Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
DALAM ajang Asia Road Racing Championship Malaysia pada Sabtu, 8 Oktober lalu, pembalap Indonesia Andi Farid Izdihar naik podium teratas kelas Supersport 600. Ia berhasil mengibarkan bendera Merah Putih dan mengumandangkan “Indonesia Raya” setelah menguasai jalannya balapan yang berlangsung di Sirkuit Sepang, Malaysia. Pembalap yang akrab disapa Andi Gilang ini menjadi yang terdepan dengan catatan waktu total 21 menit 52,823 detik.
Sepanjang balapan, Andi Gilang melesat dari posisi start terdepan dan tak terkejar oleh para pesaingnya. Namun di sisa dua lap balapan ada perubahan signifikan dengan performanya. Jarak dengan pembalap di belakangnya anjlok drastis hingga 0,600 detik dalam satu lap. Di lap terakhir, pembalap Azroy Hakeem Anuar dari Boon Siew Honda Racing Team berhasil menempel ketat di belakangnya. Menjelang garis finis, Gilang dan Azroy sempat beradu pacu. Gilang unggul tipis 0,001 detik.
Rekan setim Azroy, Mohamad Helmi Azman, menempati posisi ketiga. Ia terpaut 1,526 detik dari Gilang. “Semoga bisa terus konsisten untuk kembali menambah poin,” ujar Andi Gilang melalui pesan tertulis, Kamis, 3 November lalu. Pembalap yang lahir di Bulukumba, Sulawesi Selatan, 14 Agustus 1997, ini menduduki posisi kedua klasemen dengan 107 poin. Ia terpaut 32 poin dari pembalap Malaysia, Helmi, yang menambah 20 poin ketika berhasil meraih posisi kedua pada race kedua, Ahad, 9 Oktober lalu.
Di race kedua itu nasib sial menimpa Gilang. Belum lagi melewati tikungan pertama dengan sempurna, dia ditabrak dari belakang oleh pembalap Yamaha Thailand Racing Team, Ratthapong Wilairot. Gilang tak mau menyerah. Meski bisa melanjutkan balapan setelah masuk pit, Gilang tertinggal jauh dari Azroy dan Helmi. Di race kedua itu, Azroy finis di posisi pertama mengalahkan Helmi 0,191 detik. Adapun Gilang hanya finis di posisi ke-15.
Dengan satu seri tersisa, setidaknya masih ada peluang bagi Gilang untuk bersaing dalam perebutan gelar juara kelas Supersport 600 Asia Road Racing Chmpionship 2022. Pasalnya, masih terbuka peluang meraih 50 poin dengan dua balapan yang akan dipentaskan. Seri terakhir ini bakal berlangsung di Sirkuit Internasional Chang, Buriram, Thailand, pada 18-20 November mendatang. “Dengan satu seri tersisa, target saya tentu ingin menjadi juara Asia 2022,” tuturnya.
Gilang bercerita, prestasi yang telah dicapainya di dunia balap motor tidak terlepas dari dukungan kedua orang tuanya. Pembalap berusia 24 tahun mengatakan ayahnya, Andi Suriadi, dan ibunya, Andi Rina Soviana, mengenalkan dunia balap pada 2007. “Balapan pertama ketika itu saat umur 10 tahun. Saya ikut balap lokal di wilayah Sulawesi Selatan,” ujarnya.
Dukungan dari sang ayah untuk ikut balapan resmi, Gilang menerangkan, dilatarbelakangi keengganan mereka melihat dirinya ikut balapan liar dan kebut-kebutan di jalanan. Setelah tiga tahun malang melintang di balapan tingkat lokal dan nasional, Gilang resmi bergabung dengan Astra Honda Racing School (AHRS) pada umur 12 tahun. “Kedua orang tua selalu memberikan dukungan, termasuk merelakan saya pergi dari rumah ke Jawa untuk bergabung dengan Astra Honda Racing School tahun 2010,” kata Gilang.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Andi Farid Izdihar/Asia Road Racing 2022
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Gilang kecil menembus AHRS atas rujukan Astra Motor Sulawesi Selatan. Berkat didikan di AHRS itu Gilang mulai berprestasi di level nasional, Asia, hingga internasional. “Saya bisa lolos mengikuti ajang Asia Talent Cup yang diikuti oleh pembalap-pembalap muda potensial di kawasan Asia,” ucap Andi Gilang, bangga. “Setelah itu saya bersama Astra Honda Racing Team mulai ikut kejuaraan junior di Eropa, lalu bergabung dengan Honda Team Asia di Moto2 dan Moto3,” katanya.
Gilang menjelaskan, setelah melewati pengalaman di Moto2 dan Moto3, sebagian mimpinya sudah terwujud, yakni bisa balapan di level dunia. Ia pun bertekad melakukan yang terbaik di event apa pun. “Latihan, fokus, dan melakukan persiapan sebaik mungkin dalam setiap balapan,” ucapnya, menjelaskan usahanya menembus kompetisi balapan level tertinggi, seperti MotoGP dan Superbike.
Andi Gilang mengatakan hasil yang diraihnya di berbagai ajang balap tidak terlepas dari kerja keras untuk bersaing dengan pembalap kelas dunia. Ia mengaku kesempatan berkeliling dunia lewat balap motor menjadi impiannya sejak kecil. “Hal paling memorable adalah untuk pertama kali naik podium I di Asia Talent Cup 2016 di Qatar. Juga saat meraih double winner di Asia Road Racing Championship di Sentul pada 2018,” ucapnya.
Persaingan di setiap kelas balapan, Gilang menambahkan, memiliki level persaingan yang berbeda. Untuk kelas Moto3 dan Moto2 yang pernah dijajalnya, bersaing dengan pembalap terbaik dari berbagai negara tentu tidak mudah. “Kita harus benar-benar matang dalam segala hal,” tuturnya. Gilang menjelaskan, selama berkarier di dunia balap internasional yang menjadi kendala terberat adalah adaptasi. Berulang kali ia harus beradaptasi pada setiap level dan jenjang balapan. “Termasuk harus siap tidak bersama keluarga sejak kecil,” ujarnya.
Saat mulai menapaki karier balap, Gilang menyadari tantangan bukan hanya dari sisi kemampuan teknik. Ia harus mengembangkan kemampuan berkomunikasi dengan tim dari mancanegara dan terus mengasah mental di tengah persaingan ketat dengan pembalap lain. Selain itu, ia harus berdisiplin menjalani berbagai latihan, baik fisik maupun teknik balap, yang jadwalnya cukup padat sepanjang musim.
Cara ia melalui segala tantangan itu, Gilang mengimbuhkan, adalah mempelajari tekad dan perilaku pembalap idolanya, Marc Marquez dari Spanyol. “Saya belajar bagaimana dia selalu balapan dengan maksimal dan tidak pernah menyerah dalam kondisi apa pun,” ucap Gilang.
Gilang pun mengharapkan lahirnya pembalap muda potensial lain dari Indonesia yang bisa lebih berprestasi di level internasional. Ia pun berharap dukungan dari tim dan sponsor makin luas untuk bisa menunjang prestasinya dan pembalap Indonesia lainnya. “Untuk pemerintah, dengan memberi perhatian pada olahraga balap—termasuk membangun sirkuit dan menyelenggarakan balapan berkelas—tentu sangat berguna bagi peningkatan prestasi balap di Indonesia,” tuturnya.
General Manager Marketing Planning and Analysis Astra Honda Motor Andy Wijaya mengatakan pihaknya telah memulai pemusatan pelatihan balap Astra Honda Racing School pada 2010 dan telah meluluskan 150 pembalap. Saat ini, dia menuturkan, AHRS menjadi ajang pencarian bibit di Tanah Air yang konsisten dalam menghadirkan pembalap-pembalap berprestasi yang bersaing di ajang balap Asia dan dunia.
Menurut Andy, pembalap Indonesia Mario Suryo Aji yang saat ini bersaing di kelas Moto3 World GandPrix adalah lulusan AHRS 2016. Sementara itu, Fadillah Arbi Aditama yang saat ini bersaing di Eropa pada ajang FIM JuniorGP adalah lulusan AHRS 2019. “Sebelumnya ada Andi Farid Izdihar dan Gerry Salim yang merupakan lulusan AHRS 2010,” kata Andy melalui keterangan tertulis, Jumat, 4 November 2021.
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo