Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Belakangan ini penelitian yang menunjukan bahwa teknologi Video Assistant Referee atau disebut VAR, tidak cukup tepat dalam memberikan keputusan dan penilaian dalam suatu pertandingan setiap saat.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Sebelumnya teknologi VAR telah dipakai di berbagai negara sejak 2018 silam. Melansir goal.com, teknologi ini sudah masuk ke dalam dalam Laws of the Game. Hal ini dibuat guna membantu mengatasi tantangan perdebatan seputar keputusan wasit.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
VAR sebenarnya terdiri dari tiga orang yang bekerja sama untuk meninjau keputusan tertentu, di antaranya meliputi wasit, asistennya, dan operator tayangan ulang. Cara kerjanya ialah dengan menonton tayangan ulang video dari insiden yang relevan dari berbagai sudut kamera yang berbeda.
Ada empat jenis keputusan VAR yang akan membantu melihat pelanggaran dalam suatu pertandingan, yaitu gol yang dicetak, penalti, kartu merah, dan off-side. Oleh karena itu, keputusan dapat dianulir ketika terlihat jelas dalam VAR.
Baca: Kontroversi Piala AFF 2020 dan Desakan Penggunaan VAR, Apakah Itu?
Kontroversi Teknologi VAR
Namun penelitian juga menyebutkan bahwa VAR tidak cukup tepat dalam menangani keputusan pertandingan. Penelitian ini mempresentasikan hasilnya hari ini di Konferensi ke-40 Conference of the International Society of Biomechanics in Sports (ISBS 2022) yang dikutip dari sci.news.
Dalam praktiknya memang VAR mampu mengurangi jumlah pelanggaran off-side dan kartu kuning. Tetapi beberapa kritkus juga berpendapat bahwa VAR menghambat ola permainan yang dilakukan.
Seperti dalam penelitian ini, Soltani menjelaskan bahwa dengan kamera gerak optik rata-rata terpantau tendangan tertangkap 132 milidetik lebih awal dari yang dilihat para penonton. Ia juga menemukan bahwa penilaian peserta lebih akurat ketika tendangan dilihat pada sudut 0 dan 90 °, dan ketika garis panduan VAR hadir.
“Frame-rate dan resolusi kamera yang digunakan dalam VAR terkadang tidak mengikuti pergerakan cepat, artinya terkadang pemain atau bola kabur,” kata Soltani.
Jadi, para penonton masih perlu memperkirakan posisi pemain berada ketika bola ditendang, yang memengaruhi apakah adanya pelanggaran off-side atau tidak. Diperkuar dengan permainan yang bergerak cepat itu bisa cukup lama bagi para pemain untuk berada di lokasi yang berbeda sehingga dapat berpotensi berubah.
Maka dari itu, studi tersebut menunjukkan bahwa akurasi VAR dapat ditingkatkan dengan menggunakan kamera dengan kecepatan bingkai yang lebih tinggi dalam merekam pergerakan bola yang lebih lambat.
Lalu, ia juga menyarankan agar VAR perlu ditingkatkan keakuratannya. Mulai dari resolusi yang lebih tinggi dan pendekatan penangkapan gerakan volumetrik. Akan tetapi, tentu adanya teknologi VAR akan dipertimbangkan lagi oleh keputusan akhir wasit.
FATHUR RACHMAN
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “http://tempo.co/”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.