Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Seni

Sukarno dan Che Guevara di Balik Kaca

Empat pelukis kaca menampilkan sejumlah tokoh dunia dalam beragam gaya dan ekspresi di Tembi Rumah Budaya.

4 Agustus 2014 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Gambar lelaki berambut gondrong memenuhi kanvas terbuat dari kaca. Sebuah bintang menghias bagian depan topi hitam yang dia kenakan. Lelaki bercambang dan beralis tebal itu menatap tajam ke depan. Jaket kulit membungkus tubuhnya. Kanvas berbahan kaca itu bertulisan "We cannot be sure of ­having something to live for unless we are willing to die for it. Che Guevara".

Gambar tokoh revolusioner asal Argentina itu merupakan karya pelukis kaca modern Rina Kurniyati. Lukisan berjudul Potret Che Guevara merupakan satu dari sembilan karya Rina yang ditampilkan dalam pameran bertajuk "Penjinak Kaca" di Tembi Rumah Budaya, Yogyakarta, 11 Juli-11 Agustus 2014. "Potret Che Guevara merupakan bagian dari karya seri potret tokoh inspiratif," kata Rina.

Pameran di Tembi ini digagas oleh Rina dan suaminya, kurator seni Mikke Susanto. Selain menyajikan karya Rina, pameran itu menampilkan karya seniman Ketut Santosa dari Bali, Achmad Hadi Wiyono atau Hadi Koco dari Surabaya, dan Nugroho dari Magelang. Total 50 karya lukisan kaca modern ditampilkan oleh empat seniman itu.

Rina memamerkan lukisan kaca dengan obyek musikus reggae ternama dari Jamaika, Amerika Tengah, Bob Marley. Ada pula gambar penyair asal Madura, KH Zawawi Imron. Rina menampilkan syair Zawawi berjudul Telur dalam lukisan kaca. Bunyi syair itu: "Dubur ayam yang mengeluarkan telur. Lebih mulia dari mulut intelektual. Yang hanya menjanjikan telur".

Alumnus Sekolah Tinggi Kesejahteraan Sosial itu telah menghasilkan banyak lukisan kaca bertema tokoh seperti Pramoe­dya Ananta Toer, Adolf Hitler, Mahatma Gandhi, Bunda Teresa, Mao Zedong, dan Sukarno. Rina memerlukan waktu 1 minggu hingga 10 hari untuk melukis satu karya. "Melukis wajah tokoh perlu ketelitian karena menyangkut detail wajah," ujarnya. "Tokoh yang dilukis harus hidup dan ekspresif."

Selain melukis tokoh dunia, Rina kerap melukis obyek mobil. Ibu dua anak ini memanfaatkan teknik lukis kaca secara terbalik. Ia menaruh kaca di atas meja berukuran 2,5 x 1 meter. Ia menyaputkan kuas cat air berbahan akrilik dan cat besi di atas permukaan kaca. Dia mewarnai bagian belakang kaca. Rina juga menulis lirik puisi penyair secara terbalik. Hasil lukisannya ada di bagian bawah kaca atau yang menempel dengan meja tempat ia melukis.

Teknik melukis pada kaca juga dipraktekkan seniman asal Surabaya, Achmad Hadi Wiyono atau Hadi Koco. Ia menyiapkan meja berukuran satu meter persegi untuk menempatkan kaca yang ia lukis. Meja itu ia lubangi dengan ukuran setengah meter. Lubang ini berfungsi membantu Achmad menggerakkan tangannya melukis pada kaca.

Dalam pameran ini, Achmad menampilkan tokoh revolusioner anti-apartheid dari Afrika Selatan, Nelson Mandela. Karya Achmad itu diberi judul Potret Nelson Mandela. Presiden pertama Afrika Selatan itu dilukis mengenakan blangkon batik, penutup kepala tradisional Jawa, dan jas hitam. "Blangkon adalah simbol Nelson Mandela menghargai kebudayaan Indonesia. Tokoh ini gemar mengenakan batik," kata Achmad.

Lukisan karya Achmad juga menggambarkan Nelson Mandela sedang tersenyum. Ini, menurut Achmad, mewakili kesabaran dan kegigihan tokoh kemerdekaan kulit hitam yang dipenjara selama puluhan tahun itu. Karya berukuran 80 x 60 sentimeter itu dibuat oleh Achmad pada 2014. Ia membanderol lukisan berbahan cat minyak yang dibuat selama seminggu ini Rp 25 juta. Selain melukis Nelson Mandela, Achmad melukis presiden pertama Indonesia, Sukarno. Lukisan berjudul Potret Bung Karno itu menggambarkan Sukarno yang sedang menulis di atas kertas. Bung Karno mengenakan jas merah dan peci hitam.

Achmad mengatakan tak punya latar belakang pendidikan seni. Kemampuan melukis pada kaca didapatkannya secara otodidak. Dalam perjalanan kesenimanannya, Achmad yang hanya lulusan sekolah teknik menengah itu pernah meraih Prabaswara Award, penghargaan dari Kementerian Koperasi, pada 2011. Achmad juga sering terlibat dalam pameran kelompok di Surabaya, Bali, Cirebon, dan Jakarta. "Saya berharap lukisan kaca sejajar dengan lukisan di kanvas pada umumnya," katanya.

Kurator pameran, Mikke Susanto, mengatakan lukisan kaca berkembang lebih dulu ketimbang lukisan modern berupa cat minyak. Lukisan kaca berkembang pesat pada 1910-1960-an. Karya ini dikembangkan para seniman di segala penjuru dunia. "Lukisan kaca kini telah membentuk gaya dan tradisi masing-masing," ujar Mikke.

Lukisan kaca menggunakan teknik melukis terbalik. Bagian kiri menjadi bagian kanan atau bagian depan menjadi bagian belakang. Karya ini memiliki efek warna yang terang dan bersih. Keunggulan lain adalah tahan lama, kecuali bila terjadi kerusakan atau kaca pecah. Untuk meminimalkan kerusakan, seniman menggunakan kaca film atau kaca berkualitas tinggi, yakni kaca mobil.

Menurut Mikke, pameran bertajuk "Penjinak Kaca" ini menyajikan perkembangan terbaru lukis kaca di Indonesia. Empat seniman yang terlibat pameran terlahir dengan cara kerja yang berbeda dalam perkembangan seni lukis kaca. Mikke mencontohkan pelukis Ketut Santosa lahir dari persinggungan dengan tradisi yang kental. Ketut menampilkan cerita wayang, masjid, gereja, kaligrafi, dan cerita legenda.

Sedangkan tiga pelukis lain, yakni Hadi Koco, Rina Kurniyati, dan Nugroho, menggunakan kaca sebagai bagian dari cara mengungkapkan pengalaman pribadi. "Karya Nugroho, misalnya, kental dengan gaya ekspresif. Semaunya sendiri, eksperimentatif, dan sesekali instalatif," kata Mikke.

Shinta Maharani

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus