WARISAN apalagi berupa prestasi besar yang harus dipertahankan biasanya menjadi urusan berat. Hal ini tersirat pekan lalu di Palembang, saat jabatan Ketua Umum Pengurus Besar Persatuan Bulu Tangkis Seluruh Indonesia (PBSI) dialihkan dari Wakil Presiden Try Sutrisno kepada Letnan Jenderal Soeryadi. Dihimpun Try selama empat tahun masa jabatannya, kekayaan Rp 20 miliar kini dimiliki PBSI. Ini termasuk simpanan ''dana abadi'' serta fasilitas gedung Pusat Pendidikan dan Pelatihan di Cipayung, Jawa Barat. Tapi mempertahankan prestasi sebagai cabang olahraga andalan urusannya tidak gampang. Tahun lalu atlet bulu tangkis Indonesia mempersembahkan dua medali emas di Olimpiade Barcelona, dan tahun ini 52 gelar juara internasional. Selain para atlet harus menyabet emas di Olimpiade Atlanta 1996 di AS, Try sempat memesan tugas tambahan: ''Rebut kembali Piala Thomas, Piala Uber, dan Piala Sudirman.'' Soeryadi, 51 tahun, termasuk baru di perbulutangkisan. Penggemar tenis dan golf ini mengenal bulu tangkis sebatas pertandingan persahabatan. Terpilihnya Wakil Kepala Staf TNI Angkatan Darat ini terkesan dipersiapkan untuk menggantikan Try. Musyawarah nasional, dihadiri 440 pengurus daerah dan cabang, secara aklamasi mendukung Soeryadi. Begitu pula penunjukan Iwan Setiawan, 53 tahun, sebagai Kepala Bidang Pembinaan PBSI. Dosen Fakultas Keguruan Olahraga dan Kesenian IKIP Bandung ini bukan orang baru di bulu tangkis. Bekas pelatih atletik ini pernah menjabat Ketua Bidang Pembinaan PBSI Jawa Barat. Namun, ''Pak Iwan belum pernah terlibat menangani pembinaan secara nasional,'' ujar pelatih khusus ganda putra, Christian Hadinata, 44 tahun, kepada Ali Fauzi dari TEMPO. Iwan menggantikan Mangombar Ferdinand Siregar, 65 tahun, yang saat ini sakit akibat gangguan jantung. Sebelumnya, sulit juga mencari pengganti pembina sepopuler M.F. Siregar. Sikap pria berambut putih ini, tidak mencampuri kerja pelatih, dianggap sebagai salah satu kunci keberhasilan pembinaan. Siregar memang menetapkan pola pembinaan. Tapi pelaksanaannya sepenuhnya ia serahkan kepada pelatih. ''Sebenarnya, beliau tidak mengerti bulu tangkis. Lebih mengerti masalah renang. Tapi manajemen yang ia terapkan sungguh bagus,'' ujar Liang Chiu Hsia, 44 tahun, pelatih khusus tim putri nasional. Siregar juga pandai membangkitkan semangat. Untuk yang dipecundang, ia selalu punya cara memulihkan kembali mental yang runyam. ''Tidak dengan marah-marah,'' tutur Susi Susanti, peraih medali emas Olimpiade Barcelona. Cara pendekatan dalam pembinaan atlet bulu tangkis empat tahun mendatang memang urusan genting. Itu terutama karena persiapan menghadapi Olimpiade Atlanta juga menyangkut pembinaan pengganti angkatan Susi, yang rata-rata berusia menjelang 30 tahun. ''Untuk mendapat emas di Barcelona saja, perlu pembinaan selama delapan tahun,'' kata Tahir Djide dalam periode ini menangani bidang penelitian dan pengembangan. Kini pengurus PBSI perlu bergegas dua kali lebih cepat, untuk mempersingkat waktu pembinaan sampai setengahnya. Mungkin ini juga dasar penunjukan Iwan Setiawan yang bergelar doktor pendidikan jasmani dari Universitas Temple, AS, itu.Ivan Haris dan Hasan Syukur
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini