Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Olahraga

Alam Menjajal Eropa

Satu lagi bocah Indonesia berguru sepak bola ke Belanda. Pengiriman pemain muda berbakat perlu terus dilakukan.

6 November 2006 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Dracthen, desa di pelosok utara Belanda yang berpenduduk 50 ribu jiwa, mulai dingin dibekap embusan angin. Musim salju tinggal hitungan hari. Tim nasional Indonesia usia di bawah 23 tahun (U-23), yang berlatih di sana sejak Mei silam, pekan lalu kedatangan tamu dari Jakarta. Dia adalah Syamsir Alam. Bocah 14 tahun itu datang untuk menyibak jalan menuju jenjang dunia.

Sebelum ikut berlatih bersama, Alam—begitu panggilannya—sempat keder karena pelatih Foppe de Haan melarang semua pemain mengenakan sarung tangan. Ia mengatakan udara belum terlalu dingin. Padahal Alam merasa dingin sudah menusuk tulangnya. Meski gemetar menahan dingin, Alam bisa mencetak satu gol pada sesi permainan. Ia tak terlihat minder berlatih dengan tim yang dipersiapkan untuk Asian Games Qatar 2006 itu.

Itu berkat postur tubuhnya yang 173 sentimeter. Lagi pula Alam cepat menyesuaikan diri dengan pemain lain yang usianya jauh lebih tua. Ia sangat gesit. Remaja yang menempati posisi penyerang tengah ini memang sangat berbakat dan berdisiplin.

Mulai mengenal bola pada usia enam tahun, Alam sejak dini menunjukkan tekad menjadi pesepak bola profesional. Sulung dari empat bersaudara ini selalu datang latihan tepat waktu di klub pertamanya di Depok, Jawa Barat. Ia juga tak segan bangun subuh jika timnya akan bertanding ke luar kota.

Bakatnya makin terasah setelah bergabung dengan Akademi Sepak Bola Inti Olah Prima (ASIOP) Jakarta, yang diasuh mantan pemain nasional Ronny Pattinasarani. Saat berusia 11 tahun, Alam sudah memperkuat tim nasional U-14. Tahun ini Alam, yang menjadi kapten tim nasional U-14, mendapat promosi menjadi pemain utama di tim nasional U-17.

Sejumlah prestasi cemerlang mengikuti perjalanan bocah kelahiran Jakarta, 6 Juli 1992, ini di lapangan rumput. Ia mengantar tim nasional U-14 dan U-15 menjuarai Piala Pelajar ASEAN di Bangkok pada 2003 dan 2005. Alam juga mengantarkan Indonesia meraih trofi dalam Kejuaraan Asia U-14 di Phnom Penh, Kamboja, pada 2003. Di turnamen itu, ia menjadi top scorer dengan mencetak 13 gol.

Tahun berikutnya di Kuala Lumpur, Malaysia, Alam membawa tim nasional U-14 masuk ke babak final turnamen yang sama. Di negeri jiran itu ia tak tanggung-tanggung menjaringkan sembilan gol ke gawang lawan-lawannya. Deretan prestasi tersebut membuat Alam dipanggil mengikuti seleksi untuk diberangkatkan ke Belanda dengan sponsor Pelita Bakrie.

Dalam seleksi yang berlangsung Agustus-September lalu, pengagum Cristiano Ronaldo, bintang Portugal yang bermain di klub Manchester United, ini berhasil menyisihkan 15 pesaing dari berbagai daerah. ”Alam senang bisa kepilih, Alam emang pengen banget latihan di luar negeri,” katanya melalui sambungan internasional. Sebenarnya ada bocah lain yang juga lolos seleksi, yaitu Marko Kabiay. Tapi putra asal Papua ini batal berangkat (lihat: Marko yang Kandas).

Di Belanda, Alam belum resmi menjadi anggota klub mana pun. Pekan pertama di Negeri Kincir Angin menjadi masa menyesuaikan diri dengan cuaca dan lingkungan, sekaligus pemulihan kondisi fisik setelah puasa. Ia pun dititipkan ke tim nasional U-23 yang dilatih Foppe de Haan, mantan pelatih tim nasional U-21 Belanda dan asisten Bambang Nurdiansyah.

Kamis pekan lalu, Alam baru mengikuti tes pertama di Vitesse Arnhem, klub anggota Eredivisie (divisi utama) Belanda. ”Tes akan berlangsung selama dua minggu,” kata Rahim Soekasah dari Pelita Bakrie, yang menemani Alam selama di Belanda. Bambang Nurdiansyah, yang ikut menyeleksi Alam sewaktu di Jakarta, optimistis bocah itu akan lolos ujian. ”Dia bisa bersaing dengan anak-anak seusianya di Belanda,” ujarnya melalui telepon.

Untuk memuluskan cita-cita Alam, Pelita telah mencarikan sekolah sekaligus mengurus izin tinggal permanen untuk putra pengacara Edison Sikumbang dan Yuliana Hotnida ini. Maklum, warga negara asing di bawah umur yang tidak bersekolah di negeri itu hanya bisa mendapat izin kunjungan selama tiga bulan. ”Desember nanti Alam akan kembali ke Jakarta untuk proses izin tinggal itu,” kata Rahim.

Persoalan izin tinggal itu juga yang mengganggu Irvin Museng. Bocah 13 tahun asal Makassar ini sudah lebih dulu berguru sepak bola di Belanda. Irvin kini menjadi siswa akademi sepak bola Ajax Amsterdam. Ia juga mendapat latihan tambahan di klub Omniworld, anggota divisi dua Liga Belanda. Soalnya, di Ajax ia baru mendapat latihan tiga kali seminggu. ”Porsi itu sangat kurang buat Irvin,” kata Diza Ali, pemilik Makassar Football School (MFS), yang mensponsori keberangkatannya.

Sayangnya, setelah sekian lama di Belanda, Irvin tak kunjung mendapat izin tinggal tahunan di Belanda. ”Sulit mengurusnya, sehingga Irvin harus kembali ke Indonesia setiap tiga bulan,” kata Diza. Sejak Februari lalu, putra pasangan Henky Museng dan Yenny Thaurisan ini telah tiga kali kembali ke Indonesia untuk mengurus izin kunjungan.

Irvin sulit mendapat izin tinggal lantaran belum mendapat sekolah di Belanda. Baru akhir tahun ini ia mengurus kepindahan sekolah. Rencananya, Irvin akan mendaftar di sebuah sekolah internasional di sana. Setelah Irvin, klub MFS telah mendapat tambahan jatah empat pemain untuk dilatih di Omniworld. Saat ini mereka masih menyeleksi anak-anak yang akan dikirim tersebut. ”Tidak harus dari MFS, siapa pun asal berbakat,” ujar Diza.

Pelatih Ronny Pattinasarani mengatakan, apa pun kendalanya, pengiriman pemain berbakat ke luar negeri harus tetap dilakukan. Direktur Pembinaan Usia Muda PSSI ini menyatakan masih banyak anak-anak berbakat seperti Alam dan Irvin yang layak diberangkatkan. ”Mereka harus dibiasakan de-ngan lingkungan sepak bola profesional,” katanya.

Siapa tahu merekalah yang kelak membawa Indonesia ke pentas dunia.

Adek Media Roza

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus