Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
KAYU-kayu itu sama sekali tidak bersalah. Namun pria itu terus memelototinya. Persis seperti ayah yang memarahi anaknya. Wajahnya keruh dan bibirnya pun, sori, maju-mundur mengusir gundah. Di meja lain, pemandangan serupa terlihat. Ada yang menggaruk-garuk kepala. Mesem-mesem, merasa strateginya mulai mendatangkan hasil. Ada juga yang celingukan melihat sebelahnya.
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo