JUMLAH penderita AIDS di Thailand masih yang tertinggi di Asia Tenggara, yakni 4.000 orang sementara 400 ribu orang kini mengantongi virus HIV. Kampanye pemakaian kondom ternyata belum menunjukkan hasil yang menggembirakan. Sosok AIDS yang kini mengancam Thailand agaknya akan lebih jelas tergambar melalui wawancara Kelik M. Nugroho dari TEMPO dengan Profesor Apichati Sivayathorn anggota tim AIDS Thailand yang menghadiri sebuah seminar di Surabaya, belum lama ini. Petikannya: Bagaimana spesifikasi dan profesi penderita AIDS di Thailand? Sebagian besar dari mereka berusia produktif, antara 20 dan 30 tahun. Jumlah penderita wanita dan pria berimbang. Sakit AIDS tidak ada kaitannya dengan profesi dan jenis pekerjaan, tapi lebih terkait dengan pola perilaku seks seseorang. Apakah AIDS merebak dari daerah prostitusi? Mulanya memang dari lokalisasi. Tapi, kemudian, setiap kelompok masyarakat bisa dicurigai mengidap AIDS. Transmisi virus HIV itu kini kian meluas. Berapa jumlah anak-anak yang menderita AIDS? Cenderung meningkat, tapi persisnya saya tidak tahu. Laporan penelitian menunjukkan, satu persen dari ibu-ibu yang datang ke klinik terinfeksi virus HIV. Di era AIDS ini, kata para ahli, kasus penyakit kelamin herpes meningkat. Berapa persen dari yang terinfeksi HIV di Thailand juga mengidap herpes? Sulit untuk diungkapkan. Tapi, boleh Anda tulis, kasusnya banyak. Berdasarkan tim peneliti serologi, ada 80 sampai 90 persen penduduk Thailand usia dewasa yang menyimpan antibodi terhadap herpes. Artinya, mereka pernah tertulari herpes. Apa program pemerintah Thailand untuk mencegah menyebarnya AIDS? Pertama, kampanye penggunaan kondom. Kedua, pendidikan seks, khususnya untuk lingkungan prostitusi, para pelajar, dan ibu- ibu yang datang ke klinik keluarga berencana. Yang jelas, penggunaan kondom meningkat luar biasa. Ditaksir, sekitar dua juta kondom per hari. Dan WTS di Thailand akan menolak konsumen yang tidak menggunakan kondom. Bagaimana pemerintah Thailand menangani penderita AIDS? Pemerintah menyediakan obat AZT, yang diberikan secara cuma- cuma. Mereka hanya diharuskan mendaftar di rumah sakit dan memberikan laporan setiap tiga minggu. Karena sangat mahal, AZT diberikan secara selektif, terutama pada pasien stadium dini. Bagaimana dengan mereka yang masih mengidap virus HIV? Mereka diharuskan berkonsultasi. Penderita seropositif HIV di Thailand dirahasiakan. Ini untuk menjaga keselamatan mereka. Sebab, begitu masyarakat tahu, si penderita akan dikucilkan dan dikeluarkan dari tempat kerjanya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini