LAKON politik Uni Soviet di Afghanistan telah mempengaruhi
pentas olahraga. Setidaknya Arab Saudi sudah memaklumkan diri
untuk tidak mengikuti pesta olahraga dunia di Moskow Juli depan.
"Sebagai protes atas agresi Uni Soviet terhadap negara Islam,
Afghanistan," kata Pangeran Faisal bin Fadh bin Abdel Aziz,
Ketua Komite Olympiade Arab Saudi.
Dari Presiden Jimmy Carter sudah terdengar pula kemungkinan
negerinya akan memboikot Olympiade Moskow. Tapi "saya tidak
ingin melakukan (boikot) itu," ujar Bill Rodgers. "Olympiade
bukanlah tempat ajang politik bagi siapa pun. Apakah itu
Presiden Amerika Serikat atau Pimpinan Tertinggi Uni Soviet."
Rodgers adalah pelari marathon AS yang selalu memenangkan lomba
lari jarak jauh selama ini, kecuali Olympiade.
Don Miller, Direktur Eksekutif Komite Olympiade AS (USOC)
menilik gagasan pemboikotan dari sudut lain. "Apabila AS
memboikot Olympiade Moskow, itu berarti melukai diri sendiri dan
membuka kesempatan bagi negara lain untuk melakukan hal yang
sama terhadap Olympiade musim dingin di Lake Placid (Febuari
1980 dan Olympiade 1984 di Los Angeles," dalihnya. Yang di
Moskow dan di Los Angeles mendatang disebut Olympiade musim
panas.
Baku Hantam
Persatuan Atletik Un iversitas Nasional AS mendukung sepenuhnya
gagasan Carter untuk memboikot Olympiady Moskow itu. Dukungan
itu juga terdapat dari kelompok wartawan. "Boikot tidak akan
menyebabkan sakit hati yang besar. Pesta olahraga tersebut tidak
sepenting yang dirasakan ofisial Olympiade itu sendiri," kata
Shirley Povich, kolumnis Washington Post.
Dick Young dari The New York Daily News melihat politik dan
olahraga sulit untuk dipisahkan. "Olympiade dan politik adalah
bagian dari dunia," tulisnya.
Tak gampang menebak apa yang bakal terjadi dalam Olympiade
Moskow. Tapi sejarah pesta olahraga dunia pernah beberapa kali
mencatat akibat 'permainan' politik Uni Soviet. Sebagai contoh
dalam tahun 1956, Uni Soviet melakukan invasi ke Hungaria
dengan dalih diundang oleh tuan rumah -- sama dengan alasan
mereka terhadap Afghanistan sekarang. Ini ternyata berekor
sampai ke arena Olympiade Melbourne. Yaitu tim polo air kedua
negara saling baku hantam waktu bertanding.
Dalam tahun 1968 terjadi penyerbuan Soviet ke Cekoslowakia.
Buntutnya? Di arena Olympiade Meksiko kemudian yang semestinya
menyewakan persahabatan antar-bangsa, atlet Cekoslowakia lan
Uni Soviet justru saling bermusuhan.
Tapi sejarah Olympiade baru mencatat dua kali kasus pemboikotan.
Pelakunya, antara lain, Swiss dan 29 negara Afrika. Swiss
memboikot Olympiade 1956 di Melbourne sebagai protes terhadap
intervensi Uni Soviet ke Hungaria. Sedangkan kelompok 29 negara
Afrika memboikot Olympiade 1976 di Montreal karena mempersoalkan
partisipasi Selandia Baru yang telah melakukan jalinan olahraga
dengan rasialis Afrika Selatan.
Komite Olympiade Internasional (IOC) telah menarik pelajaran
dari kasus pemboikotan itu. Suatu Komite Olahraga Nasional (NOC)
yang menolak berpartisipasi dalam Olympiade bisa dipecat dari
IOC. Lord Killanin, Ketua IOC kembali menegaskan baru-baru ini
bahwa NOC yang telah menerima undangan untuk mengikuti Olympiad
(Moskow) tidak diperkenankan untuh menarik diri, kecuali terjadi
force majeure. Misalnya, atletnya jatuh sakit.
Tapi bagaimana kalau Olympiade di pindahkan ke Montreal atau
Munich? Killanin belum sempat memikirkan kemungkinan pindah itu,
namun Wakil Presiden AS Walter Mondale mengusulkannya dalam
suatu pidato pekan lalu.
Tak banyak negara yang ingin memboikot Olympiade Moskow.
Sekalipun mereka juga mengutuk campur tangan Uni Soviet di
Aghanistan. Komite Olympiade Nasional Jerman Barat bersama
Inggris telah menegaskan sikap menentang setiap usaha
pemboikotan. "Kegiatan olahraga jangan dipergunakan sebagai
arena persaingan politik," ujar Willi Daume, Ketua NOC Jerman
Barat.
Kanada juga menolak pemboikotan Olympiade. "Kecuali bila
keselamatan para olahragawan terancam," kata Dick Pound, Ketua
NOC Kanada.
Di Asia, keinginan memboikot Olympiade Moskow baru terdengar
dari Malaysia. Ketua Dewan Olympiade Malaysia (OCM), Datok
Hamzah Abu Sameh mengatakan bahwa pemerintahnya mungkin
memutuskan untuk menggabungkan diri dalam aksi pemboikotan
massal apabila peristiwa tersebut membenarkan untuk
melakukannya.
Bagaimana Indonesia? "Kita tidak akan memboikot," demikian Ketua
KONI, D. Soeprajogi. Indonesia kali ini cuma bisa mengirimkan
tim panahan ke Olympiade Moskow dengan target masuk 10 Besar.
Indonesia memang tak perlu memboikot, karena atletnya sudah
diboikot oleh prestasi sendiri.
Sudah banyak kepentingan bisnis terlibat di dalamnya. Stasiun
televisi National Broadcasting Company dari AS, misalnya, sudah
membayar uang panjar untuk hak siaran Olympiade Moskow.
Uni Soviet, negara sosialis pertama yang menjadi penyelenggara
Olympiade, tampak tenang-tenang saja menghadapi ancaman
pemboikotan tadi. Persiapannya terus berjalan. Baik dalam
penyelesaian stadion, penambahan akomodasi hotel, penyiapan
10.000 penterjemah maupun latihan bagi ribuan sopir taksi.
Disebut pula bahwa pihak panitia dapat menyediakan aneka ragam
masakan nasional dari India, RRC (pertama kali berpartisipasi),
Jepang, Iran, Indonesia, dan Filipina. Yang di Moskow ini
dilukiskan sebagai 'Olympiade terbesar sepanjang sejarah'.
Terbesar? Vladimir Anisimov, Kepala Jawatan Utama Persiapan
Moskow untuk Olympiade XXII mengatakan bahwa kali ini akan
diperlombakan 203 jenis, 5 macam lebih banyak dibandingkan
Olympiade Montreal. Ia juga memperkirakan 2 milyar pirsawan
televisi akan menyaksikannya. Dan mengharapkan 600.000 orang
akan menyaksikan jalannya berbagai pertandingan dengan harga
tiket bergerak $3 sampai $ 38. Anisimov tidak mengungkapkan
biaya yang dikeluarkan.
Persiapan Uni Soviet tak hanya dalam bidang pelayanan bagi tamu.
Juga disediakannya souvenir yang khas. Mulai dari misha, beruang
teddy maskot Olympiade 1980, kerajinan tangan dari kayu, sampai
Druzhba, minuman Olympiade, yang terbuat dari campuran apel dan
cranberry.
Jumlah tamu yang besar (ditaksir 300.000 mendarat di bandar
udara Moskow) mencemaskan Uni Soviet. Mereka terutama khawatir
terhadap kemungkinan masuknya literatur terlarang. Kepala
Pelayanan Screening Imigrasi Moskow, Vasily Terekhov mengatakan
bahwa wartawan Barat diperkirakan akan membawa buku-buku anti
Soviet. "Badan ideologi Uni Soviet akan mencoba menghambat
masuknya literatur subversif itu," kata Terekhov kepada harian
Sovietskaya Rossivaa.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini