ESTIMET pimpinan PASI dalam memperebutkan medali SEA Games IX
berantakan di Stadion Merdeka, Kuala Lumpur. "5 emas, 20 perak"
tak lebih dari impian muluk. Di mana letak duduk perkara
sehingga para atlit gagal mencapai target? M.F. Siregar yang
datang ke Kuala Lumpur sebagai "orang preman," mengembalikan
persoalan pada program pembinan.
"Buat kita yang telah mengalami pahit-manisnya pembinaan
jauh-jauh hari sudah menduga bahwa untuk mencapai prestasi
puncak kali dalam jangka waktu 4 bulan sulit sekali," kata
Sekjen KONI Pusat yang juga pengasuh klub Tirta Tarung, itu
perkumpulan renang yang antara lain menghimpun Kristiono, Jerry
Item dan Nunung Selowati. Maksud Siregar jarak PON IX dan SEA
Games IX terlalu dekat. Sedang kehidupan atletik di Indonesia
masih dalam tahap penggalakan, belum rutin.
Hampir di seluruh nomor atlit PASI mengalami kemunduran jika
dibandingkan dengan prestasi mereka di PON IX. Ambillah Carolina
Rieuwpassa yang dipasang untuk nomor 100, 200 dan 400 meter. Di
Jakarta untuk 100 meter Carolin biasa mencatat 12 detik tepat.
Dalam final SEA Games hanya 12,22. Dalam nomor 200 meter makin
buruk. Prestasi Carolin yang 24,7 di PON IX, tidak lebih tajam
dari 25,27 detik di final SEA Games IX. Dalam nomor 400 meter
Carolin malah tidak dapat medali sama sekali. Ia di belakang
Than Than (Burma), Saik Oik Cum dan Angamah (keduanya dari
Malaysia).
Demikian pula dengan Mujiono di nomor lari 400 meter. Ketika dia
mencatat rekor nasional pada PON IX dengan waktu 47,9 detik,
beberapa pimpinan PASI menilai atlit asal Jawa Timur ini masih
akan menanjak terus. Tapi di Kuala Lumpur waktunya 48,67 detik.
Juaranya dari Malaysia, Sukninder Singh, 48,22 detik, yang
sebelumnya praktis tak dikenal orang banyak. Starlet, 15 tahun,
atlit harapan yang diperkirakan akan meraih perunggu dalam nomor
800 dan 15.000 mete, ternyata anjlog kedua-duanya. Namun ia
memperlihatkan potensi besar sebagai pelari jarak menengah.
Dalam nomor 800 meter kwalifikasi, Starlet mencatat 2 menit,
19,78 detik dan keluar sebagai juara. Diikuti Jayamani
(Singapura) 2:21,99. Tapi dalam final sorenya Starlet hanya
mencatat 2 :24,38 -- jauh lebih buruk dari pagi harinya. Kondisi
remaja yang belum stabil ini perlu bimbinan seksama. Tak
mustahil dalam waktu dekat dia akan mencatat waktu jauh di bawah
2 menit 19 detik.
Strategi pembinaan PASI perlu direvisi. Terutama di tingkat
atlit-atlit nasional. Dalam menghadapi Asian Games 1978
(19-26 Desember) tak mustahil pengalaman SEA Games yang
baru lalu akan meningkatkan prestasi anak-anak PASI -- paling
tidak memperbaiki rekor nasional.
Tragisnya di tengah kegagalan PASI di forum SEA Games, orang
hampir lupa akan prestasi gemilang yang dicapai Komot Heruwatno
(lontar martil) dan Jeanny Sumampouw (800 meter). Dua atlit PASI
ini tak syak lagi merupakan bintang Indonesia. Komot meski
menduduki juara kedua dalam lontar martil, prestasinya 42,16
meter merupakan rekor nasional baru. Dia memperbaiki rekor
nasional 41,66 yang dibuatnya sendiri pada PON IX 1977. Jeanny
meski dalam final 800 meter SEA Games IX hanya menduduki tempat
kelima - minus medali kemenangan -- tapi prestasinya 2 menit
15,60 detik berarti perbaikan rekor nasional 2:16,9 yang dibuat
Jeanny sendiri pada PON IX.
Kedua putera-puteri PASI itu patut mendapat bintang tersendiri
darf PASI atau KONI. Ke dalam, prestasi mereka di SEA Games
paling kurang telah meningkatkan anak-tangga menuju ke prestasi
internasional.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini