Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Olahraga

Akhirnya Dapat Juga

Tim pemanah putri indonesia meraih medali perak pada olimpiade seoul. untuk pertama kalinya indonesia merebut medali sejak olimpiade di helsinki 1952. tiga pemanah tersebut dipersiapkan sejak akhir 1987.

8 Oktober 1988 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TERIMA kasih, Lilis Handayani. Terima kasih, Kusuma Wardhani. Terima kasih, Nurfitriyana. Ya, selain terima kasih dan puji syukur, ucapan apa lagi yang pantas disampaikan kepada ketiga pemanah putri kita yang berhasil merebut medali perak di Olimpiade Seoul itu? Mereka bukan saja telah mengangkat nama Indonesia dan menghindarkan kontingen Indonesia dari cuma sekadar menggigit jari di Seoul. Mereka juga telah mengukir sejarah. Untuk pertama kalinya, sejak Indonesia menikuti Olimpiade di Helsinki 1952, kita memenangkan medali. Perak lagi. Ini berarti posisi Indonesia berada di atas Filipina dan Muangthai yang merebut satu medali perunggu. Dan lebih baik dibanding India, yang tak memperoleh satu medali pun di Seoul. Maka, bisa dimengerti bila derai air mata menetes Stadion Panahan Hwarang, Seoul, Sabtu pekan lalu. Ketiga pemanah itu hanya bisa menangis, mencium busur, anak panah, dan kemudian berangkulan, begitu panitia mengumumkan regu Indonesia keluar sebagai juara kedua dalam nomor beregu putri. Kedudukan itu dicapai setelah mereka berhasil menundukkan regu tangguh AS dalam pertandingan ulangan atau play off. Saingan berat dalam cabang panahan ini datang dari kubu AS, Korea Selatan, dan Uni Soviet. Namun, di babak final tiga pemanah putri Indonesia yang berada di lajur keempat arena pertandingan tampaknya tidak kehilangan nyali. Detik-detik ketegangan dimulai pukul 14.30. Lilis, Kusuma, dan Yana, panggilan akrab Nurfitriyana, masing-masing diapit para pemanah Inggris dan trio Soviet. Dari busur panah mereka mesti ditembakkan masing-masing sembilan anak panah untuk tiap nomor jarak. Lilis berdiri di tengah. Ia diapit Yana di sebelah kiri dan Kusuma di kanannya. Perjuangan pertama pada jarak 30 meter. Lilis mengangkat tangan kirinya lurus setinggi bahu. Dengan konsentrasi penuh, tali busur ditarik sampai menyentuh mulut. Sementara itu, mata menatap tajam ke lingkaran pusat. Anak panah pun segera melesat mencapai sasarannya. Clap. Di jarak ini para srikandi Indonesia membuat kejutan. Mengungguli saingan-saingannya dengan angka 259 dari kemungkinan 270. Sedangkan Korea berada di urutan kedua dengan selisih 1 angka dan AS di tempat ketiga dengan angka 253. Melihat hasil yang dicapai itu, ketiganya yakin bahwa mereka bisa menyumbangkan medali pertama bagi Indonesia di arena olimpiade. Pada jarak 50 meter, Lilis yang berambut ikal itu kembali mengangkat busurnya. Di jarak ini mereka masih bisa bertahan di urutan kedua dengan meraih angka 237, sama seperti AS. Sedangkan Kor-Sel menyodok ke urutan pertama setelah menyabet angka 240. Pada jarak 60 dan 70 meter, para pemanah Korea makin menunjukkan kelasnya. Tampaknya, sulit mengejar mereka yang memperoleh 241. Tapi posisi kedua masih bisa dipertahankan oleh trio srikandi Indonesia setelah mampu mengumpulkan angka 235. Satu angka di atas regu AS. Secara total dari 3 jarak, Korea telah mengumpulkan angka 739, Indonesia 731, sementara Amerika 724. Tiga besar ini seperti menggantungkan harapan pada 27 anak panah penghabisan. Yaitu pada nomor jarak 70 meter. Clap, clap, clap. Sembilan anak panah pertama dilesatkan. Korea 821, Indonesia 810, AS 803. Lalu sembilan lagi. Nilai Korea 901, Indonesia 879, dan AS 873. Dan Lilis mendesingkan tiga panah lagi, begitu juga Yana dan Kusuma. Papan skor menunjukkan: Kor-Sel berada di tempat tertinggi. Nilainya 982. Menyusul tempat keempat sampai kedelapan. Lalu, siapa di tempat kedua dan ketiga? Catatan masih kosong. Ternyata, kemudian diumumkan bahwa regu Indonesia dan Amerika mendapat nilai sama, 952. Kedua regu harus bertanding ulang dengan 9 anak panah, untuk menentukan juara kedua dan ketiga. Ketegangan makin bersimaharajalela. Wiek Djatmika, Ketua Kontingen Indonesia, sudah menyatakan kepasrahannya. "Perunggu pun kita terima, karena itu pun sudah sejarah bagi Indonesia," kata Wiek. Ternyata, bukan perunggu. Karena alhamdulillah, eh maaf, satu anak panah Amerika lepas sasaran. Sehingga, Indonesia memperoleh nilai 72, sementara AS 5 angka di bawahnya. Lalu mengalirlah air mata kebahagiaan itu. Indonesia meraih medali perak. Untuk pertama kalinya Sang Saka Merah Putih dikerek di Olimpiade setelah pengalungan medali. Peluk cium menghujani ketiga putri, dari pelatih Donald Pandiangan, Wiek Djatmika, Ketua Perpani Haposan Panggabean, dan kerabat setanah air. Regu pemanah lain negara juga ikut menyalami. Selamat! Memang itu yang pantas diucapkan. Trio jagoan memanah itu dipersiapkan sejak akhir 1987, untuk menghadapi Kejuaraan Panahan Asia, Januari lalu. Setelah itu digojlok lagi enam jam setiap hari, kecuali Minggu. Pengalaman tanding diperoleh dari pertandingan di Eropa selama satu bulan lebih. Pada SEA Games XIV, 1987, Kusuma Wardhani, yang lahir di Ujungpandang itu, sudah menunjukkan kebolehannya. Ia berhasil mempertajam rekor Olimpiade. Semula hanya Kusuma yang akan dikirim ke Seoul. "Tetapi kami menjelaskan bahwa peluang Indonesia justru terletak pada nomor beregu. Semua itu terbukti sekarang," ujar Udi Harsono, Sekjen Perpani. Sedangkan Nurfitriyana, pada SEA Games XIV itu, menggaet 3 emas dan 3 perak. Inilah yang menghentikan keputusasaannya pada olahraga panahan itu. "Waktu latihan untuk SEA Games itu, saya sudah mikir-mikir mau berhenti setelah SEA Games itu," ujar mahasiswi STIE Perbanas ini. Untung, batal. Kalau tidak, kapan lagi kita bisa merasa bangga. Bunga S.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus