Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Olahraga

Adu Vonis Wasit Video

Keputusan wasit bisa berubah drastis setelah ia berkonsultasi dengan tim video asisstant referee dan melihat rekaman video pertandingan. Mengurangi kenikmatan merasakan keseruan dan spontanitas laga sepak bola.

30 November 2019 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Adu Vonis Wasit Video/Reuters/Craigh Brough

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

WASIT Artur Soares Dias me--nge--luarkan kar--tu merah untuk Thibaut Courtois se--telah kiper Real Madrid itu men-jegal pemain Paris Saint-Germain, Mauro Icardi, di ujung kotak penalti. Kegembiraan para pemain PSG karena bakal mendapat hadiah penalti berubah menjadi protes saat Dias meninjau pelanggaran itu dengan tim video assistant referee.

Setelah melihat rekaman kejadian pada monitor di tepi lapangan, Dias meralat vonisnya untuk Courtois menjadi kartu kuning. Penalti untuk PSG pun dibatalkan. Wasit asal Portugal itu malah memberikan hadiah tendangan bebas buat Real Madrid karena menilai pemain PSG, Idrissa Gueye, mendorong Marcelo di tengah lapangan sebelum insiden Courtois-Icardi terjadi.

Dalam pertandingan penyisihan Liga Cham-pions Eropa pada Rabu, 27 Novem-ber lalu, itu, Madrid mendominasi pertan-dingan. Madrid bahkan unggul dua gol lebih dulu. Pertandingan berakhir imbang 2-2 setelah PSG membukukan dua gol dalam tempo lima menit pada akhir babak kedua.

Pelatih PSG, Thomas Tuchel, kecewa terhadap video assistant referee (VAR), yang ia nilai merugikan timnya. Apalagi wasit menyatakan Courtois bersalah karena menjegal Icardi dengan memberikan kartu kuning. Menurut dia, Gueye tak melakukan pelanggaran dalam perebutan bola dengan Marcelo. “Aturan VAR seharusnya diguna-kan jika wasit memang membuat keputusan yang keliru,” kata Tuchel seperti dikutip Evening Express.

VAR adalah tim khusus yang memakai teknologi multimedia untuk membantu wasit utama mengawasi pertandingan dan mengambil keputusan dalam situasi krusial. Kompetisi profesional di Jerman, Italia, dan Spanyol memakai VAR sejak 2017. Penggunaan VAR meluas menjadi bagian dari turnamen regional dan untuk pertama kalinya digunakan secara global dalam Piala Dunia 2018. Sempat ditolak para manajer klub, sistem VAR akhirnya diadopsi Liga Primer Inggris pada musim 2019/2020.

Penggunaan VAR terus memantik kon-tro-versi. Wasit bisa merevisi keputusan-nya setelah berkonsultasi dengan tim VAR atau melihat tayangan ulang insiden dalam pertandingan pada monitor yang disediakan di tepi lapangan. Sebuah gol bisa langsung dianulir jika wasit menilai ada kesalahan dalam prosesnya setelah meninjau ulang laporan VAR dan rekaman insiden.

Liverpool mengalami kejadian pahit gara-gara VAR. Gol penyerang Roberto Fir-mino ke gawang Aston Villa dalam per-tandingan pada Sabtu, 2 November lalu, dibatal-kan.  Hakim garis menilai Firmino dalam posisi offside dan VAR mengkon-firmasinya.

Di Internet, beredar klip video yang menun-jukkan garis merah imajiner pe-nan-da offside sejajar dengan ketiak Firmino. Manajemen Liga Primer Inggris me-nyatakan posisi garis merah yang sejajar dengan ketiak Firmino sudah cukup mem-buktikan pemain itu dalam posisi offside alias di belakang bek terakhir Aston Villa sebelum menerima bola.

Manajer Liverpool Juergen Klopp menya-takan telah melihat analisis keja-dian itu dan menyatakan tak ada yang keliru dengan posisi Firmino sebelum mencetak gol. “Kami menang 2-1. Kejadian itu sekarang rasanya bukan hal serius lagi,” ucapnya seperti dilaporkan Reuters.

Klopp mengatakan kekeliruan mengguna-kan sistem VAR bisa berdampak serius dalam kompetisi. Peraturan pemakaian VAR seharusnya dibuat lebih jelas. “Ini tidak bisa dianggap remeh. Manajer bisa dipecat karena kehilangan pertandingan,” ujarnya.

Chelsea juga pernah apes gara-gara VAR dan dihukum tendangan penalti saat menghadapi Watford. Namun The Blues akhirnya keluar sebagai pemenang dengan skor 2-1. Manajer Chelsea Frank Lampard menyatakan sistem VAR membuat klub dalam bahaya karena keputusan wasit bisa berubah akibat pengaruh dari luar lapangan. “Ini seperti bertaruh setiap minggu untuk melihat keputusan apa yang kau dapat,” katanya.

Adu Vonis Wasit Video/Tempo

Penggunaan VAR di Bundesliga Jerman—kom-petisi profesional di Eropa yang paling awal mengadopsi sistem itu—masih dipersoalkan. Seperti dilaporkan Deutsche Welle,- penonton di stadion kerap melon-tarkan protes dan memasang spanduk penolakan VAR. Mereka menilai VAR merusak spontanitas kenikmatan menonton laga sepak bola saat wasit meng-hentikan pertandingan untuk ber-konsultasi dan melihat rekaman kejadian.

Penggunaan VAR dinilai penting untuk memperkecil potensi kesalahan wasit mengambil keputusan penting. Trik licik pemain dan gol yang tidak sah bisa dikendalikan. Seperti dilaporkan The Athletic,- para pemain memilih menunggu keputusan VAR ketimbang adu mulut dengan lawan atau wasit di lapangan. Bagi wasit, VAR ibarat alat pencegah kecelakaan fatal. “Perbedaan pendapat pasti ada, tapi wasit tahu mereka tak bakal disalahkan lagi,” tutur pelatih wasit, Alex Feuerherdt.

Hasil survei di Inggris juga menunjukkan sebagian besar penggemar sepak bola menerima kehadiran VAR. Laporan Statista pada September lalu menunjukkan 54 persen responden menyatakan setuju VAR terus dipakai. Sebanyak 35 persen menyatakan VAR membuat pertandingan berjalan lebih adil. Adapun 19 persen responden menyebutkan interupsi per-tan-dingan gara-gara VAR sangat mengganggu.

Klopp dan manajer klub lain yang menghadiri konferensi Asosiasi Sepak Bola Eropa pada 11 November lalu, termasuk Manajer Manchester City Josep Guardiola, sepakat sistem VAR perlu diperbaiki. Menurut Klopp, sistem VAR tidak akan pernah akurat 100 persen karena masih dikerjakan manusia. “Kita ingin ada keputusan yang tepat,” ucapnya.

Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia juga tertarik menggunakan VAR. Sistem VAR diperkirakan mulai diadopsi di Liga 1 pada 2020. Hal ini juga menjadi persiapan Indonesia sebagai tuan rumah Piala Dunia U-20 pada 2021. “Kami akan melakukan pelatihan VAR di awal 2020 agar pada akhir tahun atau awal 2021 mereka bisa bekerja,” ujar Ketua Umum PSSI Mochamad Iriawan.

GABRIEL WAHYU TITIYOGA (ESPN, TELEGRAPH, THE SUN, BLEACHER REPORT)

 

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
Gabriel Wahyu Titiyoga

Gabriel Wahyu Titiyoga

Alumni Institut Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Jakarta ini bergabung dengan Tempo sejak 2007. Menyelesaikan program magister di Universitas Federal Ural, Rusia, pada 2013. Penerima Anugerah Jurnalistik Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan 2014. Mengikuti Moscow Young Leaders' Forum 2015 dan DAAD Germany: Sea and Ocean Press Tour Program 2017.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus