SEMENTARA tim nasional PSSI belum berbuah, akar PSSI sudah
kropos. Keadaan akar PSSI, yakni klub-klub amatir, yang jelek
ini terlihat dari turnamen Piala Presiden, tempat penampilan 9
klub "terkuat" dari berbagai daerah tahun 1981.
Dalam putaran Final Antar Klub PSSI (11-20 Juni) itu belum ada
yang mampu mengimbangi juara tahun lalu, Mandala klub Jayapura
ini, berintikan 8 bekas pemain nasional (tua), masih unggul
tahun ini, tak pernah kalah selama putaran itu.
Semula diharapkan akan muncul banyak pemain baru berbakat.
Ternyata 6 orang pencari bakat (tim scouting) menemukan sedikit
saja, tak sampai sepuluh, dari semua 153 pemain yang diturunkan
9 klub itu. "Klub-klub amatir benar-benar sudah terkuras oleh
Galatama," kata Maulwi Saelan, Ketua Panitia Turnamen ini.
Bahwa pemain baru sering dicuri Galatama, Wahab Abdi -- pembina
dua klub di bond PSMS Medan, Bintang Utara dan Bintang Selatan
--mengetahuinya betul. Bintang Utara memang jadi runner-up
turnamen ini, tapi itu tidak cukup mengobati kepahitannya tahun
lalu.
Wahab Abdi, menurut keterangannya, sudah mengeluarkan Rp 6 juta
membina pemain muda di klub Bintang Selatan. "Selesai kejuaraan
PSSI Junior tahun lalu, 4 pemain dicuri Mercu Buana dan Arseto
(keduanya klub Galatama), ya habislah Bintang Selatan, turun
dari kelas utama ke kelas satu, " tutur Ketua PSMS dan Komda
PSSI Sum-Ut itu.
Komda PSSI Ir-Ja, Brigjen C.l. Santoso sudah berjaga-jaga sejak
3 tahun lalu, khususnya di klub juara Mandala Jayapura. Para
pemain diberi pekerjaan di kantor pemerintah daerah dan dilarang
pindah ke Galatama. Namun sempat juga Mandala ini kecolongan.
Tiga pemainnya pernah diskors karena menerima sogok dalam suatu
pertandingan di Semarang sesudah turnamen Antar Klub PSSI 1980.
Sedang Metu Duaramuri, yang dipanggil ke pelatnas PSSI Utama,
diboyong pelatih Harry Tjong ke Warna Agung. Setelah diprotes
di Sidang Paripurna PSSI November lalu, barulah l\letu
dikembalikan.
Karena Galatama, Beringn Putra dari Ujungpandang dan Palu Putra
(Palu) tak muncul tahun ini. Klub itu masuk Empat Besar turnamen
Piala Presiden tahun lalu. Sesudah pemain utamanya masuk Makasar
Utama Galarama, Beringin Putra merosot ke tempat ke-3 di bond
PSM Ujungpandang. Kedudukannya kini diganti oleh klub pabrik
kertas Kertago Goa. Dari zone Sulawesi Utara, Tengah dan
Tenggara, kali ini Maesa Manado yang muncul.
Pimpinan Kertago Goa, juara III turnamen ini, juga telah
kehilangan beberapa pemain utamanya, tapi tidak merasa dirugikan
Galatama. "Kalau anak-anak mau pindah, silakan. Kan sudah ada
peraturan PSSI tentang ganti rugi transfer pemain," kata Harri
Sugianto, bupati Mamuju yang menjadi manajer klub pabrik kertas
ini. Misalnya, katanya Jusuf Malle ditebus oleh NIAC Mitra
sekitar Rp 1 juta.
Maesa Manado kini justru ingin masuk Galatama. Baru sebulan
ditangani oleh Arie Kussoy, coach yang lulus terbaik di Akademi
FIFA (Jakarta, Januari 1981), klub dari daerah kelapa dan
cengkih ini pertama kali masuk final Empat Besar. Juga pertama
kali Maes Manado main di stadion Senayan yang berkapasitas
100.000 penonton. Walau ditonton sekitar 10.000 orang, umumnya
pemain Maesa mengalami deman lapangan, bingung bertanding.
Dicukur 0-6 oleh Mandala, kemudian dikalahkan 0-3 oleh Kertago
Goa, Maesa toh jadi juara IV. "Dengan masuk Galatama, kami
berharap semakin sering nanti ada pertandingan bermutu di
Manado," kata Jootje Soumena, manajernya.
Semua Empat Besar Mandala, Bintang Utara, Kertago, Maesa --
berasal dari luar Jawa. "Jelas sekali klub-klub di Jawa sudah
dikikis habis oleh Galatama," kata Saelan. Bahkan wakil Jakarta,
Jayakarta Utama, sudah tersisih di babak inter-zone.
Administratur bond Persija Jakarta Winarno, mengatakan tidak ada
kelesuan. "Banyak protes dalam kompetisi, menandakan pengurus
klub amatir masih bersemangat dan fanatis," katanya.
Jakarta gagal mengirim klub ke final, menurut kalangan PSSI,
karena pemain utama gampang diserobot oleh Galatama dan PSSI
Pusat. "Misalnya, Subagja (kiper Jayakarta) baru sekali muncul
di Senayan, sudah diambil PSSI Pratama," kata Abdul-Kadir,
redaktur majalah Spakbola PSSI.
Meski sudah ada peraturan PSSI tentang transfer pemain, Wahab
Abdi merasa pengurus PSSI Pusat masih kurang perhatian terhadap
klub-klub amatir. "Lihat saja turnamen ini. Anak gawang tidak
disediakan sewaktu pertandingan di Pluit dan Rawamangun."
Saelan mengakui turnamen antar klub amatir ini baru saja
diperhatikan sejak Sidang Paripurna PSSI November lalu.
Bentuknya masih dicari-cari. Jelas sudah ada perangsang kuat.
Juara klub amatir diberi perangsang Piala Presiden. "Memang
bangga kalau bisa memboyongnya," kata manajer Bas Jouwe yang
menangis ketika klubnya Mandala, juara lagi.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini