DI Panmunjom, dua Korea yang berlainan kiblat mencoba merintis
pembentukan tim gabungan ke Kejuaraan Tenismeja Dunia di
Pyongyang, April nanti. Bila tidak bergabung, tipis kemungkinan
bagi Korea Selatan untuk datang ke Korea Utara, sekalipun mereka
anggota Federasi Tenismeja Internasional (ITTF). Setelah 4 kali
pertemuan di kota perbatasan itu, ide ini ternyata gagal.
Tak jelas apa sebabnya. Tapi, Ketua Delegasi Korea Selatan, Chae
Yung Chul mengumumkan: "Korea Utara sengaja merintangi Korea
Selatan untuk ikut serta dalam turnamen di Pyongyang." Betulkah?
"Justru, Korea Selatan yang tetap ngotot untuk muncul dengan
regu sendiri," balas Ketua Delegasi Tenismeja Korea Utara, Kim
Deuk Jun.
Tanpa terpengaruh oleh kegagalan itu, RRC dan Taiwan yang sampai
kini masih berseteru mencoba pula untuk bersatu ke Olympiade.
Ini terbetik pekan lalu dari markas Komite Olympiade
Interinasional (IOC) di Lausanne, Swiss. "RRC siap berunding
dengan Taiwan," kata Sekjen Komite Olympiade RRC, Song Zhong
(d/h Sung Chung).
Zhong berada di sana menjajagi pembentukan tim gabungan kedua
negara itu untuk Olympiade di Lake Placid, New York (musim
dingin), dan di Moskow (musim panas) 1980. Itulah "pernyataan
paling positif selama ini," ujar Presiden IOC, Lord Killanin
mengomentari hasrat RRC itu. IOC akan bertindak sebagai penengah
dalam perundingan nanti -- menurut rencana diselenggarakan di
Lausanne, 27 Maret.
Sikap Taiwan
Menjelang Asian Games 1978 di Bangkok, keinginan serupa sudah
pernah RRC sodorkan. Waktu itu Taiwan menolak. Juga sekarang.
"Itu cuma akal bulus RRC untuk menarik simpati negara lain,"
kata Presiden Komite Olympiade Taiwan, Shen Chia Ming. Dalam AG
terakhir itu Taiwan tidak ambil bagian karena keanggotaan mereka
di Federasi Olahraga Asia (AGF) telah dicabut dan diberikan pada
RRC sejak 1974.
Ming kali ini menuduh bahwa dengan pembentukan tim gabungan, RRC
ingin melaksanakan ambisinya, menduduki kembali kursi Cina di
IOC. "Karena itu tidak akan ada pembicaraan dengan mereka,"
lanjut Ming. RRC menjadi anggota IOC, tahun 1954. Juga Taiwan.
Lantaran Avery Brundage, Presiden IOC waktu itu menganut politik
2 Cina, RRC lalu menarik diri, 4 tahun kemudian. Sejak Olympiade
Melbourne (1956) RRC sudah tak berpartisipasi sanla sekali.
Sekalipun RRC berada di luar pagr IOC, Taiwan tak selalu
berhasil menempatkan diri sebagai wakil Cina di gelanggang
olahraga internasional. Dalam Olympiade Roma (1960), misalnya,
Taiwan hanya diperkenankan berparade di bawah papan Formosa --
nama pulau yang menjadi negara itu. Baru dalam Olympiade Tokyo
(1964) mereka untuk pertama kali bisa mencantumkan sebutan
Republic of China.
Ketika RRC di tahun 1975 menyatakan ingin kembali ke IOC,
kedudukan Taiwan tampak jadi repot. Dalam Olympiade Montreal
(1976), Taiwan bukan hanya tak bisa berpartisipasi malah
menginjak bumi Kanada saja pun tidak diperkenankan oleh
pemerintah Perdana Menteri Kanada Pierre Trudeau. "Suatu
keganjilan, kalau kami membiarkan Taiwan datang ke Montreal
mewakili Cina, sementara Kanada tidak mempunyai hubungan
diplomatik dengan mereka," alasan Menlu Kanada, Allan Mac
Eachen, ketika itu.
Sikap IOC?
Tekanan untuk menyingkirkan Taiwan juga dilakukan RRC lewat
federasi-federasi olahraga internasional. Federasi Atletik
Amatir Internasional (IAAF), misalnya, kini mengakui RRC, bukan
Taiwan. Tapi untuk mementalkan Taiwan dari IOC, perjalanan RRC
tampak masih panjang. Selain tak ada fasal yang dapat dipakai
buat mengeluarkan mereka, 15 dari 26 federasi olahraga
internasional masih menganggap Taiwan sebagai angota. "Saya
yakin, Republic of China (baca Taiwan) tidak akan didepak IOC, "
tambah Ming. Ia menyampaikan alasan bahwa Taiwan adalah anggota
setia yang tidak pernah melanggar peraturan IOC.
Untuk bisa duduk kembali dalam IOC, RRC memang membutuhkan
simpati banyak negara, anggota komite. Rencana pembentukan tim
gabungan RRC dan Taiwan, juga keinginan untuk menjadi
penyelenggara Olympiade 1988, adalah gagasan yang diduga akan
mendukung mereka.
Peluang RRC itu akan ditentukan dalam sidang IOC di Montevideo,
Uruguay, 3 s/d 9 April. "Sikap kita," kata D. Soeprajogi, wakil
Indonesia di IOC akan menyokong RRC -- segaris dengan sikap
pemerintah yang mengakui 1 Cina. Uni Soviet, menurut Soeprajogi,
juga menginginkan RRC duduk dalam IOC, supaya bisa
berpartisipasi di Olympiade 1980.
"Persiapan untuk (Olympiade) itu sudah dilakukan sekarang," kata
Wakil Perdana Menteri RRC, Deng Xiaoping baru-baru ini. Ia
bernada optimis tentang kemungkinan RRC mendapatkan kembali
keanggotaannya di IOC.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini