Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
DI tengah kegembiraan atas keberhasilan putrinya menjadi juara ganda putri Wimbledon Junior, Olivier Grende dihadapkan pada masalah rumit. Dia diminta melunasi dana yang dianggap sebagai pinjaman sebesar Rp 528 juta kepada Sportama, yayasan pengembangan dan manajemen atlet. Tenggatnya: akhir Agustus 2014.
Masalah ini bermula saat Tami Grende, putri Olivier, berhenti mengikuti turnamen selama 2012 lantaran tak punya dana. Awal 2013, Sportama menawarkan kontrak berjangka tiga tahun. Isinya: Sportama akan membiayai keikutsertaan Tami dalam berbagai turnamen. Sebaliknya, yayasan memiliki hak eksklusif mengorganisasi kegiatan si atlet. Tami akan tinggal di Jakarta dan berlatih bersama akademi tenis Sportama. Yayasan juga menanggung biaya sekolah dan transportasi Tami. Olivier setuju.
Masalah terjadi saat Sportama menghentikan pembiayaan dan Tami dipulangkan ke kota asalnya, Denpasar, Bali, pada 5 Desember 2013. Direktur Sportama Paul Sindhunatha beralasan Tami gagal masuk peringkat 100 besar junior dunia. Menurut Paul, ini tidak sesuai dengan target.
Dalam salinan kontrak yang diterima Tempo dari Olivier memang disebutkan Sportama berhak menghentikan pendanaan sementara jika penampilan atlet tidak sesuai dengan harapan. Namun tidak dirinci apa yang dimaksud tidak sesuai dengan harapan. Dalam kontrak dicantumkan bahwa penilaian itu merupakan "kebijaksanaan dan evaluasi semata-mata dari Sportama". Sportama berhak pula meninjau ulang komitmen atlet.
Setelah memulangkan Tami, Paul memberi tahu Olivier lewat e-mail bahwa penampilan Tami tidak sesuai dengan harapan. Ia memberi Tami dan Olivier dua pilihan. Pertama, Tami menanggung sendiri biaya tambahan yang harus dikeluarkan berkaitan dengan sekolah, transportasi, dan peralatan. Kedua, Sportama meminjami uang untuk memenuhi biaya-biaya tambahan itu.
Namun e-mail itu tak digubris Oliver. Ini dianggap Sportama sebagai pelanggaran kontrak. "Konsekuensi dari pelanggaran itu adalah semua biaya yang dikeluarkan Sportama selama membina Tami berubah menjadi pinjaman yang harus mereka kembalikan," tutur Paul saat ditemui Tempo, 17 Juli lalu. Jumlah biaya itu: Rp 528 juta. "Jika sampai akhir Agustus mereka tidak membayarnya, akan kami ajukan ke pengadilan."
Olivier punya alasan mengapa tidak menanggapi surat itu. "Saya menandatangani kontrak dengan Sportama karena mereka ingin membantu kami. Sekarang kenapa kami harus pinjam uang dari mereka?" katanya. Olivier mengaku kurang teliti membaca kontrak sehingga sekarang harus menghadapi masalah ini. "Waktu itu saya percaya kepada Sportama."
Kepala Bidang Pembinaan dan Prestasi Junior Pengurus Pusat Persatuan Tenis Seluruh Indonesia (PP Pelti) Aga Soemarno mengatakan sudah memediasi kedua pihak, tapi buntu. "Olivier meminta kontrak itu dibatalkan. Itu tidak realistis," ujarnya.
Perkara makin runyam saat Mei lalu Tami terpilih masuk tim Grand Slam Development Fund/Federasi Tenis Internasional (ITF), yang berisi petenis-petenis junior pilihan. Mereka dibiayai Grand Slam Development Fund dan ITF mengikuti beberapa turnamen internasional, termasuk Grand Slam Junior. Untuk bisa benar-benar efektif sebagai anggota tim, Tami harus mendapatkan persetujuan dari PP Pelti.
Olivier lalu mengirim e-mail kepada ITF untuk menjelaskan kesulitan yang dialami Tami. "ITF lalu membolehkan Tami ikut tur Eropa," ucap Olivier. Tami pun menjalani tur Eropa itu hingga dia menjadi juara Wimbledon Junior, awal Juli lalu.
Paul berang lantaran seharusnya Tami tidak mendapatkan rekomendasi Pelti karena masih bermasalah dengan kontrak. Dia lalu melancarkan protes kepada PP Pelti dan ITF. "Ini miskomunikasi antara PP Pelti dan ITF bahwa Tami bisa lolos ikut program itu," kata Aga. "Padahal seharusnya tidak bisa."
Aga menganggap tindakan Olivier sewenang-wenang dan dia kehilangan simpati kepada Olivier. Saat Tami kembali membutuhkan rekomendasi untuk mengikuti tur selanjutnya ke Amerika Serikat, per 18 Agustus, PP Pelti tidak mau memberikannya.
Olivier putus asa karena tak mungkin membiayai sendiri tur itu. "Tami batal ke Amerika. Pelti menang!" tulis Olivier dalam pesan pendek kepada Tempo. Masa depan Tami kini di persimpangan jalan.
Gadi Makitan
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo