuatu yang belum ada waktu itu dari TVRI. Rencana siaran kejuaraan Piala Dunia 1982 itu sudah dibahas oleh seluruh jaringan televisi dan radio sejak pertemuan 1979. Indonesia (TVRI dan RRI) yang masuk kelompok ABU (Asia Broadcasting Unit), zona Asia Pasifik, sejak semula merencanakan tiga saja (semi final dan final) siaran langsung. Tiap pertandingan yang disiarkan langsung meminta waktu pemakaian satelit selama 135 menit -- dua kali up link (dari sumber siaran ke satelit), dan dua kali pula down link (dari satelit ke stasiun bumi. Pembayarannya untuk 10 menit pertama US$ 850, kemudian tiap menit US$ 30. "Jadi, hitung saja kita harus membayar berapa," kata Alex Leo, Kepala stasiun TVRI Jakarta, "dan jangan lupa angka-angka itu kita kalikan dua." Bila memakai rekaman, katanya, biaya satelit dapat dipikul bersama antara sesama 29 anggota ABU. Dan ABU membayar kepada FIFA sekitar Rp 1,35 milyar untuk hak siaran. Sedang TVRI membayar kepada ABU sekitar Rp 15 juta. Tapi terlepas dari soal biaya, siaran langsung itu tidak mungkin bisa diselenggarakan TVRI terlalu sering sampai jauh malam. Kalau di Spanyol main pukul 19.00 di WIB pukul 01.00 dan WIT pukul 03.0(). "Kasihan penonton yang harus bekerja lagi pada paginya," kata sumber TVRI. Yang Dipertuan Agong, sultan yang begitu gemar olahraga, dikabarkan sangat mengurangi tidurnya untuk menyaksikan siaran langsung maupun rekaman televisi. "Biasanya saya tidak menaruh perhatian pada olahraga," kata PM Mahathir pula. "Tapi kali ini berbeda." Dia rupanya juga bagadang untuk menonton pertandingan di Spanyol itu.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus