Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
SESAAT penonton yang memadati Gund Arena menahan napas melihat aksinya. Dengan cekatan seorang bintang muda dari Cleveland Cavaliers, tim tuan rumah, menerima bola sambil melompat. Di udara, dia sempat memutar tubuh setengah lingkaran, lalu menceploskan bola ke dalam keranjang. Masuk! Gemuruh sorak-sorai penonton pun tak terbendung.
Slam dunk itu tak hanya indah, tapi juga yang mengantarkan kemenangan Cleveland Cavaliers atas tamunya, Chicago Bulls, 96-74.
Bagi tim tuan rumah, kemenangan yang dipetik pada Sabtu akhir November lalu itu amat berarti. Ini memperkokoh posisi Cleveland di posisi ke-4 klasemen wilayah timur ajang kompetisi bola basket nasional Amerika (NBA).
Pahlawannya, siapa lagi kalau bukan LeBron James, si pencipta slam dunk indah. Berkat aksinya pula, ia mencetak total 26 poin dalam pertandingan itu. Kini, James telah mengumpulkan total poin 2.000. Ini prestasi yang luar biasa karena ia baru mencapai usia 20 tahun pada 30 Desember mendatang. Dia mematahkan rekor bintang Los Angeles Lakers, Kobe Bryant yang mencetak poin ke-2.000 saat sudah berusia 20 tahun pada 1999. Jangan heran jika James amat bangga. "Saya tak menyangka bakal secepat ini mencapainya," katanya.
Kehebatan pemain yang dijuluki King James ini mulai mencuat sejak musim lalu. Saat itu ia telah meraih gelar Rookie of the Year dalam usia termuda sepanjang sejarah NBA. Dalam musim ini ternyata prestasinya terus mengkilap. Dalam kompetisi yang baru bergulir sebulan, dua kali dia terpilih jadi pemain terbaik mingguan.
Dia juga berhasil memperbaiki perolehan poin tertingginya dalam sebuah pertandingan. Pada 25 November lalu, saat timnya menekuk Detroit Pistons, ia membukukan 43 poin, dua poin lebih tinggi dari yang diraihnya musim lalu. "Dia memang pemain hebat. Bila mampu menjaga konsistensi, dia akan jadi andalan utama Amerika pada olimpiade," kata Larry Brown, pelatih nasional Amerika.
Kini James benar-benar menjadi primadona kompetisi NBA. Kehadirannya juga membuat Cavaliers panen, dari penjualan tiket, merchandise, dan hak siar televisi. Tak sia-sia klub ini mengeluarkan US$ 12,96 juta ( Rp 116,6 miliar) ketika mengontrak James tahun lalu.
Uang kontrak hanya sebagian kecil dari duit yang mengalir ke pundi-pundi James. Dia juga mendapat gelontoran duit dari sponsor, seperti kontrak tujuh tahun dengan Nike senilai US$ 100 juta (sekitar Rp 900 miliar) serta kontrak US$ 6 juta dengan penyedia memorabilia Upper Deck.
Ia telah jauh meninggalkan masa lalunya yang pahit. Lahir di Akron, Ohio, 30 Desember 1984, James dihadapkan pada hidup yang serba pas-pasan saat kecil. Dia hanya hidup bersama ibunya, Gloria James. Ayahnya tak pernah terungkap keberadaannya sampai kini. Dia sering dibawa ibunya kerap berpindah-pindah tempat tinggal karena keterbatasan ekonomi. Kehidupan mereka baru membaik setelah Gloria menikah dengan seorang pengusaha real estate, Eddie Jackson.
James kecil beruntung, meski hidup pas-pasan, ibunya sangat memperhatikan dirinya. Sang ibu selalu dengan setia mendampinginya berlatih basket. Bahkan saat berlaga di sekolah menengah, Gloria selalu memakai kaus dengan tulisan "Ibu LeBron". Sang ibu pun tak segan-segan membelikannya sebuah mobil Hummer kuning seharga US$ 50 ribu dari uang pinjaman. Untuk membalas kecintaan ibunya, James mengukir nama ibunya dengan tato di kedua lengannya.
Bakatnya bermain basket sudah mulai tampak saat masih duduk di bangku SMA. Saat itu, majalah Sports Illustrated telah memasang fotonya di sampul depan dengan judul "The Chosen One", yang terpilih. Dominasinya di lapangan rata-rata mencetak 31 poin per pertandingan, membuat dia dijuluki King James.
Para penggemarnya sempat menggalang petisi untuk mengubah aturan NBA yang menekankan pemain harus lulus SMA sebelum berlaga di ajang ini. Namun, usaha itu gagal dan James baru bisa berlaga di NBA tahun lalu, setamat SMA.
Di luar lapangan, James dikenal cukup dermawan dan sering menyumbang untuk gelanggang remaja dan sekolah-sekolah. Tapi soal kehidupan pribadinya, dia sangat tertutup. Ketika Oktober lalu dia mendapat anugerah seorang bayi lelaki dari kekasihnya, James mati-matian menyembunyikannya. "Biarlah itu jadi urusan pribadi saya. Kalau mau bertanya soal basket, silakan," katanya.
Dalam soal basket, dia memang belum puas. James masih menyimpan sebuah ambisi besar, yang tahun lalu gagal diraihnya: membawa timnya lolos ke babak playoff.
Tim Cavaliers terakhir masuk playoff pada musim 1997-1998. Menurut James, peluang ke babak playoff lebih terbuka di musim ini karena timnya sudah makin matang. Terbukti, mereka telah berhasil memenangkan sembilan dari 16 pertandingan. "Saat ini hanya playoff yang jadi tujuan saya, tak ada yang lain," ujarnya.
Nurdin Saleh
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo