Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Drama pemilihan kepala daerah atau pilkada Jakarta berakhir dengan kemenangan Pramono Anung-Rano Karno. Lawan mereka, Ridwan Kamil-Suswono, batal menggugat hasil pilkada ke Mahkamah Konstitusi. Padahal, kubu Ridwan-Suswono kerap meneriakkan berbagai kecurangan dan meyakini pilkada Jakarta bakal berjalan dua putaran.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Batalnya gugatan ditengarai disebabkan instruksi dari Presiden Prabowo Subianto. Prabowo semula mendukung skenario pilkada Jakarta dua putaran seperti yang diinginkan oleh pendahulunya, Joko Widodo. Lantas apa yang membuat Prabowo berubah pikiran dan merelakan Jakarta tak dikuasai oleh Koalisi Indonesia Maju?
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Sepanjang pekan lalu, wartawan Tempo menemui sejumlah narasumber yang mengetahui cerita di balik kemenangan Pramono-Rano. Dari para narasumber itu kami mengetahui bahwa Prabowo mempertimbangkan berbagai risiko untuk melanjutkan skenario dua putaran pilkada Jakarta. Hampir tak ada solusi untuk menggagalkan kemenangan Pramono-Rano.
Diam-diam, Prabowo juga berkomunikasi dengan Pramono Anung. Ia juga mengirim pesan kepada Ketua Umum Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan Megawati Soekarnoputri. Sedangkan untuk Ridwan Kamil, Prabowo menyiapkan jabatan untuk mantan Gubernur Jawa Barat itu.
Di balik kemenangan Pramono-Rano, tim kampanye pasangan itu menyiapkan strategi khusus. Mereka berupaya merangkul pemilih dari berbagai kalangan. Sejumlah narasumber di lingkaran dekat Pramono-Rano pun bercerita soal cara mereka mengatasi sentimen negatif terhadap partai banteng.
Rapat redaksi majalah Tempo memutuskan kemenangan Pramono Anung-Rano Karno sebagai laporan utama pekan ini. Anda bisa membacanya pada edisi mingguan di sini. Selamat membaca.