Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
KEPUTUSAN Anna Maria untuk menjual rumahnya sudah bulat. Rumah besar dengan tanah lebih dari 2.000 meter persegi di Jalan Meriam D-109, Kalimalang, Jakarta Timur, itu telah diincar pengembang untuk dijadikan kawasan elite. ”Pekarangan ini akan jadi apartemen,” kata Anna, 43 tahun. ”Developer tak menawar harga Rp 10 miliar yang saya patok.”
Istri Roy Marten itu memilih tinggal di Bali. Dua anaknya yang masih kuliah di Fakultas Hukum Universitas Atma Jaya, Merari dan Mangesa Gibran, akan dibelikan apartemen yang letaknya tak jauh dari kampusnya di kawasan Jalan Sudirman, Jakarta. Kamis pekan lalu, Anna Maria menerima Rika Purba dan Elik Susanto dari Tempo di rumahnya, dalam keadaan ramah dan santai.
Apakah kasus Roy berpengaruh terhadap ekonomi keluarga Anda?
Pasti berpengaruh. Sebelum Mas Roy pertama kali ditangkap, dulu, dia baru saja menandatangani kontrak untuk tiga sinetron. Akhirnya semua batal. Setelah Mas Roy keluar, kondisi ekonomi kami tidak seperti dulu. Kami habis-habisan. Mas Roy menyadari kondisi rumah tangganya sudah berubah. Saya yang sekarang mengendalikan keuangan keluarga.
Mungkin dia frustrasi gara-gara keuangannya Anda kontrol terlalu ketat?
Bukan itu masalahnya. Kehidupan Mas Roy, sekarang ini, cuma main pingpong di rumah. Dia enggak punya kehidupan malam lagi. Dia orang rumahan. Saya mengimbangi perubahan itu dengan total mengurus keluarga. Jadi, kalau alasannya gara-gara butuh uang, jelas enggak mungkin. Kalau Mas Roy jadi bandar narkoba, mungkin rumah saya enggak seperti ini lagi. Mobil yang dulu pernah dijual mestinya kembali lagi.
Roy dituduh menjadi perantara pengedar narkoba….
Saya tetap enggak yakin. Ada bisnis lain yang lebih menjanjikan, yaitu real estate dan jual-beli tanah. Dia stres, mungkin karena pertemanannya dengan Pak Freddy yang tidak bisa putus. Saya tahu, lingkungan seumuran dia banyak yang memakai sabu-sabu. Mereka secara ekonomi mapan dan berasal dari orang baik-baik.
Sinetron masih sumber utama ekonomi keluarga Anda?
Dulu ya. Sekarang, sinetron sudah enggak bisa dijadikan sumber penghasilan. Suasana syuting sudah enggak nyaman. Tidak ada suasana kekeluargaan. Mas Roy agak malas dan mau beralih profesi menjadi pengusaha.
Beberapa usaha Anda bersama Roy gagal, kenapa?
Tidak semua gagal. Kami masih punya outlet di ITC Ambassador, dan berencana buka di Bandung. Memang kami pernah bikin usaha besi tua, itu gagal. Bikin konfeksi RM Jeans dan membuka supermarket, itu juga enggak jalan. Kami kurang bisa mengontrol. Tapi kami masih punya tabungan. Saya juga tetap menjadi model sebuah produk jamu. Malah, gara-gara kasus Mas Roy, kontrak kerja dengan perusahaan jamu Sidomuncul diperpanjang.
Kapan menjenguk suami Anda ke tahanan?
Rencananya Senin ini, setelah kami berbicara dengan pengacara. Saya sengaja menunggu agar suasana reda, Mas Roy sudah makin tenang dan mau mendengarkan orang lain. Kalau semua marah dan tegang, suasana tidak makin baik.
Anda tahu dari mana Roy ditangkap lagi?
Dari anak-anak, ketika saya sedang makan. Cukup mengagetkan buat saya, karena ini yang kedua kali.
Apa yang diucapkan Roy ketika Anda hubungi?
Dia bilang salah ketemu orang. Dia diajak Pak Freddy, teman lama Mas Roy sewaktu jadi peragawan. Saya kenal baik. Dia juga pernah ditangkap. Mas Roy pernah bercerita mau buka sekolah model dengan Pak Freddy. Saya tidak setuju dan saya enggak izinkan Mas Roy bergaul dengan dia.
Apakah Roy masih mengkonsumsi sabu-sabu?
Saya memang tidak mengontrol pengobatannya, karena dia bilang saya harus percaya sama dia. Mas Roy selalu mengatakan masih ikut terapi pengobatan, tapi saya tidak tahu bagaimana terapinya. Saya pikir dia sudah bersih. Itu bisa saya lihat dari kegiatan sehari-harinya, hanya olahraga pingpong. Setiap kali pergi, dia ingin segera pulang untuk main pingpong.
Roy pernah bercerita soal kehidupan di penjara?
Sampai saat ini, Mas Roy masih tertutup. Dulu saya pernah tanya, apa benar sudah bersih. Dia bilang, ”Tolong jangan ingatkan saya terus.” Ya, sudah, enggak usah dibahas.
Pernahkah Roy menyatakan insaf?
Dia tak bilang insaf. Dia hanya bilang berubah. Saya senang banget. Berubah itu enggak gampang, harus dari kesadaran sendiri.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo