Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Olahraga

Ajax menyanyi sebelum main

Ajax Amsterdam optimistis memboyong piala UEFA. apa kelebihan klub berumur 92 tahun itu?

16 Mei 1992 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

KEMENANGAN memang belum diraih, tapi suporter Ajax yakin bahwa kesebelasan kesayangannya akan menggondol Piala UEFA (Union of European Football Associations). Karena itu, pesta bir sedang dipersiapkan di Leidseplein, kawasan wisata di Amsterdam. Dan nyanyian We are the Champions bakal didengungkan di mana-mana. "Pesta besar akan kami adakan di pusat kota," kata Marten Oldenhof, Direktur FC Ajax. Optimisme yang begitu besar. Sebab, di atas kertas, Torino (Italia), yang bakal dihadapi Ajax pada Rabu pekan ini (Kamis dini hari di Indonesia), sedang terserang trauma akibat bermain imbang 2-2 melawan Ajax di kandang sendiri, di final pertama dua pekan sebelumnya. "Kami memang belum kalah, tapi hasil imbang yang begini besar sama dengan bunuh diri," kata pelatih Torino, Emiliano Mondonico. Jika pertandingan nanti hasilnya imbang tapi skornya 0-0 atau 1-1, Torino tetap kalah, kecuali hasil imbang itu skornya 3-3 dan seterusnya. Artinya, Torino lebih berat karena harus menang, supaya aman. Apa bisa? Lihat saja partai final pertama. Ajax serba di atas angin. Serangan-serangannya mengejutkan lawan. "Untung, kami bisa bangkit dari ketinggalan," kata bekas pemain Brasil, Walter Casagrande, yang memperkuat Torino. Memang, berkat Casagrande, yang memanfaatkan wallpass Gianluigi Lentini di menit ketujuh menjelang bubaran, Torino bisa menyamakan 2-2. Namun, 90 menit di lapangan, Ajax yang bermain total football unggul di segi keterampilan, permainan individu, dan tim. Mereka tidak pernah terlihat terburu-buru melepas bola. Dan jika perlu, pemain Ajax mampu melewati dua-tiga pemain lawan. Jadi, tak berlebihan jika Mondonico mengakui, "Pemain Ajax lebih cerdik dan lebih cepat." Dengan kelebihan teknik tadi, plus suntikan suporter, rasanya Ajax pantas berpesta nanti. "Ibarat bermain, kami mendapat tambahan tenaga," kata Marten Oldenhof kepada TEMPO tentang dukungan suporter. Selain itu, faktor penting lagi, anak-anak asuhan pelatih Gerard van der Lem itu dalam kondisi top. Dan jika itu terjadi, Ajax berhasil memboyong tiga gelar kejuaraan Eropa (Piala Winners, UEFA, dan Champions), menyamai prestasi Juventus dari Italia. Tapi, menjelang pertandingan ini, Ajax punya masalah. Bergkamp, striker berusia 22 tahun, sedang cedera lutut. Aaron Winter kejang otot perut, dan Bryan Roy terkena kejang otot. Cedera itu diharapkan bisa pulih saat final. Bergkamp, yang tahun lalu pernah ditawari hijrah ke klub Real Madrid, Spanyol, tapi mengaku belum siap hidup di negeri orang, mempersembahkan 25 gol di kompetisi Belanda. "Saya memang punya andil besar, dan bermain maksimal sejak awal hingga semifinal," kata Bergkamp. Yang bisa diduga, permainan Ajax nanti tak jauh berbeda dengan penampilan sebelumnya: tetap menyerang. "Selain itu, kami akan tetap bermain total football seperti masa Johan Cruyff," kata Oldenhof. Walau begitu, Ajax perlu waspada. Sebab, Torino, yang memiliki permainan tipe bertahan, punya pemain seperti Martin Vazquz asal Spanyol, Enzo Scifo yang keturunan BelgiaItalia, lalu Casagrande. Tiga pemain Ajax Silooy, Frank de Boer, dan Danny Blind sudah ditugasi mengawal mereka. Berbeda dengan Torino, yang diperkuat beberapa pemain asing, Ajax justru lebih mementingkan "orang dalam". Beberapa pemainnya memang pergi ke klub-klub besar di Jerman, Inggris, Spanyol, dan Italia. Tapi, Ajax seperti tak pernah kering bibit unggul. Klub yang berdiri sejak Maret 1900 ini tetap diincar dan diminati anak-anak muda Belanda. Di situ mereka digembleng secara profesional. Ini terbukti bahwa dari 22 pemain nasional pilihan pelatih nasional Belanda, Rinus Michels, 9 di antaranya dari Ajax. Merekalah yang diharapkan memperkuat Belanda di final kejuaraan Eropa mendatang. Adalah tugas Ton Pronk, bekas pemain Ajax tahun 1960an, yang mencari bibit-bibit tersebut. Disiplin tinggi, IQ di atas rata-rata, dan punya kecepatan lari prima, itulah syarat pemain. Mengenai regenerasi, "Selama ini kami tak pernah menghadapi hambatan. Karena di dalam Ajax terlalu banyak pemain terampil," kata Oldenhof bangga. Administrasi pun baik. Pemain, pelatih, dan manajer digaji cukup. "Pokoknya, cukup besar dan baik sekali untuk hidup," kata Oldenhof. Dan seperti nasib klub-klub di Belanda, kekuatan keuangan mereka bertumpu pada sponsor. Penjualan karcis hanya menghasilkan sepertiga pemasukan kas. Klub-klub di Eropa memang umumnya hebat dalam soal organisasi manajemen. Dan karena itu hiruk-pikuk bola setiap saat terasa. Rabu malam pekan lalu, misalnya, baru saja terjadi perebutan Piala Winners. Klub Jerman Werder Bremen mengalahkan klub Prancis Monaco 20 (10) di Lisabon, Portugal. Monaco, yang dimotori penyerang George Weah dan pemain asal Pantai Gading, Youssuef Fofana, serta penyapu ranjau dari Senegal, Roger Mendy, hanya menawan di menit-menit awal. Selebihnya, seperti tentara yang tak punya jenderal di tengah peperangan: miskin inspirator. Lebih-lebih setelah pemain Bremen, Klaus Allofs, 35 tahun, mampu mencetak gol. Di babak kedua Allofs juga mempersembahkan gol. Yang menarik, sebelum turun ke lapangan, kedua tim tersebut mengheningkan cipta sejenak atas berita duka dari Stadion Furiani, Corsica, Prancis, sehari sebelumnya. Sedikitnya 26 orang tewas dan 700 orang lainnya luka-luka karena runtuhnya stadion berkerangka pipa besi itu. Musibah terjadi karena stadion berkapasitas 10.000 orang itu dimuati 18.000, dan mereka berjingkrak-jingkrak kegirangan. WY dan Asbari N. Krisna (Belanda)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus