Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Film

Orangnya betul-betul nyentrik

Wasdri, pemuda asal jawa tengah yang menjadi gelandangan di jakarta dan sempat dipenjara di cipinang diminta oleh sutradara nico pelamonia untuk bermain film.

17 Desember 1977 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

MENGENAI keadaan Wasdri sekarang ini, pembantu TEMPO di Pekalongan Churoi Mulyo memerlukan datang ke Desa Klidang Wetan, Batang, Jawa Tengah. Usaha mewawancarai Wasdri secara tcratur ternyata tidak berhasil. "Orangnya betul-betul nyentrik." Keterangan diperoleh dari keluarga, dan Wasdri -- bagaikan pejabat penting yang menyaksikan juru bicaranya menghadapi wartawan -mendengarkan ibunya bicara: Menjelang Idul Adha kemarin Wasdri kembali ke Jakarta. Kali ini ia berpamitan baik-baik dengan ibunya yang janda, Kaltomah (65 tahun). Ia berbekal uang sekedar ongkos. Hanya ia berdandan cukup keren: berkemeja baru pergelangan tangannya dililit arloji. Mau apa di Ibukota? Ia sendiri tak tahu. Tinggalnya pun di.... emper-emper toko di bilangan Pasar Baru. Wasdri (26) bilang: "Yah, gelandanganlah." Tapi ia gelandangan yang mujur. Di salah sebuah emper toko ia ketemu Sutradara Nico Pelamonia. Sutradara ini memang sengaja memburu Wasdri untuk membintangi filmnya yang berjudul Wasdri itu. Sebelumnya memang sudah diubernya ke Desa Klidang Wetan, Batang (Jawa Tengah), kampung halaman Wasdri -- tak ketemu. Dan Nico berhasil setelah mengubek tempat-tempat gelandangan. Sejak itu Wasdri di bawah "perlindungan" sang sutradara. Tapi pemuda Batang itu enggan tinggal di rurnah Nico. "Malu, ah", katanya. Ia hanya mau menerima suplai uang makan dan rokok. Dasar Wasdri. Tampangnya memang angin-anginan. Pada hari Selasa malam Rabu, pertengahan bulan lalu, ia mbolos dan kembali ke kampung halamannya. Untuk itu ia terpaksa menjual arlojinya, Rp 600, padahal dulu dibelinya dengan harga Rp 5.000. Juga kemejanya yang dulu dibelinya tak kurang dari Rp 3.000, dijualnya saja Rp 500. Itupun hanya cukup untuk sampai ke Tegal. Untuk melanjutkan perjalanan ke Batang dijuallah baju yang melekat di badannya, Rp 200. Dengan menahan lapar dan keinginan merokok, sampai juga Wasdri di rumah. Tempo hari, begitu jadi pokok berita (dihukum 3 bulan dengan tuduhan memeras jaksa wanita) ia jadi terkenal juga di kampungnya sendiri. Ketika diberitakan koran bahwa dia akan pulang selepas dari Penjara Cipinang, orang sekampung pada menunggununggu. Ibu Kaltomah, janda Lurah Dasimun, sedih menyambut anaknya "Dia tinggal balung (tulang) dengan kulit saja." Mana loyo dan sakit-sakitan lagi. Tapi kampung Klidang Wetan lantas kebanjiran tamu - padahal tempatnya terpencil di sebelah utara Kota Batang. Ada wartawan, pelajar, mahasiswa, guru -- hampir semuanya membawa sumbangan. Mahasiswa UGM misalnya, datang ke sana membawa oleh-oleh kaos oblong bergambar Wasdri dan uang sumbangan Rp 37.000. Wasdri menerima sekitar Rp 125.000 - termasuk yang lewat pos wesel. Tapi, menurut ibu Wasdri, uang itu habis juga untuk membiayai anaknya. Untuk memulihkan kesehatan, Wasdri ini sekarang minta disediai telur dan susu setiap pagi. Di samping itu ibunya juga memandikannya dengan air panas dan mencekoki jamu dari seduhan daun johar. Untungrlya, sebelum uang habis, sempat juga dibelikan 10 ekor kambing. "Untuk tabungan," kata ibu. Wasdri sendiri tak tahu kalau namanya dibicarakan orang lagi sehubungan dengan 'pemasungan kreativitas.' "Tak pernah lihat koran lagi, sih," katanya. Ia merasa lebih tenang tinggal di kampung. Tak ada pekerjaan apa-apa. Badannya sudah mulai kekar. Apalagi kalau lagi nampang dengan jaket jeannya. "Ini dari Pak Nico," ujarnya bangga. Dan di dalamnya tampak kaos putih bergambar wajahnya, pemberian mahasiswa UGM. Ia tinggal bersama ibu, adik, ipar serta keponakan. Rumahnya sendiri kecil, 4 x 10 meter, beratap rumbia dan sudah condong. Lantai tanah. Ruang depannya tempat warung ibunya: makanan kecil, kerupuk dan es. Dulu pernah jual rokok. Sekarang tidak lagi - "habis diisap Wasdri sendiri." Cita-cita Wasdri sekarang, kata ibunya, ingin kawin dcngan seorang gadis, anak Pak Mustajab. Ini bikin pusing keluarganya. Maklum yang diincar Wasdri ini termasuk anak orang terhemuka di sana. Tapi kata kakaknya, Tohali: "Wasdri memang agak nyentrik, tapi sckarang sudah sedikit mendingan."

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus