Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Olahraga

Beda Dewa Kipas Saat Duel Catur Lawan Irene Sukandar dan GothamChess

Menurut Kristianus Liem, Dewa Kipas seperti tak mengerti filosofi setiap langkah dalam catur ketika menghadapi Irene Sukandar.

23 Maret 2021 | 21.05 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Tanding catur WGM Irene Sukandar Vs Dewa Kipas yang disiarkan langsung di podcast Deddy Corbuzier Foto Youtube

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Kepala Bidang Pembinaan dan Peningkatan Prestasi Pengurus Besar Persatuan Catur Seluruh Indonesia (PB Percasi), Kristianus Liem, mengungkap perbedaan Dewa Kipas alias Dadang Subur saat melawan Irene Sukandar dan GothamChess. Menurut dia, permainan Dewa Kipas secara langsung dan permainan Chess.com memperlihatkan perbedaan level yang signifikan.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

"Dewa Kipas menang waktu itu dengan cara yang indah banget, sudah kayak grand master super permainannya. Ngancam-ngancam matinya, poin-poinnya bagus, kalau liat tiga babak saat lawan Irene, jauh banget levelnya," kata Kristianus saat dihubungi Tempo, Selasa, 23 Maret 2021.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Liem membandingkan permainan Dewa Kipas ketika melawan Woman Grand Master Irene Kharisma Sukandar dan ketika melawan Levy Rozman alias GothamChess di Chess.com. Dalam ketiga babak melawan Irene Sukandar, menurut dia, Dewa Kipas malah terlihat tidak mengerti filosofi catur.

Saat melawan Irene Sukandar, Dewa Kipas malah sering salah langkah. Padahal, menurut Liem, grand master berusia 28 tahun itu tidak melakukan pola serangan yang rumit. Namun, Irene tetap bisa menang telak. Dewa Kipas hanya sekadar melangkahkan buah catur di atas papan tanpa menggunakan strategi atau ide bermain yang jelas.

Selain itu, Liem menganggap Dewa Kipas tidak mengerti aturan main dalam permainan catur profesional. "Secara keseluruhan bisa dilihat bahwa yang paling menonjol di partai pertama bahwa Dewa Kipas tidak memahami filosofi bermain catur. Dia main sekadar melangkahkan buah catur," kata Kristianus Liem.

Menurut dia, Dewa Kipas menggunakan strategi bertahan Caro-Kann, yang merupakan perbaikan dari strategi pertahanan Prancis. Namun, Dewa Kipas tidak menjalankan bidak catur layaknya pecatur yang memainkan pola pertahanan Caro-Kann pada langkah-langkah lanjutannya. "Beda sama Irene yang memahami setiap langkah yang dibuatnya. Ada maksud, ide dan filosofi di balik langkah yang dimainkan Irene," katanya.

Irsyan Hasyim

Irsyan Hasyim

Menulis isu olahraga, lingkungan, perkotaan, dan hukum. Kini pengurus di Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Jakarta, organisasi jurnalis Indonesia yang fokus memperjuangkan kebebasan pers.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus