Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Olahraga

Gara-gara Benturan Kepala

Chris John mempertahankan gelar juaranya. Sehari sebelum pertarungan, berat badannya sempat naik 2 kilogram.

6 Desember 2004 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Matahari berdiri tegak siang itu di Tenggarong, Kutai. Panasnya mulai menyengat ubun-ubun. Hanya mengenakan cawat, lelaki berusia 23 tahun itu terkesima tatkala melihat jarum timbangan. Angkanya menunjukkan 59 kilogram lebih. Artinya, berat badannya berlebih 2 kilogram dari batas resmi 57,1 kilogram untuk petinju kelas bulu.

"Wah, padahal aku hanya makan sepotong roti. Kok naiknya begitu banyak?" kata Chris John, laki-laki itu, terpana. Dia mengaku baru saja diajak makan roti oleh Tourino Tidar, representasi Asosiasi Tinju Dunia (WBA) di Indonesia.

Chris, juara dunia tinju kelas bulu itu lalu bergegas mengenakan kaus dan celana pendeknya lagi. Niatnya jelas, melakukan joging habis-habisan. Begitulah salah satu cara menurunkan berat badan di samping menjalani mandi sauna berjam-jam pada Kamis pekan lalu, sehari sebelum menghadapi pertandingan penting.

Tentu, bukan karena soal berat badan dan kesiapan fisik jika pada Jumat malam, sehari kemudian, ia hanya menghasilkan draw dalam pertarungan melawan Jose "Cheo" Rojas, 33 tahun, petinju Venezuela. Digelar di Stadion Rondong Demang, Tenggarong, pertandingan itu dihentikan wasit pada ronde keempat karena keduanya berbenturan kepala. Darah mengucur dari pelipis kanan Chris dan kepala Rojas. Sesuai dengan aturan, jika dihentikan karena faktor medis sebelum ronde keempat berakhir, pertarungan dinyatakan imbang tanpa penghitungan perolehan angka.

Sebagai juara dunia kelas bulu versi WBA, sebenarnya Chris John telah mengembleng dirinya dengan serius untuk menghadapi Rojas. Dia adalah lawan da-dakan setelah Derrick Gainer, petinju Amerika Serikat yang semula dijadwalkan menjadi lawannya dalam pertarungan wajib, tak mau datang. Kendati Rojas berada di peringkat ke-11 WBA dan pernah kalah lima kali, Chris tak mau menyepelekannya.

Beberapa pekan sebelumnya, ia telah berlatih keras setiap hari. Lihat pula joging yang dilakukannya di tengah siang itu. Dia mengitari Stadion Rondong Demang sebanyak 10 kali. Chris tak mempedulikan aktivitas kru sebuah stasiun televisi swasta yang masih sibuk menuntaskan pekerjaannya memasang karpet yang didominasi warna biru sebagai alas sekitar 500 kursi tamu VIP yang harus membayar tiket Rp 1 juta sampai Rp 1,5 juta.

Dia baru memulai latihan agak siang karena baru bangun tidur pada pukul 9 pagi. "Saya memang terlalu lelah semalam. Jadi, tidurnya tengah malam," kata Chris yang menginap di kamar 204 Hotel Lesung Batu di tengah kota Tenggarong.

Di tepi jalan, puluhan pengendara mo-tor antusias menyaksikan Chris berlari. Sebagian mereka menyapa dan menjabat tangan Chris yang membalas sembari tersenyum. "Hidup Chris John!" kata beberapa dari mereka berteriak. Chris membalas dengan senyum dan melambaikan tangan.

Seusai joging, Chris kembali menim-bang ulang badannya. Ternyata, berlari 10 putaran itu efektif menurunkan kelebihan berat badannya. Hasilnya, berat badan Chris turun menjadi 56,6 kilogram. Rona puas terlihat jelas di wajahnya.

Chris mengakui dirinya memang sedikit tegang menghadapi pertarungan tersebut. Namun dia yakin, bila persiapan dirasakan semakin mantap, lambat-laun rasa percaya diri akan semakin tebal. Di sisi lain dia juga mengaku tak lupa berdoa.

Tak banyak aktivitas yang dilakukan petinju pemilik rekor 34-0 itu hingga mendekati saat pertandingan. Jumat malam, saat petinju lain berangkat lebih dulu karena harus tampil dalam partai tambahan, Chris John yang juga atlet wushu itu memilih mengurung diri di kamarnya. "Saya nonton televisi saja. Kalau dipikirkan (pertandingannya) malah jadi tegang sendiri," katanya.

Chris baru keluar dari kamarnya sekitar pukul 21.45 WITA dan langsung berangkat menuju Stadion Rondong Demang dengan kawalan polisi. Dia terlihat lebih rileks. Anak Banjarnegara itu sempat bercanda dengan wartawan yang duduk di dekatnya.

Begitu sampai di ruang ganti, sebagian petinju sesasananya sudah berkumpul lagi, termasuk mereka yang sudah naik ring. Mukhlis, petinju Bank Buana, tampak menangis gara-gara kalah KO di tangan Victor Warouw pada ronde keenam. Chris sempat menepuk bahu rekannya itu dengan maksud menenangkannya.

Tak lama kemudian, wasit Silvestre Abainza dari Filipina bersama ofisial WBA datang dan memberi wejangan pendek. Chris mulai memasang perlengkapan sarung tinjunya. Tiba-tiba, dia berubah jadi pendiam. Juga saat pelatih lawan datang memerika sarung tinjunya.

Sutan Rambing, pelatih Chris, tak ikut mengecek sarung tinju Rojas. Dia lebih berkonsentrasi menyiapkan petinjunya yang mulai melakukan pemanasan. "Yang ringan-ringan dulu, jangan keras-keras," katanya. Di tengah pemanasan, Sutan memberi beberapa instruksi. "Layani terus dia. Jangan sampai dia yang melayani permainanmu. Jaga jarak, tapi selalu siap memukul," ujarnya lagi.

Diam-diam, Sutan menyiapkan strategi khusus. Dia meminta Chris membiarkan Rojas seakan mengambil ronde pertama sampai kedua. "Kau paksa dia main terus di menit pertama, menit kedua kau beri, menit ketiga turunkan lagi," katanya serius.

Di atas ring, strategi itulah yang coba diterapkan Chris. Dia mencoba mengatur jarak pukul dengan Rojas. Tapi, saat ronde keempat tersisa 1 menit 10 detik lagi, wasit Abainza menghentikannya setelah terjadi benturan kepala. Pertandingan akhirnya dinyatakan draw.

Hasil itu sudah cukup bagi Chris John untuk mempertahankan gelarnya. Dia pun masih bisa tersenyum, meskipun tak lepas, ketika sabuk gelar juara dilekatkan di pinggangnya.

Zulfirman, Deddy Sinaga (Tenggarong)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus