Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Lingkungan

Lamtoro Gung, Pohon Harapan

Penghijauan dengan tanaman pohon lamtoro gung pohon ini dari batang, daun sampai buahnya bermanfaat. bupati sampang kol. moersim setelah melihat tanaman ini di filipina, akan menanam pohon ini. (ling)

20 Desember 1980 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

SEPULANGNYA dari Filipina, supati Sampang, Kol. Moersim langsung menyingsing lengan baju. Ia bertekad menghijaukan sebagian wilayahnya yang terlerak di Pulau Madura. Tidak tanggung-tanggung. Tahap pertama, Moersim akan menanam 1,5 juta batang pohon lamtoro gung mulai pekan ini-cukup untuk menghijaukan 125 ha tanah kritis. Dipilihnya Kecamatan Kedungdung di punggung Pulau Madura. Tanah di daerah ini kurus dan berbatu dan merupakan sumber erosi yang mendangkalkan Sungai Sampang hingga menyebabkan banjir tiap tahun. Berkunjung ke Filipina awal November lalu, supati Moersim singgah di Pulau Mindoro, bagian selatan Pulau Luzon. Mindoro, yang dulu gersang, kini dijuluki Pulau Guaje --sebutan untuk lamtoro gung. Di situ didirikan sebuah pabrik makanan ternak, berkapasitas 35 ton sehari, yang mengolah daun lamtoro gung itu. "Sebagian besar produksinya diekspor ke Jepang dan India," cerita Moersim kepada TEMPO. Membuat Tempe Moersim memang sangat terkesan. Pohon lamtoro gung (Leucaena leucocephala) rumbuh sangat cepat--dalam setahun bisa mencapai tinggi 5 m. Tidak hanya itu kehebatannya. Pohon ini mulai dari batang dan daun sampai buahnya bermanfaat. Berbeda dengan pohon akasia--yang bisa membunuh tanaman produktif sekitarnya, lamtoro gung justru menyuburkan tanah. Ia mampu menyerap Nitrogen (zat lemas) dari udara ke dalam kutil-kutil akarnya hingga menyuburkan tanah sekitarnya. R. Sutoyo Darmosarkoro, kepala Bagian Hortikultura Dinas Pertanian Rakyat, Ja-Teng, juga terkesan. Lamtoro gung, katanya, merupakan serba guna. Selain pohonnya baik untuk pengawetan tnah, daunnya untuk bahan makanan t ernak besar dan unggas, kayunya unruk bahan bakar, bijinya amat baik untuk membuat tempe. "Tempe mlanding begitu istilahnya, enak rasanya,"ujar Sutoyo. Bahkan bunganya, meski tidak banyak menghasilkan madu, cukup kaya akan zat tepung. Bunganya bisa untuk Royal Jelly, bahan yang bermanfaat buat peternakan lebah. Pohon ini berasal dari Amerika Selatan dan dikembangkan di Filipina. Di Indonesia, ia dikenal sejak beberapa tahun lalu. Presiden Soeharto pernah membantu menyediakn biji lamtoro gung untuk dibibirkan di Kebun Induk Tarubudaya, Ungaran, Ja-Teng. Kini 30 kabupaten di Ja-Teng memanfaatkan hasil pembibitan itu. Pembibitannya di Sampang, Madura, dimulai sejak Bupati Moersim kembali dari Filipina. Untuk proyek penghijauan, Madura mendapat dana khusus sebesar Rp 15 milyar selama Repelita III. Dana ini dibagi untuk 4 kabupaten. Proyek lamtoro gung dianggap pantas untuk dimasukan pada anggaran "Pengembangan wilayah Madura itu." "Untuk 1,5 juta pohon mulai dari pembibitan sampai pennanaman hanya makan biaya Rp 12,5 juta," jelas Drs. Pradjito Wongso, pimpinan proyek lamtoro gung itu. Ini tidak sampai Rp 10 per pohon, sedang penghijauan yang dibiayai dengan dana Inpres itu menelan Rp 12-15 per pohon. Penduduk Kedungdung bergairah menyambut pelaksanaan penghijauan ini, setelah diperlihatkan slide dari Filipina. Bahkan H. Hasan Effcndi, yang punya tanah 2 ha di kecamatan itu sudah menyiapkan lubang untuk menampung bibit lamtoro gung. Ia memperkirakan makanan ternak akan tersedia cukup, dengan rakyat menanam pohon itu. Kecamatan Kedungdung, berpenduduk 55.380 jiwa, punya sekitar 12.500 ekor sapi. Selama ini makanan ternak jadi masalah besar karena tanahnya yang gersang. Di musim kemarau, ketika rumput sudah tak bisa hidup, pepohonan jadi sasaran buat makanan ternak. Nanti mungkin ada kelebihan produksi makanan terna bila proyek lamtoro di Madura berhasil. Tapi Moersim sudah melihat kemungkinan mensuplai empat pabrik makanan ternak di Surabaya, yang bersedia menampung daun lamtoro dari Madura dalam jumlah berapa pun. Juga dengan tujuan mengatasi kekurangan makanan ternak, Gubernur Odang dari Sulawesi Selaran telah menyerahkan 20 ribu bibit pohon lamtoro gung kepada Dinas Peternakan provinsinya Setelah Jawa Timur, Sul-Sel merupakan penghasil banyak ternak seperti sapi dan kerbau. Mengenai penghijauan, juga Ujungpandang ibukota Sul-Sel, giat melakukannya. Dalam hal ini Walikota Abustam mendapat bantuan bibit berbagai jeniS pohon Termasuk bibit lamtoro gung, yang ia peroleh ribuan dari Pangkowihan III. Seluruh warga kota Ujungpandang akan dikerahkan dalam program penghijauan ini. Sanksinya pun ada. Mereka yang tidak mengindahkan instruksi penghijauan itu, setelah diperingatkan tiga kali, akan dicap sebagai wargakota yang tidak baik. Sebaliknya, mereka yang berprestasi dalam program ini akan dapat hadiah, antara lain tiket untuk naik haji. "Hadiah lainnya belum diumumkan, tapi pasti memuaskan," ucap Abustam lagi. Tapi sebelum ada wargalkota Ujungpandang yang naik haji dengan tiket hadiah itu, mungkin pohon lamtoro gung lebih dulu sampai di tanah suci. Pemda DKI Jakarta, yang bekerjasama dengan pemerintah Kota Jeddah, mengirim sejumlah besar bibit pohon pelindung. Antara berbagai jenis yang terkirim ke Jeddah, terdapat bibit lamtoro gung.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus