Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Olahraga

Anak Mami Jadi Juara

Kevin Durant ikut berjasa mengantar Golden State Warriors menjuarai kompetisi bola basket Amerika Serikat musim ini. Selalu dekat dengan sang ibu.

26 Juni 2017 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TAK ada yang ragu akan kecintaan Kevin Durant kepada ibunya, Wanda Durant, 49 tahun. Ia menyebut ibunya sebagai wanita terhebat. "Ibulah MVP sebenarnya," ucap Kevin saat dinobatkan sebagai pemain terbaik (most valuable player/MVP) kompetisi bola basket Amerika Serikat (NBA) musim 2014/2015.

Senin pekan lalu, pemain 28 tahun itu dinobatkan sebagai pemain terbaik Final NBA musim ini setelah mengantar Golden State Warriors menjadi juara dengan mengalahkan juara bertahan Cleveland Cavaliers 4-1. Dan, lagi-lagi, Wanda ada di samping anaknya. "Kamu berhasil!" kata Wanda dengan senyum mengembang.

Menurut Wanda, sejak berusia 10 tahun, Kevin selalu bermimpi suatu saat nanti bisa mengenakan cincin juara NBA. Dia mengatakan prestasi yang diraih saat ini merupakan bukti Kevin tak pernah berhenti bekerja keras untuk merengkuh mimpinya. "Saya sangat bangga kepada dia," ujar Wanda seperti dikutip The Undefeated, pekan lalu.

Dalam lima pertandingan final, para pemain Cavaliers kesulitan menghentikan gerak laju forward Warriors itu. Dalam pertemuan pamungkas yang berlangsung di markasnya, Oracle Arena, Warriors menang 129-120. Malam itu Kevin menceploskan 39 poin, 7 rebound, dan 5 assist.

Wanda segera menemui Kevin meski sang anak sedang diwawancarai stasiun televisi ABC dalam siaran langsung seusai laga kelima itu. Ia langsung berdiri menghalangi kamera dan menarik jenggot anaknya seraya berkata, "Lihat Mama! Kamu berhasil." Lalu Wanda pun mencium pipi kiri Kevin diikuti gemuruh dan tepuk tangan penonton yang memadati Oracle Arena.

Kevin sama sekali tak terlihat canggung atau merasa terganggu oleh ulah ibunya. Ia malah memeluk erat sang ibu. "Saya mungkin tak akan berada di sini kalau tak ada pengorbanan dari ibu. Dia yang membuat saya percaya pada mimpi ini," ucapnya. Kevin menambahkan, ibunya pula yang menjauhkan dia dari pergaulan sesat di jalan dan obat-obatan terlarang. Wanda yang mengurusi segala keperluan Kevin dan kakaknya, Tony. "Saat kecil, ketika kami hanya punya makanan sedikit, dia memastikan saya dan Tony kenyang. Sedangkan Ibu tak peduli jika ia harus tidur dengan perut kosong."

Wanda membesarkan kedua putranya, Kevin dan Tony, sebagai orang tua tunggal. Mereka tinggal di Prince George's County, Maryland, dalam kondisi serba susah. Untuk tempat tinggal pun mereka harus beberapa kali pindah apartemen. Sang ayah, Wayne Pratt--yang menikahi Wanda setelah Kevin lahir--meninggalkan mereka ketika Kevin baru berusia 1 tahun. Saat melahirkan anak pertama, Tony, Wanda masih berusia 18 tahun. Setelah bercerai dengan Pratt, ia tak pernah menikah lagi.

Perjuangan Wanda membesarkan anak-anaknya seorang diri itu diabadikan dalam sebuah film layar lebar berjudul The Real MVP: The Wanda Durant Story, yang dirilis pada 2016. Film yang disutradarai Nelson George dan dibintangi Tracie Thoms itu berkisah tentang bagaimana Wanda harus melewati berbagai cobaan dan rintangan untuk mengantar anaknya meraih mimpi dan sukses. Berkat perjuangan gigih dan tak kenal lelah sang ibu, Kevin tumbuh menjadi salah satu sosok pemain basket NBA paling menonjol.

Kevin kini menjadi salah satu pemain NBA dengan bayaran paling mahal. Untuk musim 2016/2017, ia digaji US$ 26,54 juta atau sekitar Rp 352,8 miliar buat satu musim. Sepanjang sejarah Warriors, tak ada pemain yang mendapat bayaran sebesar itu. Gaji Kevin hanya kalah dari bintang Cavaliers, LeBron James, yang dikontrak senilai US$ 30,96 juta atau setara dengan Rp 411,6 miliar semusim. Jika musim depan kontrak Kevin diperpanjang, gajinya bakal naik menjadi US$ 27,73 juta atau sekitar Rp 368,69 miliar setahun.

Saat Kevin berusia 13 tahun, Wayne Pratt mencoba merangkul kembali keluarganya, tapi tak berhasil. Butuh lebih dari satu dekade bagi dia untuk bisa "diterima" anak-anaknya. Ketika nama Kevin mulai menjadi buah bibir di kalangan pencinta basket NBA, sang ayah kembali mencoba masuk ke kehidupan Kevin, Tony, dan Wanda. Kali ini ia diterima dengan baik. Kepada The Washington Post, Pratt menjelaskan alasan meninggalkan keluarganya. "Kala itu saya belum matang, egoistis, dan terlalu muda. Tapi anak saya kemudian mengingatkan saya betapa pentingnya seorang ayah yang selalu bisa berada di dekat mereka," katanya.

Wayne Pratt memang tak ada di samping anak-anaknya ketika mereka tumbuh menjadi dewasa. Hanya kegigihan dan kasih sayang Wanda yang mampu mengantar Kevin dan Tony menjadi seperti sekarang. Wanda selalu ada di dekat Kevin sejak masih sekolah hingga kuliah di University of Texas di Austin. Saat nama Kevin masuk draf NBA 2007 dan bergabung dengan Seattle SuperSonics--yang sejak 2008 berubah nama menjadi Oklahoma City Thunder--lalu akhirnya berlabuh di Golden State Warriors pada musim ini, Wanda tak pernah absen dalam memberikan dukungan. "Dia seperti ibu kebanyakan yang penuh perhatian kepada anaknya. Dia selalu ada ketika saya membutuhkannya dan saya kagum kepada dia," ucap Kevin.

Kevin masih ingat bagaimana ibunya berusaha keras menanamkan disiplin dalam menjaga kebugaran kepada anak-anaknya. "Pada malam hari di musim panas, ibu selalu menyuruh kami berlari bolak-balik menuju bukit," ujar Kevin.

Kevin juga tak pernah lupa bagaimana ibunya selalu menyuruh dia melakukan pushup atau olahraga lain untuk membentuk otot. Saat Kevin masih berusia 8 atau 9 tahun, Wanda pula yang selalu memberi dukungan dengan berteriak dari pinggir lapangan saat sang anak tampil. "Dia selalu ada di sana ketika saya bermain basket," katanya.

Berbeda dengan kebanyakan keluarga di Amerika Serikat, hubungan emosional antara Wanda dan anak-anaknya tak pernah pudar. Bahkan naluri keibuannya bangkit saat anaknya dipojokkan oleh media ataupun orang yang tak suka kepada putranya. Wanda tak terima ketika Kevin dianggap tak loyal dan oportunistis saat meninggalkan Oklahoma City Thunder tahun lalu untuk bergabung dengan tim super Golden State Warriors. Kevin dituding mengorbankan loyalitas kepada tim yang telah membesarkan namanya demi mengejar gelar juara NBA.

Komentator olahraga Stephen A. Smith paling lantang mengkritik kepindahan Kevin ke Warriors itu. "Dia sudah mulai tua. Semakin umurnya bertambah, dia malah semakin sombong, tak menghargai orang lain, terutama para penggemarnya," ucap Smith dalam acara First Take di ESPN. Smith menambahkan, "Sejujurnya dia tidak lebih cerdas dari sebelumnya. Mengapa? Karena Durant tak pernah melontarkan kata-kata menyenangkan untuk menghargai para pendukungnya."

Mendengar kritik pedas itu, kuping Wanda pun panas. Ia meminta bertemu langsung dengan Smith dalam acara First Take. "Memangnya Anda siapa, Stephen A. Smith? Beraninya Anda menuding seenaknya seperti itu kepada anak saya?" ujar Wanda berapi-api. Tak mengherankan bila Kevin menyebut ibunya sebagai MVP sebenarnya.

Firman Atmakusuma (NBA, Usatoday, Heighline)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus