MUTU klub amatir demikian jelek, sehingga tokoh PSSI, seperti
Kamaruddin Panggabean, dan pelatih Endang Witarsa tak tertarik
menonton final Piala Presiden. Tapi sejumlah pemain nasional
berasal dari klub amatir. Lihat Subangkit, Sutjipto dan Hamid
Asnan -- ketiganya eks Asyabaab, klub terkuat 3-5 tahun lalu di
bond Persebaya Surabaya.
Bahwa tak satu pun klub Persebaya ikut turnamen Piala Presiden
sejak babak pertandingan wilayah, mereka prihatin. Mitra Utama,
juara bond Surabaya batal ikut, gara-gara "diblokir" Komda PSSI
Ja-Tim, dengan alasan "terlambat mendaftar"
"Dulu, dengan latihan 3 kali sepekan Asyabaab jadi juara
kompetisi Persebaya," kata Subangkit (22 tahun), gelandang PSSI
Utama ini. "Sekarang ia merosot di bawah Mitra Utama, saya kira,
karena kurang perangsang uang saku," tambah pemain yang sudah
masuk Jaka Utama Galatama ini karena Asyabaab tak mau masuk
Galatama.
Hamid Asnan dari NIAC Mitra Galatama mengakui rekan-rekannya di
klub Mitra Utama yang amatir mendapat cukup banyak uang saku.
Yayasan Mitra konon mengeluarkan Rp 5 juta sebulan untuk biaya
klub, di luar NIAC Mitra Galatama, yang dikelolanya. Mungkin
merasa Komda PSSI Ja-Tim dan pengurus Persebaya kurang
perhatian, Ketua Yayasan Mitra A. Wenas membubarkan ketiga klub
amatirnya Mei lalu.
Seperti Subangkit dan Hamid Asnan, Sutjipto (24 tahun) mengaku
hijrah dari Asyabaab ke Galatama "agar dapat uang dan kemampuan
main bola lebih berkembang." Pemuda lulusan sekolah guru agama
(PGA) Pandaan itu telah setahun bekerja main bola saja di klub
Jaka Utama Lampung. "Honor ikut mendorong semangat pemain,"
katanya pula. Dan dari penampilannya dalam kompetisi Galatama,
ia dipanggil ke pelatnas PSSI Utama, tempat ia mendapat uang
saku Rp 150.000 sebulan.
Sebaliknya Zulham Effendi ingin meninggalkan Pardedetex
Galatama, kembali ke amatir. Belum rampung masa kontraknya 2
tahun (Rp 2 juta) sejak 1979, tahun lalu ia memperkuat klub
amatir PS Setia di PSMS Medan. Gara-gara itu, ia diskors 2 tahun
oleh "klub liar yang tidak ada dalam buku PSSI," kata Komda PSSI
Sum-Ut, Wahab Abdi. Skors itu pun disahkan PSSI Pusat, sehingga
Zulham sempat terombang-ambing di PSSI Utama. Pernah ia
dipulangkan dari pelatnas PSSI Utama, tapi Juni ini dipanggil
lagi oleh pelatih Endang Witarsa. Bekas pemain Bintang Utara itu
bersikeras untuk "kembali ke karir saya di Pertamina. Di
Pertamina Medan ada juga klub Indonesia Muda amatir," katanya.
Taufik Lubis, kiper PSMS ini merasa dirinya tak akan jadi pemain
baik kalau tidak masuk Galatama. "Saya bukan mau gaji yang
bagus, tapi slstem pembinaan di Galatama sekarang jauh lebih
baik daripada di klub amatir," kata karyawan Ditjen Pajak yang
memang berasal dari klub Pajak itu. "Untung saya diberi
kesempatan ikut latihan, memang berat, di pelatnas PSSI Utama
ini," katanya sambil tidur-tiduran membaca komik dan
mendengarkan walkman di mess Senayan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini