SELURUHNYA 52 pertandingan berlangsung selama turnamen Piala
Dunia di Spanyol. Hanya 3 saja yang disiarkan TVRI secara
langsung, karena anggarannya yang terbatas. Dari sponsor
(pemasang iklan) sudah tak bisa lagi dana diharapkan.
Radio dan Televisi Malaysia (RTM) masih beruntung dapat
menyiarkan iklan. Maka pihak sponsor di sana memungkinkan siaran
langsung sebanyak 4 kali. Tapi para penggemar sepakbola Malaysia
menghendakinya lebih banyak. Walaupun ada beberapa tambahan
siaran rekaman video, mereka tak puas.
Apa akal? Syahdan, seorang karyawan perusahaan asuransi di
Kualalumpur, Peter Teo, suatu hari membahas dengan
rekan-rekannya betapa kesulitan RTM mengumpulkan sponsor.
Biasanya industri sigaret bersedia segera jadi sponsor utama
untuk RTM menyiarkan langsung suatu kejadian internasional. Tapi
RTM sudah tidak boleh menyiarkan lagi iklan rokok sejak 1 April
lalu.
Lantas Tiba-tiba Peter Teo melihat Malay Mail. Koran berbahasa
Inggris itu menampung keluhan dan gagasan pembaca, lewat ruangan
khusus Hotline (telepon 443002). "Kalau setiap pecinta sepakbola
di Malaysia menyumbang seringgit (M$ 1) saja," kata Teo kemudian
pada Ratan Singh, pengelola Hotline itu, "RTM tak perlu
susah-payah lagi mencari sponsor."
Akur, Malay Mail menghimbau pembacanya supaya menyumbang. Dan
dibuka people's live telecast fund (dana siaran langsung dari
kantung rakyat) -- semacam "dompet" di koran itu. Pertama-tama
seorang bocah, Jason Lim Soo Boon, mengeluarkan semua isi
celengannya, M$ 12.80. Dengan tambahan sedikit dari ayahnya,
anak itu akhirnya tercatat menyumbang M$ 14.00.
Kemudian menyusul tiap hari sumbangan dari segenap lapisan
masyarakat, termasuk anggota parlemen. Bahkan datang kiriman
dari Yang Dipertuan Agon (M$ 1.000). PM Mahathir Mohamad (M$
200) dan Deputi PM Datuk Musa Hitam (M$ 150).
Akhirnya, menurut Ratan Singh, sebanyak M$ 220.000 telah
diserahkan pada RTM, ternyata cukup untuk membiayai empat kali
siaran langsung dari Spanyol. Masih ada bersisa dalam "dompet"
itu. Para pembaca Malay Mail masih akan menetapkan penggunaan
sisa uang sumbangan itu. Ada yang mengusulkan untuk membiayai
siaran RTM dalam turnamen Piala Dunia 1986.
Siaran langsung via RTM itu ternyata dinikmati juga oleh
penduduk Indonesia di pantai timur Sumatera dan Kepulauan Riau.
Sesuatu yang belum ada waktu itu dari TVRI.
Rencana siaran kejuaraan Piala Dunia 1982 itu sudah dibahas oleh
seluruh jaringan televisi dan radio sejak pertemuan 1979.
Indonesia (TVRI dan RRI) yang masuk kelompok ABU (Asia
Broadcasting Unit), zona Asia Pasifik, sejak semula
merencanakan tiga saja (semi final dan final) siaran langsung.
Tiap pertandingan yang disiarkan langsung meminta waktu
pemakaian satelit selama 135 menit -- dua kali up link (dari
sumber siaran ke satelit), dan dua kali pula down link (dari
satelit ke stasiun bumi. Pembayarannya untuk 10 menit pertama
US$ 850, kemudian tiap menit US$ 30. "Jadi, hitung saja kita
harus membayar berapa," kata Alex Leo, Kepala stasiun TVRI
Jakarta, "dan jangan lupa angka-angka itu kita kalikan dua."
Bila memakai rekaman, katanya, biaya satelit dapat dipikul
bersama antara sesama 29 anggota ABU. Dan ABU membayar kepada
FIFA sekitar Rp 1,35 milyar untuk hak siaran. Sedang TVRI
membayar kepada ABU sekitar Rp 15 juta.
Tapi terlepas dari soal biaya, siaran langsung itu tidak mungkin
bisa diselenggarakan TVRI terlalu sering sampai jauh malam.
Kalau di Spanyol main pukul 19.00 di WIB pukul 01.00 dan WIT
pukul 03.0(). "Kasihan penonton yang harus bekerja lagi pada
paginya," kata sumber TVRI.
Yang Dipertuan Agong, sultan yang begitu gemar olahraga,
dikabarkan sangat mengurangi tidurnya untuk menyaksikan siaran
langsung maupun rekaman televisi. "Biasanya saya tidak menaruh
perhatian pada olahraga," kata PM Mahathir pula. "Tapi kali ini
berbeda." Dia rupanya juga bagadang untuk menonton pertandingan
di Spanyol itu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini