Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ekonomi

Kuat-Kuatan Menunggu Musim

Industri karoseri menurun tajam sejak awal tahun ini akibat naiknnya harga bensin dan banyaknya persaingan di pasaran.(eb)

23 Oktober 1982 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

INDUSTRI karoseri yang semula subur, akhir-akhir ini nampak merosot. Permintaan membuat karoseri untuk berbagai jenis kendaraan niaga seperti Colt L-300, Daihatsu Hi-Jet, Toyota Hi-Ace, dan Suzuki ST-20, menurun tajam sejak awal tahun ini. Jumlah pesanan ke Langgeng, salah satu industri karoseri terkemuka di Malang, misalnya, mulai Januari lalu sampai bulan ini hanya separuhnya jika dibandingkan periode yang sama tahun 1981. "Sekarang kami hanya mengerjakan pesanan bulan kemarin," tambah Ahmad Soekadi dari Kencana Motor, Surabaya. Situasinya kini memang jauh berbeda dengan tahun lalu ketika bensin masih Rp 150 per liter. Waktu itu Langgeng setiap bulan rata-rata bisa mengerjakan pembuatan karoseri 100 Colt L-300, dan 50 Colt Minicab. Tapi kini perusahaan itu setiap bulannya hanya mengerjakan pembuatan karoseri 10 Colt L-300, dan 25 Minicab. U.D. Wisma Motor, Surabaya, tahun lalu tiap bulan mengerjakan sekitar 15 karoseri L-300. Tapi Oktober ini hanya mendapat pesanan membuat sebuah karoseri L-300. Pendeknya, menurut Agustan, Kepala Bagian Produksi Wisma Motor pesanan membuat karoseri berbagai jenis kendaraan niaga turun sampai 50% di perusahaannya. Sedang di PT Tugas Anda, Waru, Sidoardjo anjlok hingga 80%. "Dulu kami biasa mengerjakan karoseri sekitar 50 kendaraan, sekarang sebulan paling tinggi hanya 30," tambah Agustan. Tapi anehnya, menurut Soekadi dari Kencana Motor, perusahaannya serba menerima pesanan untuk memperbarui karoseri Colt T-120 yang sudah keropos. Dibanding L-300, katanya, T-120 lebih irit, dan lincah bergerak. Belum jelas benar apa yang menyebabkan permintaan membuat karoseri L-300, pengganti T-120 yang amat populer itu, menurun. Ada yang bilang, itu barangkali berkaitan dengan menurunnya angka penjualan kendaraan tersebut. Tapi gejala lain muncul di awal tahun ini sesudah harga bensin naik menjadi Rp 240 per liter. Pesanan membuat karoseri untuk kendaraan niaga berbahan bakar solar (Isuzu dan Toyota Hi-Ace), dan kendaraan niaga berbahan bakar bensin dengan isi langkah (cc) kecil (Suzuki ST-20, Colt Minicab, dan naihatsu Hi-Jet), naik tajam. Pembuatan karoseri Isuzu diesel di Gadjah Mada, Yogyakarta, naik 25%. Kini setiap bulan perusahaan itu mengerjakan 50 mobil dengan biaya Rp 1,4 juta per mobil. PT Tugas Anda di Waru sekarang juga lebih banyak membuat karoseri Colt Minicab. Begitu pula Kencana Motor di Surabaya mengaku lebih banyak mengerjakan Minicab, dengan biaya Rp 900 ribu dan Toyota Hi-Ace solar, Rp 1,2 juta per unit. Ongkos membuat karoseri rata-rata bclgerak antara Rp 1,1 juta (Colt L300 biasa) sampai Rp 1,5 juta (L-300 lux) per unit. Tapi untuk kendaraan sejenis itu Langgeng berani memberi harga Rp 950 ribu, dan Wisma Motor Rp 975 ribu. Biasanya, industri karoseri itu menggunakan kaca kristal. Untuk menyelamatkan kelangsungan usaha itulah, Wisma Motor kini juga menerima pesanan membuat bak truk Colt diesel roda 4 dan 6. Setiap bulan perusahaan ini bisa menerima 10-15 pesanan. Untuk bak truk roda 4 ongkosnya Rp 275 ribu, sedang roda 6 ongkosnya Rp 350 ribu. Menurut Agustan, usaha membuat bak truk merupakan "konpensasi" untuk mengisi waktu yang berlebih. Ketangkasan berpikir semacam itu perlu juga ditiru industri karoseri yang lain. Terutama bagi yang menggantungkan kegiatan pada satu suku usaha saja. Situasi seperti itu dianggap "rawan" mengingat kini perakit mobil juga giat membangun industri karoseri yang terintegrasi. Akibat dari keadaan itu: sekitar 65 industri karoseri di Jawa Timur kini prihatin. Keadaan serupa kabarnya juga dirasakan oleh sejumlah industri karoseri di Jawa Tengah. Di provinsi itu ada sekitar 60 industri karoseri. Akankah mereka gulung tikar? Belum jelas. Pemerintah sendiri sesungguhnya sudah memberikan banyak pembinaan teknis. Lewat program itulah kemudian ada penggolongan industri karoseri yang dibagi dalam tiga kelas utama. Pembagian kelas industri karoseri itu, kata Dirjen Aneka Industri K. Hadinoto di Surabaya awal bulan ini, baru merupakan tahap antara. "Atau masih merupakan sarana untuk mencapai tahap industri karoseri yang jelas" katanya. Sulitnya, dari pihak pemerintah sendiri tak ada keterangan berapa kira-kira jumlah industri karoseri yang dibutuhkan pasaran (economic of scale). Sebagaimana juga industri perakitan yang selalu tumbuh bagaikan cendawan di musim hujan, banyak di antara mereka yang kemudian gugur akibat persaingan dan terbatasnya pasaran. Agaknya, melihat jumlah industri karoseri yang sampai ratusan, kelatahan itu pula yang mengakibatkan ketatnya persaingan sekarang.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus