SEORANG pemain belakang harus bisa jadi penyerang. Sebaliknya, seorang penyerang harus bisa menghambat laju lawan. Katakata itu tepat untuk pemain Swedia, Jan Eriksson. Oleh tim manajernya, Tommy Svensson, ia dipercaya menjadi centerback. Tugasnya membayangi terus mesin pencetak gol Prancis, yang menjadi pemain terbaik Eropa, Papin. Papin dibuat hampir tak berkutik. "Tugas saya bagaimana agar lawan tak bisa membuat gol," kata Eriksson, 25 tahun, pemain asal klub IFK Norrkoeping itu. Eriksson bermain di garis belakang tapi efektif membantu penyerangan. Ia membuahkan gol pertama lewat sundulan kepala dari tendangan sudut oleh Anders. Penjaga gawang Prancis, Bruno Martini, terguncang. Itulah kesempatan pertamanya menghasilkan gol bersama tim nasional Swedia. "Pengalaman yang luar biasa. Mudahmudahan menjadi awal yang baik bagi saya dan tim Swedia," katanya. Selain Eriksson, Swedia mempunyai Anders Limpar, 27 tahun. Pemain tengah setinggi 172 sentimeter itu selama ini bergabung dengan Klub Arsenal, Inggris. Penampilan pertama di klub tersebut adalah ketika klub itu menjuarai liga Inggris 1990/1991. Fisiknya kuat, tekniknya brilian, dan pandai mengontrol bola. Tahun lalu Limpar dinobatkan sebagai pemain terbaik Swedia. Sebagai pemain tengah, ia sangat menyukai posisi itu. Tekadnya adalah mengembalikan kenangan lama ketika Swedia mencapai final Piala Dunia tahun 1958. "Kami punya banyak pemain berbakat," kata Limpar yang memfavoritkan Inggris ketimbang Prancis. Tomas Brolin, 22 tahun, dari klub Parma, Italia, juga andalan Swedia. Dia malah dijuluki "Maradona"nya Swedia. Oleh rekanrekannya, Brolin dijadikan tumpuan sebagai motor penyerangan. Fungsinya memang sebagai striker. Dikenal sebagai pemain yang berspirit tinggi, Brolin terlihat seperti kartu mati dalam penampilannya melawan Prancis. Tak lain karena ia dijaga ketat oleh Laurent Blanc. Jika Swedia punya Eriksson, Limpar dan Brolin, Denmark memiliki Brian Laudrup. Ia adalah motor penyerangan dari lini tengah. Manuvernya cukup gesit. Adik striker Michls Laudrup (pemain Barcelona yang tak memperkuat Denmark karena cidera, konon) diberi tugas sebagai pengatur serangan yang elegan. Sejak awal Laudrup punya keyakinan bahwa timnya masih punya kemampuan. "Sepuluh hari cukup menggembleng para pemain untuk menjadi tim kuat. Kami mempunyai segalanya untuk meraih kemenangan dan kami tak perlu menyesal jika harus kalah," kata Laudrup, 23 tahun, pemain yang memperkuat Bayern Munich, Jerman. Penjaga gawang Denmark, Peter Schmeichel, 28 tahun, patut juga diacungi jempol. Ia bisa meredam tendangan keras pemain Inggris Tny Daley. Schemichel masih gesit melompat. Reaksinya menerkam bola juga cepat. Dan kalau perlu, ia berjibaku merebut bola yang berada di kaki lawan. "Tugas saya adalah membendung tendangan lawan," kata kiper yang sudah 47 kali memakai kostum Denmark itu dan kini memperkuat klub Inggris, Manchester United.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini