SEPULANGNYA dari Filipina, supati Sampang, Kol. Moersim
langsung menyingsing lengan baju. Ia bertekad menghijaukan
sebagian wilayahnya yang terlerak di Pulau Madura. Tidak
tanggung-tanggung. Tahap pertama, Moersim akan menanam 1,5 juta
batang pohon lamtoro gung mulai pekan ini-cukup untuk
menghijaukan 125 ha tanah kritis. Dipilihnya Kecamatan
Kedungdung di punggung Pulau Madura. Tanah di daerah ini kurus
dan berbatu dan merupakan sumber erosi yang mendangkalkan Sungai
Sampang hingga menyebabkan banjir tiap tahun.
Berkunjung ke Filipina awal November lalu, supati Moersim
singgah di Pulau Mindoro, bagian selatan Pulau Luzon. Mindoro,
yang dulu gersang, kini dijuluki Pulau Guaje --sebutan untuk
lamtoro gung. Di situ didirikan sebuah pabrik makanan ternak,
berkapasitas 35 ton sehari, yang mengolah daun lamtoro gung itu.
"Sebagian besar produksinya diekspor ke Jepang dan India,"
cerita Moersim kepada TEMPO.
Membuat Tempe
Moersim memang sangat terkesan. Pohon lamtoro gung
(Leucaena leucocephala) rumbuh sangat cepat--dalam setahun bisa
mencapai tinggi 5 m. Tidak hanya itu kehebatannya. Pohon ini
mulai dari batang dan daun sampai buahnya bermanfaat. Berbeda
dengan pohon akasia--yang bisa membunuh tanaman produktif
sekitarnya, lamtoro gung justru menyuburkan tanah. Ia mampu
menyerap Nitrogen (zat lemas) dari udara ke dalam kutil-kutil
akarnya hingga menyuburkan tanah sekitarnya.
R. Sutoyo Darmosarkoro, kepala Bagian Hortikultura Dinas
Pertanian Rakyat, Ja-Teng, juga terkesan. Lamtoro gung, katanya,
merupakan serba guna. Selain pohonnya baik untuk pengawetan
tnah, daunnya untuk bahan makanan t ernak besar dan unggas,
kayunya unruk bahan bakar, bijinya amat baik untuk membuat
tempe. "Tempe mlanding begitu istilahnya, enak rasanya,"ujar
Sutoyo. Bahkan bunganya, meski tidak banyak menghasilkan madu,
cukup kaya akan zat tepung. Bunganya bisa untuk Royal Jelly,
bahan yang bermanfaat buat peternakan lebah.
Pohon ini berasal dari Amerika Selatan dan dikembangkan di
Filipina. Di Indonesia, ia dikenal sejak beberapa tahun lalu.
Presiden Soeharto pernah membantu menyediakn biji lamtoro gung
untuk dibibirkan di Kebun Induk Tarubudaya, Ungaran, Ja-Teng.
Kini 30 kabupaten di Ja-Teng memanfaatkan hasil pembibitan itu.
Pembibitannya di Sampang, Madura, dimulai sejak Bupati
Moersim kembali dari Filipina. Untuk proyek penghijauan, Madura
mendapat dana khusus sebesar Rp 15 milyar selama Repelita III.
Dana ini dibagi untuk 4 kabupaten.
Proyek lamtoro gung dianggap pantas untuk dimasukan pada
anggaran "Pengembangan wilayah Madura itu." "Untuk 1,5 juta
pohon mulai dari pembibitan sampai pennanaman hanya makan biaya
Rp 12,5 juta," jelas Drs. Pradjito Wongso, pimpinan proyek
lamtoro gung itu. Ini tidak sampai Rp 10 per pohon, sedang
penghijauan yang dibiayai dengan dana Inpres itu menelan Rp
12-15 per pohon.
Penduduk Kedungdung bergairah menyambut pelaksanaan
penghijauan ini, setelah diperlihatkan slide dari Filipina.
Bahkan H. Hasan Effcndi, yang punya tanah 2 ha di kecamatan itu
sudah menyiapkan lubang untuk menampung bibit lamtoro gung. Ia
memperkirakan makanan ternak akan tersedia cukup, dengan rakyat
menanam pohon itu.
Kecamatan Kedungdung, berpenduduk 55.380 jiwa, punya
sekitar 12.500 ekor sapi. Selama ini makanan ternak jadi masalah
besar karena tanahnya yang gersang. Di musim kemarau, ketika
rumput sudah tak bisa hidup, pepohonan jadi sasaran buat makanan
ternak. Nanti mungkin ada kelebihan produksi makanan terna bila
proyek lamtoro di Madura berhasil. Tapi Moersim sudah melihat
kemungkinan mensuplai empat pabrik makanan ternak di Surabaya,
yang bersedia menampung daun lamtoro dari Madura dalam jumlah
berapa pun.
Juga dengan tujuan mengatasi kekurangan makanan ternak,
Gubernur Odang dari Sulawesi Selaran telah menyerahkan 20 ribu
bibit pohon lamtoro gung kepada Dinas Peternakan provinsinya
Setelah Jawa Timur, Sul-Sel merupakan penghasil banyak ternak
seperti sapi dan kerbau.
Mengenai penghijauan, juga Ujungpandang ibukota Sul-Sel,
giat melakukannya. Dalam hal ini Walikota Abustam mendapat
bantuan bibit berbagai jeniS pohon Termasuk bibit lamtoro gung,
yang ia peroleh ribuan dari Pangkowihan III. Seluruh warga kota
Ujungpandang akan dikerahkan dalam program penghijauan ini.
Sanksinya pun ada. Mereka yang tidak mengindahkan instruksi
penghijauan itu, setelah diperingatkan tiga kali, akan dicap
sebagai wargakota yang tidak baik. Sebaliknya, mereka yang
berprestasi dalam program ini akan dapat hadiah, antara lain
tiket untuk naik haji. "Hadiah lainnya belum diumumkan, tapi
pasti memuaskan," ucap Abustam lagi.
Tapi sebelum ada wargalkota Ujungpandang yang naik haji
dengan tiket hadiah itu, mungkin pohon lamtoro gung lebih dulu
sampai di tanah suci. Pemda DKI Jakarta, yang bekerjasama dengan
pemerintah Kota Jeddah, mengirim sejumlah besar bibit pohon
pelindung. Antara berbagai jenis yang terkirim ke Jeddah,
terdapat bibit lamtoro gung.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini