Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TAK seperti remaja Denpasar pada umumnya, Tami Grende tidak bakal terlihat di gerai-gerai waralaba tongkrongan anak muda seusai jam pulang sekolah. Begitu bel tanda akhir pelajaran berbunyi pukul 15.00, gadis 17 tahun ini segera melesat ke rumah dan bersiap menjalani rutinitas lain: melatih variasi-variasi pukulan tenis bersama ayahnya, Olivier Grende. Baru pukul tujuh malam nanti mereka menuntaskan latihan.
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo