Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Halo, pembaca nawala Cek Fakta Tempo!
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baru-baru ini, kabar mengenai masuknya Human Metapneumovirus alias HMPV ke Indonesia ramai diperbincangkan di media sosial maupun pemberitaan. Ingatan kita pasti langsung terlempar kembali pada bayangan pandemi Covid-19 hampir 5 tahun silam. Narasi yang muncul di antara warganet seketika terbelah: antara “jangan panik” dan “jangan meremehkan”. Apa saja yang sebaiknya kita ketahui soal virus ini?
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Apakah Anda menerima nawala ini dari teman dan bukan dari e-mail Tempo? Daftarkan surel di sini untuk berlangganan.
Viral HMPV, Cermati Mana yang Fakta dan Mana yang Hoaks
Video yang memperlihatkan pasien membludak di rumah sakit Cina–tanpa informasi lokasi dan tanggal–menebarkan asumsi di kalangan warganet Indonesia. Tak sedikit yang menambahkan narasi bahwa Human Metapneumovirus atau HMPV ini lagi-lagi akan muncul dari Dataran Tiongkok seperti pandemi Covid-19 silam. Berdasarkan temuan tim Cek Fakta Tempo, setidaknya ada 3 pola narasi yang beredar dan memuat kabar yang menyesatkan.
Hoaks 1: HMPV adalah virus baru dari Cina
Fakta: Sudah ditemukan pada tahun 2001 di Belanda
Berdasarkan penelitian dan media kredibel, hasil verifikasi Tempo menunjukkan bahwa HMPV bukanlah virus baru, melainkan telah beredar di populasi manusia selama 66 tahun terakhir. Virus ini pertama kali diidentifikasi pada 2001 oleh peneliti di Belanda melalui sampel nasofaring dari 28 anak yang mengalami penyakit pernapasan. Namun, studi retrospektif mengungkapkan bahwa antibodi terhadap HMPV telah ditemukan pada individu di Belanda sejak 1958, mengindikasikan penyebaran virus jauh sebelum identifikasinya.
Berbagai studi internasional memperkuat keberadaan HMPV dalam populasi manusia sebelum tahun 2000. Penelitian di Kanada mendeteksi HMPV dalam spesimen pasien dengan penyakit pernapasan antara 1993 hingga 2001. Sementara itu, studi di Amerika Serikat menemukan keberadaan virus ini dalam spesimen pasien yang dikumpulkan sejak 1976 hingga 2001, menunjukkan penyebarannya yang meluas di berbagai negara.
Hingga kini, HMPV telah menyebar ke banyak wilayah, termasuk Amerika, Australia, Kanada, Afrika, dan Eropa. Penemuan dan studi retrospektif ini menunjukkan bahwa HMPV memiliki sejarah panjang dalam menginfeksi manusia, meskipun baru teridentifikasi secara ilmiah pada awal abad ke-21.
Hoaks 2: HMPV adalah virus yang mematikan dan bakal seperti pandemi Covid-19
Fakta: HMPV mirip flu biasa, tapi berbeda dengan Covid-19
Dilansir Tempo, Menteri Kesehatan, Budi Gunadi Sadikin, menyatakan bahwa HMPV telah lama ditemukan di Indonesia, dan sejumlah kasus terdeteksi pada anak-anak berdasarkan data beberapa laboratorium. Berbeda dengan Covid-19 yang merupakan virus baru, HMPV adalah virus lama yang menyerupai flu biasa, dengan sistem imunitas manusia yang telah mengenalnya dan mampu meresponsnya dengan baik.
Budi menegaskan bahwa HMPV bukanlah virus mematikan, melainkan memiliki gejala seperti batuk, demam, pilek, dan sesak napas, yang umumnya sembuh dengan sendirinya tanpa perawatan khusus. Virus ini telah beredar secara global sejak 2001 dan menyebar melalui droplet, serupa dengan penularan flu lainnya.
Hoaks 3: Dampak HMPV sama seperti Covid-19 dan bisa jadi pandemi berikutnya
Fakta: HMPV berasal dari famili berbeda dengan Covid-19
Kepada Tempo, Epidemiolog Universitas Airlangga, Muhammad Atoillah Isfandiari, menjelaskan bahwa Human Metapneumovirus (HMPV), berasal dari famili virus yang berbeda, yaitu Paramyxoviridae yang sama dengan virus campak (morbili) atau virus gondongan. Sedangkan SARS-CoV-2, penyebab Covid-19, berasal dari famili Coronaviridae. Meski keduanya menular melalui saluran napas dengan gejala serupa seperti batuk, pilek, dan demam, karakteristik biologis mereka berbeda. SARS-CoV-2 dapat memicu badai sitokin, yang menyebabkan kerusakan jaringan luas melalui mekanisme apoptosis sel sehat, sementara HMPV tidak memiliki dampak destruktif serupa.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyebut sebuah wabah dinyatakan sebagai pandemi apabila terdapat penyakit baru yang muncul pada suatu populasi, lalu menyebabkan penyakit serius pada manusia dan dengan mudah menyebar dari satu orang ke orang lainnya. Menurut Direktur Penyakit Menular di Mater Health Services di Brisbane, Paul Griffin, pelajaran penting yang dapat diambil (dari pandemi) adalah bagaimana mengurangi penyebaran, terutama karena kita tidak memiliki vaksin atau obat antiviral untuk HMPV.
“Saya rasa kita tidak perlu terlalu khawatir tentang pandemi dengan virus ini, tapi lonjakan kasus dan dampak yang ditimbulkannya memang cukup signifikan,” kata dia seperti dikutip dari The Guardian, pada 7 Januari 2025.
Cara menjaga diri agar tak tertular HMPV
Meski setiap tahun kasus HMPV ditemukan pada musim dingin, masyarakat harus tetap waspada, khususnya kelompok anak-anak dan lansia yang rentan terhadap virus ini. Anak-anak dan lansia lebih rentan tertular karena status imunitas mereka lebih rendah dari kelompok usia produktif.
Dilansir Tempo, berikut beberapa langkah pencegahan yang bisa kita lakukan menurut penjelasan Wakil Dekan II Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) Unair, Muhammad Atoillah Isfandiari:
- Menghindari berdekatan dengan orang yang sedang menunjukkan gejala batuk, bersin, pilek, dan demam
- Menggunakan masker di tempat ramai.
- Hindari kontak dengan orang yang sedang sakit
- Jaga pola tidur serta asupan protein
Ada Apa Pekan Ini?
Dalam sepekan terakhir, klaim yang beredar di media sosial memiliki beragam isu, namun didominasi isu kesehatan terkait HMPV. Buka tautannya ke kanal Cek Fakta Tempo untuk membaca hasil periksa fakta berikut:
- Benarkah HMPV adalah Virus Baru?
- Benarkah HMPV Adalah Virus yang Berasal dari Cina?
- Benarkah Pendiri World Economic Forum Rancang Cyber Attack Pandemic sebagai Plandemi?
- Benarkah Indonesia Dapat Atasi Pandemi Jika Keluar dari WHO?
Kenal seseorang yang tertarik dengan isu disinformasi? Teruskan nawala ini ke surel mereka. Punya kritik, saran, atau sekadar ingin bertukar gagasan? Layangkan ke sini. Ingin mengecek fakta dari informasi atau klaim yang anda terima? Hubungi Tipline kami.
Ikuti kami di media sosial: