INDUSTRI karoseri yang semula subur, akhir-akhir ini nampak
merosot. Permintaan membuat karoseri untuk berbagai jenis
kendaraan niaga seperti Colt L-300, Daihatsu Hi-Jet, Toyota
Hi-Ace, dan Suzuki ST-20, menurun tajam sejak awal tahun ini.
Jumlah pesanan ke Langgeng, salah satu industri karoseri
terkemuka di Malang, misalnya, mulai Januari lalu sampai bulan
ini hanya separuhnya jika dibandingkan periode yang sama tahun
1981. "Sekarang kami hanya mengerjakan pesanan bulan kemarin,"
tambah Ahmad Soekadi dari Kencana Motor, Surabaya.
Situasinya kini memang jauh berbeda dengan tahun lalu ketika
bensin masih Rp 150 per liter. Waktu itu Langgeng setiap bulan
rata-rata bisa mengerjakan pembuatan karoseri 100 Colt L-300,
dan 50 Colt Minicab. Tapi kini perusahaan itu setiap bulannya
hanya mengerjakan pembuatan karoseri 10 Colt L-300, dan 25
Minicab. U.D. Wisma Motor, Surabaya, tahun lalu tiap bulan
mengerjakan sekitar 15 karoseri L-300. Tapi Oktober ini hanya
mendapat pesanan membuat sebuah karoseri L-300.
Pendeknya, menurut Agustan, Kepala Bagian Produksi Wisma Motor
pesanan membuat karoseri berbagai jenis kendaraan niaga turun
sampai 50% di perusahaannya. Sedang di PT Tugas Anda, Waru,
Sidoardjo anjlok hingga 80%. "Dulu kami biasa mengerjakan
karoseri sekitar 50 kendaraan, sekarang sebulan paling tinggi
hanya 30," tambah Agustan.
Tapi anehnya, menurut Soekadi dari Kencana Motor, perusahaannya
serba menerima pesanan untuk memperbarui karoseri Colt T-120
yang sudah keropos. Dibanding L-300, katanya, T-120 lebih irit,
dan lincah bergerak. Belum jelas benar apa yang menyebabkan
permintaan membuat karoseri L-300, pengganti T-120 yang amat
populer itu, menurun. Ada yang bilang, itu barangkali berkaitan
dengan menurunnya angka penjualan kendaraan tersebut.
Tapi gejala lain muncul di awal tahun ini sesudah harga bensin
naik menjadi Rp 240 per liter. Pesanan membuat karoseri untuk
kendaraan niaga berbahan bakar solar (Isuzu dan Toyota Hi-Ace),
dan kendaraan niaga berbahan bakar bensin dengan isi langkah
(cc) kecil (Suzuki ST-20, Colt Minicab, dan naihatsu Hi-Jet),
naik tajam. Pembuatan karoseri Isuzu diesel di Gadjah Mada,
Yogyakarta, naik 25%. Kini setiap bulan perusahaan itu
mengerjakan 50 mobil dengan biaya Rp 1,4 juta per mobil. PT
Tugas Anda di Waru sekarang juga lebih banyak membuat karoseri
Colt Minicab. Begitu pula Kencana Motor di Surabaya mengaku
lebih banyak mengerjakan Minicab, dengan biaya Rp 900 ribu dan
Toyota Hi-Ace solar, Rp 1,2 juta per unit.
Ongkos membuat karoseri rata-rata bclgerak antara Rp 1,1 juta
(Colt L300 biasa) sampai Rp 1,5 juta (L-300 lux) per unit. Tapi
untuk kendaraan sejenis itu Langgeng berani memberi harga Rp 950
ribu, dan Wisma Motor Rp 975 ribu. Biasanya, industri karoseri
itu menggunakan kaca kristal.
Untuk menyelamatkan kelangsungan usaha itulah, Wisma Motor kini
juga menerima pesanan membuat bak truk Colt diesel roda 4 dan 6.
Setiap bulan perusahaan ini bisa menerima 10-15 pesanan. Untuk
bak truk roda 4 ongkosnya Rp 275 ribu, sedang roda 6 ongkosnya
Rp 350 ribu. Menurut Agustan, usaha membuat bak truk merupakan
"konpensasi" untuk mengisi waktu yang berlebih.
Ketangkasan berpikir semacam itu perlu juga ditiru industri
karoseri yang lain. Terutama bagi yang menggantungkan kegiatan
pada satu suku usaha saja. Situasi seperti itu dianggap "rawan"
mengingat kini perakit mobil juga giat membangun industri
karoseri yang terintegrasi. Akibat dari keadaan itu: sekitar 65
industri karoseri di Jawa Timur kini prihatin. Keadaan serupa
kabarnya juga dirasakan oleh sejumlah industri karoseri di Jawa
Tengah. Di provinsi itu ada sekitar 60 industri karoseri.
Akankah mereka gulung tikar? Belum jelas. Pemerintah sendiri
sesungguhnya sudah memberikan banyak pembinaan teknis. Lewat
program itulah kemudian ada penggolongan industri karoseri yang
dibagi dalam tiga kelas utama. Pembagian kelas industri karoseri
itu, kata Dirjen Aneka Industri K. Hadinoto di Surabaya awal
bulan ini, baru merupakan tahap antara. "Atau masih merupakan
sarana untuk mencapai tahap industri karoseri yang jelas"
katanya.
Sulitnya, dari pihak pemerintah sendiri tak ada keterangan
berapa kira-kira jumlah industri karoseri yang dibutuhkan
pasaran (economic of scale). Sebagaimana juga industri perakitan
yang selalu tumbuh bagaikan cendawan di musim hujan, banyak di
antara mereka yang kemudian gugur akibat persaingan dan
terbatasnya pasaran. Agaknya, melihat jumlah industri karoseri
yang sampai ratusan, kelatahan itu pula yang mengakibatkan
ketatnya persaingan sekarang.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini