Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Olahraga

Bingkisan untuk Seumur Hidup

Para atlet dunia keranjingan merajah tubuh. Tato menjadi simbol diri dan juga penyemangat, meski ada juga yang tak paham artinya. Penggemar pun ikut-ikutan.

26 November 2007 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

OLIMPIADE Beijing masih akan berlangsung setahun lagi. Namun, petinggi Asosiasi Olimpiade Australia sudah menyebar larangan pada 478 atletnya yang akan berlaga di sana. Pekan silam, tim dokter negeri itu mewanti-wanti para atletnya untuk menjauhi buah melon dan pelesir dengan pekerja seks komersial. Dua-duanya bahaya, bisa membawa wabah penyakit.

Larangan yang wajar. Negeri sebesar Cina hingga kini ditengarai masih menjadi belantara penyebaran berbagai penyakit. Hepatitits B hanya salah satunya. ”Meskipun semua atlet sudah diberi vaksin anti hepatitis dan penyakit lain, saya sarankan untuk menahan semua keinginan untuk itu,” kata Peter Baquie, salah satu anggota tim kesehatan tim Negeri Kanguru ini.

Eh, masih ada satu lagi larangan. Para atlet disarankan untuk tidak membuat tato di negeri itu. Sebabnya masih sama. Takut tertular penyakit. Mereka meragukan alat yang dipakai seniman tato di sana. ”Apa mau mereka kena penyakit?” kata Peter Baquie. Untuk tato, dia memberikan solusi: lebih baik dibuat di Australia saja. ”Lebih aman.”

Belum jelas tanggapan atlet terhadap larangan itu. Namun, bisa jadi hal ini akan menyebabkan mereka gelisah. Malah, bisa saja mereka berani melanggar aturan itu. Maklum, Cina dikenal memiliki desain tato yang luar biasa. Gambar naga lengkap dengan api yang menyembur atau Great Wall adalah desain tato yang kabarnya banyak diminati dibanding desain lainnya.

Tato memang menjadi persoalan penting. Lukisan di atas kulit itu tidak lagi berfungsi sebagai hiasan tubuh tapi juga punya makna. Aksi merajah tubuh dengan tinta ini menjadi salah satu perayaan sebuah prestasi. Kalaupun tidak, cukup sebagai kenang-kenangan. ”Ini adalah bingkisan untuk seumur hidup,” kata Fabienne Dufour, kini 26 tahun, bekas perenang Belgia di Olimpiade Sydney, tujuh tahun silam. Walau gagal beroleh prestasi, dia merasa perlu untuk membuat tato di tubuhnya.

Kala itu, bersama rekan-rekannya, Dufour mengunjungi pembuat tato. Tony Cohen, seorang tattooist yang membuka warung tatonya di Olimpiade Sydney, kebanjiran pelanggan. ”Hampir 70 persen dari mereka minta dibuatkan lambang olimpiade,” katanya. Ukurannya macam-macam. Ada yang kecil di pergelangan tangan tapi ada juga yang menyediakan punggungnya untuk dilukis dengan gambar lima bulatan itu.

Tato di zaman kiwari bukan lagi simbol kekuatan atau anggota gang. Dia sudah naik kelas menjadi semacam seni merajah tubuh atau kini dikenal dengan nama body art. Pemiliknya, sudah menyentuh ke berbagai kalangan. Selebriti juga kaum olahragawan. ”Saya punya tato di punggung bertuliskan Perfections. Saya memang selalu ingin perfect dalam setiap penampilanku,” ujar Mathew Helm, atlet lompat indah dari Negeri Kanguru yang tengah bersiap berangkat ke Cina.

Atlet basket NBA boleh dibilang merupakan pengusung awal tato. Siapa pun mengenal Dennis Rodman, yang sekujur tubuhnya penuh dengan rajah. Sayangnya, dia menjadi promosi buruk. Bersama orang macam Tommy Lee, eks penabuh drum Motley Crue yang merelakan tubuhnya dirajah berbagai gambar, dikenal sebagai anak bandel, liar, dan urakan. Alhasil, tato masih dipandang sebelah mata.

Hingga akhirnya muncul ikon sepak bola dunia, David Beckham. Pria ini kemudian tidak saja menyetor popularitas berupa tampangnya yang cakep, gaya hidupnya yang metro seksual tapi juga seni merajah tubuh. Bekas kapten Inggris ini untuk pertama kalinya membuat tato saat Brooklyn, anak pertamanya lahir, pada 1999. Sampai saat ini, dia sudah memiliki 12 tato di tubuhnya.

Macam-macam bentuknya, ada guardian angel yang melintang di punggungnya, nama anak dan istrinya. ”Mereka adalah orang-orang yang membuatku ingin selalu dekat dengan mereka,” katanya. Lucunya, salah satu tato dalam huruf Hindu, yang dipersembahkan pada istrinya, mengalami kesalahan. Victoria ditulisnya menjadi Vihctoria. Tapi dia merasa santai saja. Dia pun tak berusaha menghapus kelebihan huruf itu.

Beckham punya tradisi membuat tato saat mengalami momen khusus dalam hidupnya. Terakhir, saat pergi ke Los Angeles, mencari uang di LA Galaxy, dia membuat tato seperti Wentworth Miller dalam serial Prison Break. Orang pun maklum, inilah caranya untuk segera diterima masyarakat Amerika Serikat. Saat Beckham datang ke sana untuk bergabung dengan L.A Galaxy, baju dengan motif tatonya malah laku terjual.

Sepertinya ia tidak akan berhenti merajah tubuhnya. Meski dipenuhi dengan tato, Beckham tetap dikenal sebagai ayah dan suami yang bertanggung jawab. Bagian tubuhnya yang masih mulus, kini tinggal di lengan kirinya. ”Kalau lengan kiri sih, untuk anak kami yang perempuan,” kata Victoria, alias Nyonya Beckham, sambil terbahak.

Bintang sepak bola lainnya pun tak mau ketinggalan. Apalagi yang masih muda. Lihat saja Daniel Agger, bek Liverpool asal Denmark. Lengannya lebat dengan gambar-gambar tato, lalu juga ada Craig Belammy yang memasang tanda salib di lengannya. Pemain Italia dan Spanyol, tak mau ketinggalan. Marco Materazzi yang membuat tato tanggal kelahirannya dengan angka romawi.

Sedangkan Christian Vierri memasang huruf kanji di bagian atas lengan kirinya. Artinya? ”Saya tidak tahu. Si artisnya tak memberi tahu. Tapi saya sangat menyukai bentuknya,” katanya polos. Tato juga membuat rezeki datang menghampiri. Freddie Ljungberg yang punya gambar panther di perutnya membuatnya terpilih menjadi iklan Calvin Klein.

Sedangkan bagi Mike Tyson, tato bisa berarti simbol diri. Setelah membuat tato Arthur Ashe, Che Guevara, dan Mao Tse Tung, dia menggambar bagian kiri jidatnya dengan motif tribal. Kata si leher beton itu, dia meniru orang Maori, penduduk asli Selandia Baru yang membuat tato di wajah. ”Inilah saya. Saya adalah seorang lelaki, seorang petarung, dan juga pahlawan,” katanya. Begitulah. Tyson yang sudah pudar kehebatannya, dengan tato bisa merasa tetap yang terbaik.

Toh begitu, maraknya para atlet yang membuat tato di tubuhnya tak pelak memberikan rezeki yang berlimpah ruah pada seniman tato. Louis Malloy, yang sangat terkenal di Manchester, Inggris, adalah salah satunya. Seluruh tato di tubuh Beckham merupakan hasil kerja kerasnya. Tarifnya tentu saja mahal. Sebab dia tidak hanya menusuk jarum tapi juga memberikan konsultasi, pemilihan gambar dan warna. Berapa dia dapat? ”Saya tidak pernah membedakan antara David dengan pelanggan saya yang lain.”

Seniman lainnya, Mario Barth lebih terus terang. Barth yang kondang di New York, Amerika Serikat, mengaku tarifnya sangat tinggi, yakni 1.500 dolar Amerika atau sekitar Rp 15 juta tiap tato yang dibuatnya. Harganya mahal karena kliennya juga beken. Beberapa pemain sepak bola Amerika dan artis seperti Lenny Kravitz kerap menjadi langganannya.

Kini, dia terbilang sebagai seniman tato paling kaya. Mobil berjubel di garasinya. Ada Lamborghini Gallardo, BMW seri 7, dan Buick Super 8 mobil klasik keluaran tahun 1952. Dia juga memiliki sekitar empat praktek di wilayah New Jersey.

Di kelas bawah, perajah tubuh pun tak lantas kehilangan pasar. Para pendukung klub sepak bola pun memiliki hobi yang sama dengan sang bintang. Pendukung setia Tim Inggris misalnya. Mereka tak ragu untuk membuat tato dengan gambar Three Lions di berbagai tempat di tubuhnya.

Hal yang sama pun dilakukan suporter sepak bola dari negeri lain. Seorang pendukung tim nasional Kroasia, misalnya, dengan gagah merajah tubuhnya dengan huruf bertulisan ”Srna”. Maknanya? Ternyata, hal itu merupakan penghormatan terhadap Dario Srna. ”Aku punya anak laki-laki yang kunamai Gheorghe Hagi tapi saat itu, saya tidak mau memakai nama itu di punggungku,” katanya.

Namun, bencana bisa saja datang. Pemuda di Argentina yang mengalaminya. Anak muda itu adalah pendukung berat Boca Junior, klub yang pernah melahirkan Diego Maradona. Sebagai tanda cintanya dia pun pergi pada seorang tattooist untuk dibuat tato di punggungnya berupa logo atau lambang klub kesayangannya.

Singkat cerita, aksi rajah itu usai. Remaja itu pulang ke rumah, tanpa melihat lagi gambar di punggungnya. ”Dia mengaku tidak punya cermin,” katanya. Sesampai di rumah betapa dia kaget bukan main. Ternyata, bukan lambang klub kesayangannya yang ada di punggung melainkan gambar sebentuk kelamin pria. Kontan dia mengamuk dan menuntut sang tattooist untuk membersihkan tato di tubuhnya.

Polisi yang mendapat laporan hanya geleng-geleng kepala. Pada polisi, sang tattooist kesal dengan permintaan kliennya itu. Sebabnya, dia adalah pendukung River Plate, rival berat Boca Junior. Remaja itu hanya bisa marah dan sedih. Menghapus tato sungguh mahal harganya. Padahal, gambar itu merupakan bingkisan untuk seumur hidupnya.

Irfan Budiman

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus