DUNIA tinju profesional Indonesia tambah ramai. Setelah Probosutedjo, Jumat pekan lalu muncul lagi investor baru yang akan membiayai pertandingan perebutan gelar juara dunia. Yakni antara penantang juara dunia versi IBF (International Boxing Federation) Yani Hagler dari sasana Sawunggaling, Surabaya, dan pemegang mahkota kelas terbang yunior. Lawan Yani adalah petinju yang menang dalam pertandingan yang akan berlangsung Agustus nanti - yakni antara Dodie Boy Penalosa dari Filipina, pemegang gelar yang sekarang ini, dan penantangnya, Myung Woo Muh dari Korea Selatan. Sang investor baru, Dimas Wahab - yang kabarnya didukung penyumbang dana lain, Sigit Harjojudanto - hari itu sudah menandatangani kontrak baru dengan pihak sang penantang di hotel Sahid Jaya, Jakarta. Seusai penandatanganan, lewat romotor Boy Bolang, Dimas menyerahkan panjar 30% dari seluruh uang bayaran, yang besarnya sekitar Rp 40 juta, kepada Yani Hagler. Rencana pertandingan adalah Oktober mendatang, setelah pertandingan Ellyas Pical melawan penantangnya dari Australia, Wayne Mulholland, di Jakarta. "Biayanya sekitar Rp 350 juta," kata Dimas Wahab, yang, lewat Boy, akan membayar sang pemegang gelar Rp 80 juta. Apa bisa untung? Ini teka-teki yang untuk sementara tak begitu dipersoalkan, baik oleh investor Pical. Grup Mercu Buana, maupun Dimas Wahab, bekas pimpinan klub Galatama Indonesia Muda. "Bisa kembali modal saja sudah syukur. Soalnya, kami terjun ke bisnis ini tak semata-mata cari untung, tapi mau mencetak Juara dunia," kata Dimas Wahab bersemangat. Hal yang sama juga pernah diucapkan Dali Sofari, investor pertandingan Ellyas Pical-Ju Do Chun, Mei lalu. Tapi, investor yang kini istirahat itu bisa lega. Waktu itu mereka bisa mendapatkan keuntungan sekitar Rp 60 juta. "Malah, ada sekitar Rp30 juta keuntungan yang sampai kini belum masuk," kata pengusaha pemilik empat perusahaan itu. Artinya, untuk pertandingan besar dalam tingkat dunia di Jakarta, harapan untung buat investor dan promotor cukup terbuka. Hanya, untuk pertandingan tingkat lokal, kondisinya agak berbeda. Sebab, beberapa promotor dan investor yang dihubungi TEMPO di Jakarta, Surabaya, dan Malang mengaku belum bisa mereguk keuntungan. "Sudah dua kali kami rugi. Baru dari pertandingan 30 Juni lalu di Malang, kami ada untung sedikit," kata Promotor Luki, 26, putra ketua PSSI Acub Zainal, yang bersama rekannya, Eddy Rumpoko, 26, putra wagub Irian Jaya Soegiyono, dalam beberapa bulan terakhir ini aktif menyelenggarakan pertandingan tinju bayaran di Malang. Bagaimanapun, arena tinju profesional tak lagi loyo, semenjak pertandingan Pical laris. Bahkan, pertandingan tingkat lokal, seperti dituturkan Luki, mulai mendatangkan untung. Pical (beserta promotornya) tampaknya tak cuma jadi Juara buat diri sendiri. Tapi juga mengangkat bisnis tinju profesional.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini