Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Olahraga

Berita Tempo Plus

Agar tidak patah arang

Pelti mulai menerapkan sistem baru dalam menentukan peringkat nasional pemain tenis, dikenal dengan sebutan Peringkat Nasional Pelti (PNP). Yayuk Basuki dinyatakan menempati peringkat ke-6 ITF.

13 Februari 1988 | 00.00 WIB

Agar tidak patah arang
material-symbols:fullscreenPerbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100
TAHUN 1988 tampaknya masih menjadi tahun cerah buat Yayuk Basuki. Petenis asal Yogyakarta ini akhir bulan lalu dinyatakan menempati peringkat ke-6 tenis putri yunior dunia oleh Federasi Tenis Internasional (ITF). ITF juga menunjuk Yayuk Basuki untuk mengikuti Olimpiade Seoul, 1988, bersama 63 pemain tenis tingkat dunia lainnya. Seperti, Steffi Graf dan Gabriela Sabatini. Keputusan itu bukan suatu yang mengejutkan. Yayuk, 17 tahun, merupakan satu-satunya pemain Asia yang masuk ke babak perempat final Kejuaraan Yunior Wimbledon 1987. Peringkat ke-6 sebenarnya merupakan kemunduran bagi Yayuk. Tahun lalu dia pernah menempati peringkat ke-4 dunia yunior. "Prestasi saya masih belum apa-apanya dibandingkan yang senior," ujar Yayuk Basuki, pelajar SMA Ragunan Jurusan IPS ini. Bagi Yayuk, lebih baik menduduki peringkat 300-an di tingkat senior ketimbang peringkat atas di yunior. Saat ini di tingkat senior - Assosiasi Tenis Wanita Internasional (WITA) - dia menempati peringkat 475 dunia. Masih jauh tertinggal dibandingkan Susana Anggarkusuma yang 273. Tidak heran kalau Pengurus Pelti akan mengirimkan atlet-atletnya ke luar negeri untuk mengikuti kejuaraan-kejuaraan yang diakui ITF. Bahkan mulai awal tahun ini Pelti juga menerapkan sistem baru dalam menentukan peringkat nasional pemain tenis. Seperti yang dilakukan oleh Asosiasi Tenis Profesional (ATP). Sistem baru itu dikenal dengan sebutan Peringkat Nasional Pelti (PNP). Selain itu, Pelti juga menetapkan 44 turnamen yang diakui sepanjang tahun 1988, yang disebut TDP (Turnamen Diakui Pelti). "Penerapan sistem baru ini dimaksudkan untuk memngkatkan prestasi pemain," tutur Moerdiono. Menurut Ketua Umum PB Pelti itu, adanya kejuaraan-kejuaraan yang teratur membuat pemain lebih bisa memilih turnamen mana yang akan mereka ikuti sesuai dengan kategori yang ada. Ada tiga kelas: Pemasalan, Pembinaan Prestasi, dan Penunjang. Masih ada lagi kategori Utama, Madya dan Pratama, serta menurut grup 1 s/d 15. Adanya TDP yang dikategorikan ini membuat pemain yang tinggi tidak bisa ikut yang di bawahnya. "Sehingga lebih berjenjang dan merata dalam pembinaan, dan tidak ada jurang pemisah yang jauh antara senior dan yunior," ujar Moerdiono. Pemain potensial yang selama ini selalu tergusur oleh yang senior juga bisa muncul ke permukaan. "Dan mereka tidak lagi patah arang karena tidak pernah jadi juara." Menurut Nico Lumenta, Ketua Komite Pembinaan Senior PB Pelti, pada prinsipnya sistem PNP ini merupakan hasil modifikasi sistem yang sudah berjalan di tingkat dunia. Misalnya ATP. Bedanya kalau di ATP seorang pemain minimal harus mengikuti 14 turnamen yang diakui setahunnya. "Sedangkan sistem PNP seorang pemain minimal mengikuti 4 turnamen setiap tahunnya," kata Nico. Insentif diberikan bila pemain tersebut mengikuti lebih banyak turnamen. PNP ini diumumkan setiap tanggal 10 di awal bulan. Untuk peringkat yang akan keluar Rabu pekan ini, Tintus menempati urutan pertama dengan APR 51. Disusul Abdul Kahar Mim (34,75), Daniel Haryanto (26), Sulistiono (24), dan Wailan ,(12,75). Menurut Nico Lumenta, banyak manfaat yang diperoleh dengan sistem baru ini. Pengelola TDP, misalnya, harus meningkatkan mutu penyelenggaraan agar memperoleh tingkatan grup yang lebih tinggi dari PB Pelti, hingga lebih banyak pemain nasional yang ikut. Ini akan bisa menyedot penonton lebih banyak. "Sistem ini akan ditinjau kembali setiap tahunnya, apakah sudah sesuai atau belum," ujar Moerdiono. Dan sistem ini tidak tertutup bagi pemain Indonesia yang sedang bermain sembari belajar di luar negeri. "Asal bisa menunjukkan hasil pertandingan yang diikutinya," kata Moerdiono. R.N.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600
Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus