Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Olahraga

Bekas Kedi Dari Jepang

Pemain golf dari Jepang, bekas seorang kedi diakui sebagai pemain kaliber dunia setelah menjuarai turnamen WMPC. (or)

20 Desember 1980 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

KETIKA masih bocah hampir tak ada orang yang memperhatikan dirinya. Lantaran dia cuma seorang kedi. Ia waktu itu berusia 12 tahun, memang tak banyak berbeda dengan anak sebayanya yang menjadi pembantu di lapangan golf. Itulah Isao Aoki, jutawan dan pemain tanpa tanding di Jepang saat ini, yang mengubah nasib dengan tongkat golf. Aoki -- lahir di Abiko, 31 Agustus 1942 --mulai tertarik pada permainan golf ketika fim Jepang memboyong Piala Dunia di tahun 1957. Setelah mengikuti kompetisi amatir selama tujuh musim, Aoki terjun ke dunia golf bayaran tahun 1964. Tapi suksesnya tak secepat luncuran bola golf. Sampai awal 1970 ia masih dianggap enteng--lebih banyak gagal ketimbang jadi finalis. Tahun 1978, kemantapan Aoki mulai dihicarakan orang ramai. Ia memenangkan enam turnamen besar di dalam negeri. Tapi di luar kandang ia masih belum membuat kejutan prestasi. Tak heran ketika kemudian diundang World Match Play Championship (WMPC) di Inggris, ia seperti kurang yakin. "Barangkali saya diundang setelah panitia melihat nama saya berada di urutan ketujuh daftar finalis Kejuaraan Golf Terbuka Inggris," kata Aoki. Ia diundang mengikuti turnamen WMPC berhadiah total US$ 300.000 (sekitar Rp 180 juta) hersama 15 pegolf kaliber dunia lainnya . Dalam WMPC, Aoki temyata menyisihkan nama-nama top seperti Gary Player (Afrika Selatan), Lee Elder dan Ray Floyd (Amerika Serikat), serta Simon Owen (Selandia Baru). Dan Aoki mengantungi cek bernilai US$ 60.000. Tahun itu pendapatannya mendekati US$ 400.000. Aoki, tinggi 183 cm dan berat 77 kg, sepulang dari WMPC diakui sebagai pemain kaliber dunia. Predikat itu terbukti sesuai dengan ketrampilannya. Ketika mengikuti Kejuaraan Golf Terbuka Amerika Serikat 1980, Aoki selalu membuntuti kampiun legendaris tuan rumah Jack Nicklaus. Pekan lalu, Aoki muncul bersama Hale Irwin dari Amerika Serikat di Pondok Indah Golf & Country Club, Jakarta. Ini adalah pertemuan mereka yang kedua dari empat rangkaian pertandingan memperebutkan Piala Benson & Hedges 1980. Dan Aoki memenangkan keduanya. Di Hongkong, awal sirkuit itu, ia mencatat skor 73 untuk lapangan par 71, sedang Irwin 75. Di Pondok Indah Golf & Country Club (par 72) masing masing mencatat 69 dan 70. "Terus terang saya akui Aoki bermain bagus" kata Irwin. Berkat Perubahan Pertarungan berikut bagi Aoki dan Irwin adalah di Tasek Utara Golf Club, dan di Kelab Golf Negara Subang--keduanya di Malaysia. (Hasil pertandingan keduanya belum tercatat ketika berita ini diturunkan--red.). Kehebatan Aoki, seperti diakui banyak lawan, adalah terutama pada pukulan jarak pendek. "Aoki adalah pegolf terbaik di dunia saat untuk pukulan tersebut," puji Player. Aoki mengatakan sukses yang diraihnya sekarang ini berkat perubahan sikapnya. Ia sebelumnya adalah pemain yang gampang penasaran. Hingga pukulannya jadi ngawur. Sekarang kebiasaan itu ditinggalkannya. "Saya telah belajar dari banyak turnamen," katanya. Dan Aoki kini menjadi pujaan masyarakat Jepang. Di Jepang, sebagaimana juga di banyak negara lain, permainan golf bisa mengatrol status seseorang. Sungguh demam golf melanda negeri bunga sakura itu. Diperkirakan ada 18 jura pecandu golf dl Jepang--hampir 16 jumlah penduduk mereka. Dari jumlah itu hanya sedikit sekali yang mampu atau sempat bermain di lapangan secara teratur. mengingat jumlah lapangan yang ada sedikit sekali. Sebagian besar berlatih di driving range saja. Tak heran jika di stasiun-stasiun di Tokyo, sementara menunggu kereta api datang, terlihat orang mengayunkan gulungan koran atau payung untuk mempermahir pukulan. Untuk menjadi anggora klub golf di Jepang, bayarannya tinggi, dan daftar tunggu cukup panjang. Hampir semua lapangan golf sudah dikontrak oleh berbagai perusahaan raksasa. Koganei Country Club (KCC) yang terletali di pinggiran Tokyo, misalnya, mengenakan biaya masuk bagi anggota baru sebesar US$ 130.000. Belum lagi iuran lain. Alasan KCC, 80% dari pendapatannya adalah untuk membayar pajak tanah sebesar US$ 500.000 per tahun. Tak hanya untuk menjadi anggota klub golf yang sukar di Jepang. Pemesanan waktu bermain harus dilakukan sebulan sebelumnya. Toh Jepang saat ini merupakan salah satu negeri terkemuka dalam golf. Di belakang Aoki terdapat banyak lagi pegolf Jepang yang hebat. Dan dunia usaha, dengan segala macam kampanye promosi, berkepentingan dalam cabang olahraga ini.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus