Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Olahraga

Akar PSSI Ternyara Kropos

Klub-klub amatir, akar pssi, kehabisan pemain berbakat. pemain klub-klub amatir di transfer oleh galatama. galatama sering mengintai, menyedot mereka yang amatir. bahkan maesa manado pun ingin jadi pro.(or)

27 Juni 1981 | 00.00 WIB

Akar PSSI Ternyara Kropos
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100
SEMENTARA tim nasional PSSI belum berbuah, akar PSSI sudah kropos. Keadaan akar PSSI, yakni klub-klub amatir, yang jelek ini terlihat dari turnamen Piala Presiden, tempat penampilan 9 klub "terkuat" dari berbagai daerah tahun 1981. Dalam putaran Final Antar Klub PSSI (11-20 Juni) itu belum ada yang mampu mengimbangi juara tahun lalu, Mandala klub Jayapura ini, berintikan 8 bekas pemain nasional (tua), masih unggul tahun ini, tak pernah kalah selama putaran itu. Semula diharapkan akan muncul banyak pemain baru berbakat. Ternyata 6 orang pencari bakat (tim scouting) menemukan sedikit saja, tak sampai sepuluh, dari semua 153 pemain yang diturunkan 9 klub itu. "Klub-klub amatir benar-benar sudah terkuras oleh Galatama," kata Maulwi Saelan, Ketua Panitia Turnamen ini. Bahwa pemain baru sering dicuri Galatama, Wahab Abdi -- pembina dua klub di bond PSMS Medan, Bintang Utara dan Bintang Selatan --mengetahuinya betul. Bintang Utara memang jadi runner-up turnamen ini, tapi itu tidak cukup mengobati kepahitannya tahun lalu. Wahab Abdi, menurut keterangannya, sudah mengeluarkan Rp 6 juta membina pemain muda di klub Bintang Selatan. "Selesai kejuaraan PSSI Junior tahun lalu, 4 pemain dicuri Mercu Buana dan Arseto (keduanya klub Galatama), ya habislah Bintang Selatan, turun dari kelas utama ke kelas satu, " tutur Ketua PSMS dan Komda PSSI Sum-Ut itu. Komda PSSI Ir-Ja, Brigjen C.l. Santoso sudah berjaga-jaga sejak 3 tahun lalu, khususnya di klub juara Mandala Jayapura. Para pemain diberi pekerjaan di kantor pemerintah daerah dan dilarang pindah ke Galatama. Namun sempat juga Mandala ini kecolongan. Tiga pemainnya pernah diskors karena menerima sogok dalam suatu pertandingan di Semarang sesudah turnamen Antar Klub PSSI 1980. Sedang Metu Duaramuri, yang dipanggil ke pelatnas PSSI Utama, diboyong pelatih Harry Tjong ke Warna Agung. Setelah diprotes di Sidang Paripurna PSSI November lalu, barulah l\letu dikembalikan. Karena Galatama, Beringn Putra dari Ujungpandang dan Palu Putra (Palu) tak muncul tahun ini. Klub itu masuk Empat Besar turnamen Piala Presiden tahun lalu. Sesudah pemain utamanya masuk Makasar Utama Galarama, Beringin Putra merosot ke tempat ke-3 di bond PSM Ujungpandang. Kedudukannya kini diganti oleh klub pabrik kertas Kertago Goa. Dari zone Sulawesi Utara, Tengah dan Tenggara, kali ini Maesa Manado yang muncul. Pimpinan Kertago Goa, juara III turnamen ini, juga telah kehilangan beberapa pemain utamanya, tapi tidak merasa dirugikan Galatama. "Kalau anak-anak mau pindah, silakan. Kan sudah ada peraturan PSSI tentang ganti rugi transfer pemain," kata Harri Sugianto, bupati Mamuju yang menjadi manajer klub pabrik kertas ini. Misalnya, katanya Jusuf Malle ditebus oleh NIAC Mitra sekitar Rp 1 juta. Maesa Manado kini justru ingin masuk Galatama. Baru sebulan ditangani oleh Arie Kussoy, coach yang lulus terbaik di Akademi FIFA (Jakarta, Januari 1981), klub dari daerah kelapa dan cengkih ini pertama kali masuk final Empat Besar. Juga pertama kali Maes Manado main di stadion Senayan yang berkapasitas 100.000 penonton. Walau ditonton sekitar 10.000 orang, umumnya pemain Maesa mengalami deman lapangan, bingung bertanding. Dicukur 0-6 oleh Mandala, kemudian dikalahkan 0-3 oleh Kertago Goa, Maesa toh jadi juara IV. "Dengan masuk Galatama, kami berharap semakin sering nanti ada pertandingan bermutu di Manado," kata Jootje Soumena, manajernya. Semua Empat Besar Mandala, Bintang Utara, Kertago, Maesa -- berasal dari luar Jawa. "Jelas sekali klub-klub di Jawa sudah dikikis habis oleh Galatama," kata Saelan. Bahkan wakil Jakarta, Jayakarta Utama, sudah tersisih di babak inter-zone. Administratur bond Persija Jakarta Winarno, mengatakan tidak ada kelesuan. "Banyak protes dalam kompetisi, menandakan pengurus klub amatir masih bersemangat dan fanatis," katanya. Jakarta gagal mengirim klub ke final, menurut kalangan PSSI, karena pemain utama gampang diserobot oleh Galatama dan PSSI Pusat. "Misalnya, Subagja (kiper Jayakarta) baru sekali muncul di Senayan, sudah diambil PSSI Pratama," kata Abdul-Kadir, redaktur majalah Spakbola PSSI. Meski sudah ada peraturan PSSI tentang transfer pemain, Wahab Abdi merasa pengurus PSSI Pusat masih kurang perhatian terhadap klub-klub amatir. "Lihat saja turnamen ini. Anak gawang tidak disediakan sewaktu pertandingan di Pluit dan Rawamangun." Saelan mengakui turnamen antar klub amatir ini baru saja diperhatikan sejak Sidang Paripurna PSSI November lalu. Bentuknya masih dicari-cari. Jelas sudah ada perangsang kuat. Juara klub amatir diberi perangsang Piala Presiden. "Memang bangga kalau bisa memboyongnya," kata manajer Bas Jouwe yang menangis ketika klubnya Mandala, juara lagi.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600
Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus