Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Olahraga

Asian Games, Proyek Hut Indira...

Asian games '82 (ix) akan dibuka tepat pada hut ke-65 indira gandhi, di India, dengan biaya mahal di tengah berbagai masalah ekonomi negeri tersebut. (or)

23 Oktober 1982 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

SEBAGAI tuan rumah Asian Games tahun 1982 (19 November-4 Desember) India tak berharap menjadi juara umum. Sebab negara itu rupanya sudah cukup puas dengan prestasinya sekarang, yakni "rekor 18 bulan" mempersiapkan segala kebutuhan untuk pesta olahraga Asia yang akan dibuka tepat pada HUT ke-65 PM India, Indira Gandhi. Sudah sejak 1978, India menyatakan diri siap sebagai penyelenggara AG 1982. Tapi sewaktu Indira Gandhi kalah di gelanggang politik (1979), penggantinya, Charan Singh, mencoret anggaran AG dari proyek negara. Beruntung Indira Gandhi kembali menerima tampuk pimpinan pemerintahan India, Januari 1981. Kemudian bagaikan dalam dongeng, terus menerus ia menggosok lampu wasiat Aladin supaya proyeknya itu tidak mati. Sebelum AG 1982 resmi diadakan di India, Indira harus menghadapi lawan-lawan politiknya. Serangan terbesar tertuju pada anggaran penyelenggaraan pesta olahraga itu. Anggaran resmi 3,6 milyar rupee (@ Rp 70), dianggap satu pemborosan luar biasa bagi negara berpenduduk lebih dari 600 juta jiwa yang masih sering dilanda penyakit menular, banjir, kekurangan makan, kekurangan air minum, kekurangan sekolah dan sebagainya. Belum lagi anggaran yang dikeluarkan pihak swasta, khususnya perhotelan. Sebuah majalah dari kalangan oposisi antara lain menulis "biaya pembangunan kolam renang sebetulnya cukup untuk membangun 12.500 sekolah dasar di kampung-kampung. Pembuatan 6 jalan layang (flyover) baru (sudah ada 3) untuk arena balap sepeda dan maraton di New Delhi lebih baik membuat sarana air minum bagi penduduk di wilayah yang tinggi angka kematian bayinya atau di Uttar Pradesh." India sendiri tahun 1981-82 dalam keadaan kekurangan bahan bangunan, terutama semen dan baja. Sedangkan dengan adanya proyek AG ini beberapa pejabat antara lain Menteri Ketua Maharashtra, Abdul Rahman Antula, diketahui membuat skandal besar. Ia memerintahkan pejabat-pejabat urusan izin pembelian semen untuk hanya melayani distributor-distributor yang ia dirikan. Selain skandal dan korupsi pejabat, terjadi pula pemerasan terhadap kaum buruh yang bekerja di proyek-proyek AG. Di luar itu timbul juga masalah kesalahan konstruksi. Stadion utama beratap (indoor stadium) dengan kapasitas 25.000 kursi dan disebut-sebut sebagai "terbesar di Asia" harus dibongkar lagi. Sebab ternyata tiang-tiangnya tak mampu menyangga atap. Stadion renang pun bernasib serupa. Setelah tiang-tiangnya ditegakkan, para teknisinya menemukan kenyataan tiang-tiang itu bisa ambruk karena beratnya atap. Akhirnya terpaksa tanpa atap. Stadion (Dalam) Indraprastha yang megah dengan "atap kubah nomor 3 Besar di dunia," sebagaimana pernah disiarkan Radio BBC -- cukup membanggakan. Ini satu bangunan baru melengkapi Stadion Jawaharlal Nehru (tempat AG pertama/1951). Di sekitar Stadion Nehru yang berkapasitas 75.000 kursi itu kini dikembangkan "paru-paru kota" yang pertama dibuat untuk New Delhi. Lapangan atletiknya pun sudah ditingkatkan setaraf standar Olympiade. Kebisingan lalu-lintas segelintir orang kaya bagi masyarakat jelata India juga akan berkurang dengan adanya 6 jalan layang baru sepanjang 290 km. Adanya sarana baru kolam renang, lapangan atletik, diharapkan masyarakat pencinta olahraga India akan lebih berkembang. Komite Olahraga India pun kini diperkaya dengan alat-alat komputer untuk kolam renang dan atletik. Belum lagi alat-alat pemroses data dengan sistem komputer untuk pers dan media massa lainnya. Kalau dulu dengan Asian Games (1962) di Jakarta melahirkan pemancar televisi untuk Indonesia kini India dengan penyelenggaraan AG 1892 ini akan memperkenalkan siaran televisi berwarna dan sistem telepon PABX. Catatan baru bagi sejarah AG juga akan dilahirkan di India, yakni perlombaan cabang olahraga baru untuk AG: bolatangan, golf, berkuda, dan mendayung. Dengan tambahan 4 cabang olahraga baru ini, untuk pertama kali di AG dipertandingkan 21 cabang olahraga. Jumlah negara pesertanya pun naik dari 25 negara di AG Bangkok 1978 menjadi 30 negara di New Delhi. Atlet yang akan bertanding lebih dari 5.000 orang, dengan kontingen besar antara lain India sendiri (493) menyusul Jepang (470), Kor-Sel (441) dan Cina (400). Indonesia sudah mencatatkan akan ikut di 19 cabang olahraga dengan jumlah atlet sebanyak 131. Beberapa cabang yang dipilih KONI Pusat cukup berdasar. Cabang bulutangkis adalah regu terbesar (14 atlet), merupakan cabang yang diprioritaskan untuk memulihkan pamor Indonesia setelah kalah dari RRC di Thomas Cup yang baru lalu. Regu volley juga mendapat prioritas, karena prestasi regu itu (putr-a-putri) di SEA Games Manila 1981, walaupun lawan yang harus dihadapi adalah tim-tim juara dunia, RRC dan Jepang. Renang (11 atlet) mendapat porsi cukup besar karena di cabang ini kans lndonesia cukup besar, paling tidak untuk merebut medali perunggu sebagaimana di AG Bangkok. Angkat besi (8 atlet) merupakan cabang yang memberikan harapan medali emas. "Hercules-Hercules" yang sudah dibina sejak Januari 1981 oleh pelatih dari Polandia, Waldemar Bazanowski, memberi harapan antara lain dari Warino Lestanto (kelas 67,5 kg) dan Sorienda Nasution (kelas 60 kg). Warino di pelatnas pernah dengan angkatan clean & jerknya (155 kg), menyamai rekor Asia. Di luar emas dari angkat besi juga diharapkan dari cabang panahan, khususnya dari si pembidik dengan touch emas, Donald Pandiangan. "Asal saja konsentrasi lagi baik, kenapa tidak," kata Pandiangan karyawan (Humas) Angkasa Pnra yang kini juga gemar membidik dengan lensa kamera.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus