Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
MASIH dalam gaung suasana PON V yang baru selesai Jumat pekan lalu, dan meriahnya publikasi kejuaraan Atletik Asia yang dimulai Rabu pekan ini, pemilihan pengurus baru Persatuan Bulu Tangkis Indonesia (PBSI) di Surabaya, Senin pekan ini, masih tetap menjadi berita menonjol. Bukan karena proses pemilihan ketua baru cuma makan beberapa menit, tapi tokoh yang dipilih memang pantas disambut. Padahal, nama Try Sutrisno, wakasad, baru muncul di bursa calon ketua beberapa minggu sebelumnya. Tapi akhirnya tak seorang pun dari peserta Musyawarah Nasional PBSI, yang memilih kepengurusannya empat tahun sekali itu, menyatakan keberatannya. Tepat hampir tengah malam, sidang yang dipimpin Trimardjono, ketua PBSI Jawa Timur, yang juga wakil gubernur Jawa Timur, mengetukkan palu sidang tanda Munas menyetujui Try Sutrisno sebagai ketua baru. Pertanda jenderal berbintang tiga yang baru dua bulan berhenti jadi panglima Kodam Jaya di Jakarta itu resmi menggantikan ketua yang lama, Ferry Sonneville. Try, 50, dengan demikian menjadi orang ketujuh dalam sejarah perbulutangkisan nasional yang memimpin PBSI sejak 1951. Ia juga sekaligus menjadi ketua umum kedua PBSI, setelah Soekamto Sajidi-man, yang berasal dari militer. Tak banyak yang terkejut, memang, ketika ayah tujuh anak yang menggemari olah raga silat, karate, angkat besi, dan jogging itu terpilih jadi ketua umum PBSI. Malah, adalah Ferry Sonneville, ketua umum lama, yang pada hari pertama dari kongres yang berlangsung dua hari di aula hotel Patrajasa itu, secara gamblang menyatakan kepada semua peserta sidang, "Calon ketua umum yang baru adalah Pak Try." Bahkan, ia juga mengatakan sudah menghubungi yang bersangkutan, dan "beliau bersedia". Pengumuman Ferry itu diperkuat oleh Menteri Pemuda dan Olah Raga Abdul Gafur, yang membuka acara kongres PBSI. "Pak Try merupakan tokoh yang tepat untuk menggantikan Ferry. Kita memang tak bisa main-main lagi, sekarang dalam pembinaan pemain. Banyak negara lawan yang selalu mengincar reputasi kita sebagai negara terkuat dalam bulu tangkis," kata Gafur. Dengan dua komentar itu, siang itu juga sudah hampir pasti Try Sutrisno, kelahiran Surabaya itu, akan jadi ketua umum PBSI. Kepastian itu semakin terlihat sore ketika calon kuat ini tiba di Surabaya. TAPI, kenapa Try? Apakah wakasad ini punya waktu untuk mengurus PBSI, yang menurut Ferry Sonneville sendiri harus diurus secara penuh itu? Ferry, yang rupanya salah seorang yang mencalonkan ketua umum baru itu, menjelaskan, "Kami perlu figur yang berwibawa. Dan untuk itu, Pak Try-lah yang tepat." Tentang waktu, beberapa pendukung perwira tinggi itu menyatakan tak ada problem. "Yang kita perlukan sebenarnya pikiran-pikiran beliau. Soal teknis, tidak perlu Pak Try yang turun. Cukup kalau yang mendampingi mampu dan berdedikasi tinggi," kata Trimardjono. Suara serupa memang dikeluarkan oleh beberapa peserta yang ikut hadir di kongres itu. Hampir semua pula menyatakan rasa percaya bahwa di tangan seorang ketua yang berasal dari ABRI, seperti Try, segala masalah kedisiplinan, misalnya yang berjangkit di Pelatnas, Senayan, akan bisa diatasi. "Saya kira dipilihnya Pak Try antara lain karena alasan untuk mengatasi soal disiplin itu," kata Kassim Abdullah, ketua Pengda PBSI Jambi. Selain itu, ada alasan lain, tutur Kassim, ketua umum baru diperlukan untuk mempersatukan kubu-kubu yang terpecah dalam perbulutangkisan, "agar usaha menyelamatkan Piala Thomas, tahun depan, bisa lebih enteng". Ia tak menyebut, tapi bisa diduga kedua kubu yang dimaksud itu adalah kubu eks ketua umum semasa Ferry dan Sudirman. "Dengan wibawanya, Pak Try akan bisa mempersatukan mereka itu semua," kata Kassim. Adapun Try sendiri, yang langsung hadir Selasa pagi - sehari setelah terpilih - belum memberi banyak komentar. Berbatik safari lengan panjang, Try kepada TEMPO menyatakan penunjukannya sebagai ketua PBSI sebagai tugas. "Hidup kita ini buat apa, sih, kalau bukan mengabdi kepada bangsa dengan penuh ikhlas. Dan soal sibuk itu 'kan relatif," katanya. Mengaku tak bisa main bulu tangkis, Try memang tak menganggap tugas barunya ringan. "Semoga mendatangkan ridha Allah," katanya lagi.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo