MENGIKUTI turnamen All England, Aryadeva Aslim dan Bambang
Dihardja telah resmi terdaftar, bahkan memakai nama Indonesia
pula. Betulkah Indonesia? "Kami tidak kenal dan tidak tahu mutu
permainan mereka," kata pelatih fisik, merangkap manajer tim
Indonesia, Tahir Djide. Keberatan? "Tidak semudah itu orang
boleh ikut All England," katanya lagi.
Dari Indonesia memang tidak gampang. Para pemain harus mengikuti
tahap demi tahap seleksi PBSI dari daerah sampai tingkat
nasional. Jika tanpa seleksi, banyak pemain Indonesia diduga
akan mengikuti turnamen akbar ini sekalipun harus bayar ongkos
sendiri.
Aslim dan Dihardja mendaftar, tanpa rekomendasi PBSI, untuk
nomor ganda putra. Larry Landrey dari Komisi Pelaksana All
England mengemukakan tak ada alasan menolak partisipasi mereka.
"All England adalah turnamen terbuka perorangan, bukan negara,"
katanya.
Tapi nama Indonesia untuk pasangan Aslim dan Dihardja kemudian
dicoret oleh panitia kejuaraan setelah mendengar saran
International Badminton Federation (IBF). Pasangan ini yang
belajar di Jerman Barat akhirnya bertanding atas nama pribadi.
"Kami semula menerima mereka karena kami mengetahui mutu
permainan mereka," lanjut Landrey. "Pemain Inggris pernah
berhadapan dengan mereka dalam beberapa kali kejuaraan
internasional di Jerman Barat."
Dari pengamatan panitia kejuaraan, Aslim dan Dihardja hanya
bermain baik untuk partai ganda. Panitia konon menolak
permintaan Aslim untuk ikut dalam nomor tunggal putra.
Pasangan Aslim dan Dihardja di lapangan pertandingan memang
tidak terlampau jelek. Mereka di babak pertama membendung
pasangan Anatoly Skripko dan Evgueny Dianov dari Uni Soviet
(5-15, 15-1, dan 15-6). Di babak lanjutan pasangan Malaysia
Jailani Sidek dan Razif Sidek mencegat pasangan Aslim dan
Dihardja (15-5 dan 15-7). Aslim seusai pertandingan itu
mengatakan pergelangan tangan kanannya cidera hingga tak dapat
memberikan perlawanan lebih baik.
Tim Indonesia, walaupun memprotes, masih memberikan dukungan
moral pada Aslim dan Dihardja. Keduanya malah diberikan petunjuk
mengenai kelemahan dan kekuatan lawan -- terutama pasangan Sidek
bersaudara.
Siapakah mereka? Aryadeva Aslim 23 tahun, yang lahir di
Palembang pernah di Jakarta bergabung dengan klub PG 16. Tahun
1970, ia menjadi juara junior Jakarta Barat. Tahun 1975, ia
menjadi juara ganda kategori senior Jakarta Barat dengan partner
yang tak jelas namanya. Sebagai mahasiswa Darmstadt Technische
Hochschule jurusan teknik sipil, Aslim sekarang memasuki
semester kelima.
Bambang Dihardja, 25 tahun, berasal dari Bandung. Ia mengaku
pernah menjadi anggota klub Mutiara -- perkumpulan yang
melahirkan pemain tenar seperti Christian Hadinata, Imelda
Wigoeno dan Ivanna Lie Ing Hoa. Di Keiserslautern, Jerman
Barat, Dihardja adalah mahasiswa Institut Teknologi Tekstil pada
semester kelima.
Aslim dan Dihardja mulai berpasangan dalam mengikuti turnarnen
terbuka di Swiss, 1978. Mereka dikalahkan oleh pasangan Jerman
Barat di final. Sejak itu mereka hampir tak pernah berpisah
lagi. Mereka mengikuti setiap tahun turnamen terbuka Belanda,
Prancis, dan Jerman Barat. Dan sering mencapai babak semifinal.
Untuk All England, menurut Aslim formulir pendaftaran mereka
dapat dari ofisial Persatuan Bulutangkis Inggris yang pernah
mereka kenal di Jerman Barat. Biaya perjalanan mereka peroleh
dari bantuan KBRI di Bonn. Selain itu mereka mengantungi sepucuk
surat Atase Kebudayaan Prof. Dr. Ir. Rubini untuk KBRI London
dengan tembusan kepada PBSI. Surat itu memohon agar keduanya
dibantu mengikuti All England.
Dengan prestasi seperti sekarang, mereka belum tentu lolos
seleksi untuk memasuki pelatnas di Jakarta. Tapi panitia
pelaksana All England sudah percaya saja bahwa mereka itu baik.
"Untuk tahun selanjutnya semua peserta harus mendaftar lewat
induk organisasi negara masing-masing," kata Landrey.
Sekiranya ingin ikut lagi, dan kalau PBSI tidak memperkenankan,
Aslim dan Dihardja masih dapat mempergunakan nama Persatuan
Pelajar Indonesia (PPI) Jerman Barat. "Jadi, mereka bisa
menggunakan nama klub Jerman Barat," kata Landrey.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini