Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Empasan angin yang menyambar dari sisi dalam tikungan itu menyentak Dani Pedrosa. Ia tak menduga celah sempit antara dirinya dan sisi dalam belokan tajam tersebut masih juga dilibas oleh pembalap gila yang menunggang sepeda motor Honda RC213V bernomor 93. Aksi Marc Marquez di lap ke-12 itu, ya si nomor 93, membuat Pedrosa mendadak tertinggal di posisi kedua.
Setelah menyalip, Marquez menggeber sepeda motor 800 cc-nya langsung melejit di lintasan Circuit of the Americas, Texas, Amerika Serikat, itu. Pedrosa, rekan setim Marquez di Repsol Honda, hanya bisa membuntutinya. Marquez kelewat gesit. Ia menutup semua celah dan memacu kuda besinya hingga di trek lurus mampu mencapai 340 kilometer per jam!
Akhirnya, balapan seri kedua MotoGP pada Ahad pekan lalu itu dimenangi Marquez. Dia sukses mempecundangi raja-raja trek kelas primer itu. "Dia sangat cepat dan memiliki nyali besar," kata Pedrosa seusai balapan. Marquez melahap 21 lap dengan catatan waktu 43 menit 42,123 detik. Ini lebih cepat 1,534 detik ketimbang Pedrosa. Sedangkan posisi ketiga direbut Jorge Lorenzo dari tim Yamaha Factory Racing dengan 43 menit 45,504 detik.
Adapun Valentino Rossi, juga dari Yamaha Factory Racing, finis di urutan ke-6 (43 menit 58,738 detik). Rossi gagal menyalip Cal Crutchlow dan Stefan Bradl, yang finis di urutan ke-4 dan ke-5.
Marquez pasti tersenyum lebar di balik helmnya. Tak sekadar menang, bocah Spanyol ini sekaligus mengukir sejarah menjadi kampiun termuda di MotoGP. Hari itu usianya baru 20 tahun 63 hari. Ia memecahkan rekor yang digenggam Freddie Spencer saat memenangi GP Belgia 1982 (20 tahun 196 hari). Mantan pembalap asal Amerika Serikat itu pun langsung memujinya di Twitter: "Saya sangat bahagia untuk Marquez! Benar-benar momen yang luar biasa."
Toh, Marquez tampaknya tak menyangka mampu mengungguli para juara hanya pada penampilan keduanya di MotoGP. "Ini sulit dipercaya," ujar Marquez seusai laga. Pekan sebelumnya, di Qatar, ia sukses finis di urutan ketiga. "Kemenangan pertama di MotoGP seperti mimpi yang menjadi kenyataan."
Kemenangan itu langsung melejitkannya ke puncak klasemen sementara dengan 41 poin. Lorenzo di posisi kedua dengan nilai sama. Tempat ketiga dikuasai Pedrosa (33 poin), sementara Rossi di peringkat keempat (30 poin).
Marquez juga menumbangkan rekor lain, yakni kemenangan tercepat sejak debut di MotoGP. Lorenzo memetik kemenangan pertamanya pada penampilan ketiga. Adapun Pedrosa membutuhkan empat balapan. Tak aneh, Jorge Lorenzo langsung memujinya. "Hari ini dia yang terbaik," katanya. "Memecahkan rekor sebagai pemenang termuda dalam sejarah MotoGP adalah sesuatu yang fenomenal."
Rossi menunjukkan respeknya bahkan saat masih di trek. Ia langsung mengejar Marquez setelah melewati garis finis. Masih di atas sepeda motor, legenda MotoGP yang telah mengoleksi sembilan gelar juara dunia ini menepuk pundak Marquez sambil mengacungkan jempol. "Keren, Bro!" Mungkin itu yang hendak dikatakan Rossi.
Marquez memang kerap diidentikkan dengan Rossi. Gaya balap, caranya melibas tikungan, serta teknik late brake-nya mirip-mirip The Doctor—julukan Rossi. Itu tak aneh karena Marquez mengidolakan Rossi sejak kecil. "Dia inspirasi saya," ujar Marquez. Sampai sekarang, ia masih menyimpan miniatur sepeda motor yang pernah dipakai Rossi di kamarnya.
Di ajang kebut-kebutan, Marquez sejatinya bukanlah anak kemarin sore. Remaja kelahiran 17 Februari 1993 ini memulai debutnya di kelas 125 cc—kini Moto3—Grand Prix Portugal 2008. Saat itu usianya baru 15 tahun 65 hari. Tujuh puluh satu hari kemudian, pada penampilannya yang keenam, ia merebut podium pertamanya di Grand Prix Inggris. Naik podium pada usia itu membuatnya tercatat sebagai pembalap termuda yang menembus tiga besar sepanjang sejarah Moto3. Tapi Marquez benar-benar baru diperhitungkan ketika memenangi Grand Prix Moto3 di Italia, Inggris, Belanda, dan Catalan secara beruntun pada 2010.
Lagi-lagi sebuah rekor dicetaknya. Kemenangan beruntun itu menjadikan dia pembalap termuda yang memenangi empat balapan berturut-turut. Ia tak terbendung. Marquez segera memenangi seri kelimanya di Jerman. Sepanjang sejarah Moto3, sebelumnya, baru satu orang yang pernah menang lima kali secara beruntun: Valentino Rossi!
Marquez menutup musim 2010 Grand Prix Moto3 dengan trofi juara. Catatannya cukup fantastis. Dari 17 seri balapan, ia menyabet 10 kemenangan dan 12 kali meraih pole position. Ia juga menorehkan rekor sebagai juara dunia Moto3 termuda kedua—setelah Loris Capirossi.
Pada musim 2011, Marquez naik kelas ke Moto2. Namun sejumlah kecelakaan membuat penampilannya sedikit melempem. Di akhir musim, ia hanya menemÂpati peringkat kedua. Gelar juara Moto2 saat itu disikat Stefan Bradl.
Marquez baru bersinar lagi pada musim 2012. Bersama tim Catalunya Caixa Repsol, lajunya tak terbendung. Dari 17 seri balapan Moto2, ia menyabet 9 kemenangan dan 14 kali naik podium. Torehan ini mengantarnya menjadi juara dunia Moto2 2012.
Salah satu kemenangan diraihnya dengan cara gila di Sirkuit Motegi, Jepang, Oktober 2012. Marquez memulai balap dari posisi kedua. Namun sebuah kesalahan saat start membuatnya tercecer ke urutan kesembilan. Ia tak menyerah. Marquez lalu melejit bagai kilat menyusul lawan-lawannya. Dan, sukses, ia akhirnya yang pertama menyentuh garis finis! Penampilan kerennya itu langsung masuk radar para petinggi di tim Honda Racing.
Di mata mereka, Marquez bukan sekadar juara. Ia sekaligus seorang entertainer. Kegilaan, kenekatan, sekaligus kejeliannya memanfaatkan celah lawan mengingatkan mereka pada Valentino Rossi muda. Tak perlu waktu lama, Marquez pun direkrut tim Repsol Honda. Ia menggantikan Casey Stoner, yang memutuskan pensiun dini. "Saya sangat bangga menjadi bagian dari keluarga Honda," kata Marquez. "Mereka adalah tim besar yang melahirkan pembalap-pembalap hebat."
Menjadi pembalap dahsyat adalah impian Marquez kecil. Putra sulung Roser Marquez dan Julia Alenta ini besar di Cervera, Lleida, Spanyol. Ayahnya sangat mencintai sepeda motor. Ia sering mengajak Marquez kecil naik sepeda motor bolak-balik antara Jerez dan Assen.
Saat Marquez merayakan ulang tahun keempat, sang ayah membelikannya sebuah mini bike. Rupanya, dari sinilah benih kecintaan pada sepeda motor tumbuh dalam diri Marquez cilik. Sejak itu, Marquez seperti ditakdirkan untuk selalu bersama sepeda motor.
Pada 2001, ketika usianya belum genap 8 tahun, Marquez mengikuti lomba enduro bike di Catalunya. Pada balapan pertamanya ini, ia juara. Setahun kemudian, di lomba yang sama, ia menjadi juara ketiga. Marquez juga menggondol gelar juara Open RACC 50 pada 2003.
Trek demi trek telah dijajalnya. Dan balapan Texas tampaknya merupakan garis start bagi Marquez untuk menjadi legenda. Ini seperti teriakan komentator balapan Texas saat Rossi menepuk pundak Marquez setelah finis: "The next Valentino telah lahir!"
Marquez terbukti punya modal besar untuk menjadi legenda. Selain itu, sebagaimana para legenda yang punya ritual unik menjelang atau sesudah beraksi, demikianlah Marquez. Ia tentu tidak meniru kebiasaan idolanya, Rossi, yang selalu berjongkok di dekat sepeda motornya sebelum bertanding. Marquez menjalankan tradisi sendiri yang ia lakoni sejak berusia 11 tahun. "Di setiap sesi latihan, saya selalu memakai celana dalam berwarna biru. Tapi, saat balapan, saya menggantinya dengan celana dalam merah."
Namun tentu kita tak bisa berteriak kepadanya: "Tunjukkan merahmu!"
Dwi Riyanto Agustiar (MotoGP, Reuters, Motorcyclist, Guardian)
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo