Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Olahraga

Omongan Dari Luar Klub

Pemain-pemain klub amatir yang pindah ke galatama a.l: subangkit, sucipto & hamid asnan (klub asyabaab) masuk jaka utama galatama, taufik lubis (psms), zulham effendi meninggalkan pardedetex. (or)

27 Juni 1981 | 00.00 WIB

Omongan Dari Luar Klub
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100
MUTU klub amatir demikian jelek, sehingga tokoh PSSI, seperti Kamaruddin Panggabean, dan pelatih Endang Witarsa tak tertarik menonton final Piala Presiden. Tapi sejumlah pemain nasional berasal dari klub amatir. Lihat Subangkit, Sutjipto dan Hamid Asnan -- ketiganya eks Asyabaab, klub terkuat 3-5 tahun lalu di bond Persebaya Surabaya. Bahwa tak satu pun klub Persebaya ikut turnamen Piala Presiden sejak babak pertandingan wilayah, mereka prihatin. Mitra Utama, juara bond Surabaya batal ikut, gara-gara "diblokir" Komda PSSI Ja-Tim, dengan alasan "terlambat mendaftar" "Dulu, dengan latihan 3 kali sepekan Asyabaab jadi juara kompetisi Persebaya," kata Subangkit (22 tahun), gelandang PSSI Utama ini. "Sekarang ia merosot di bawah Mitra Utama, saya kira, karena kurang perangsang uang saku," tambah pemain yang sudah masuk Jaka Utama Galatama ini karena Asyabaab tak mau masuk Galatama. Hamid Asnan dari NIAC Mitra Galatama mengakui rekan-rekannya di klub Mitra Utama yang amatir mendapat cukup banyak uang saku. Yayasan Mitra konon mengeluarkan Rp 5 juta sebulan untuk biaya klub, di luar NIAC Mitra Galatama, yang dikelolanya. Mungkin merasa Komda PSSI Ja-Tim dan pengurus Persebaya kurang perhatian, Ketua Yayasan Mitra A. Wenas membubarkan ketiga klub amatirnya Mei lalu. Seperti Subangkit dan Hamid Asnan, Sutjipto (24 tahun) mengaku hijrah dari Asyabaab ke Galatama "agar dapat uang dan kemampuan main bola lebih berkembang." Pemuda lulusan sekolah guru agama (PGA) Pandaan itu telah setahun bekerja main bola saja di klub Jaka Utama Lampung. "Honor ikut mendorong semangat pemain," katanya pula. Dan dari penampilannya dalam kompetisi Galatama, ia dipanggil ke pelatnas PSSI Utama, tempat ia mendapat uang saku Rp 150.000 sebulan. Sebaliknya Zulham Effendi ingin meninggalkan Pardedetex Galatama, kembali ke amatir. Belum rampung masa kontraknya 2 tahun (Rp 2 juta) sejak 1979, tahun lalu ia memperkuat klub amatir PS Setia di PSMS Medan. Gara-gara itu, ia diskors 2 tahun oleh "klub liar yang tidak ada dalam buku PSSI," kata Komda PSSI Sum-Ut, Wahab Abdi. Skors itu pun disahkan PSSI Pusat, sehingga Zulham sempat terombang-ambing di PSSI Utama. Pernah ia dipulangkan dari pelatnas PSSI Utama, tapi Juni ini dipanggil lagi oleh pelatih Endang Witarsa. Bekas pemain Bintang Utara itu bersikeras untuk "kembali ke karir saya di Pertamina. Di Pertamina Medan ada juga klub Indonesia Muda amatir," katanya. Taufik Lubis, kiper PSMS ini merasa dirinya tak akan jadi pemain baik kalau tidak masuk Galatama. "Saya bukan mau gaji yang bagus, tapi slstem pembinaan di Galatama sekarang jauh lebih baik daripada di klub amatir," kata karyawan Ditjen Pajak yang memang berasal dari klub Pajak itu. "Untung saya diberi kesempatan ikut latihan, memang berat, di pelatnas PSSI Utama ini," katanya sambil tidur-tiduran membaca komik dan mendengarkan walkman di mess Senayan.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600
Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus