KEUTUHAN dalam tubuh Federasi Bulutangkis Internasional (IBF)
akhirnya tak dapat dipertahankan. Di Hongkong, 25 Pebruari
lalu, RRC yang menolak untuk duduk berdampingan dengan Taiwan
melahirkan organisasi tandingan sebagai jawaban terhadap
berlarut-larutnya penyelesaian masalah "Dua Cina" di IBF. Wadah
baru yang didirikan oleh 13 negara Asia-Afrika itu diberi nama
Federasi Bulutangkis Dunia (WBF).
Lahirnya organisasi tandingan yang tak disangka akan secepat itu
tak kurang mengagetkan IBF. Mengingat dalam pertemuan IBF di
Haarlem, Negeri Belanda dua pekan sebelumnya telah dicapai
kesepakatan untuk mendepak Taiwan dari federasi. Hanya saja kata
sepakat itu tidak dituangkan dalam bentuk final. Keputusan
resminya baru akan dikeluarkan pada sidang tahunan IBF di
Auckland, Selandia Baru pertengahan Mei ini.
Tinggal Indonesia Dan Jepang
Kesepakatan Haarlem itu ternyata tak mampu melunakkan sikap RRC
terhadap IBF. Sekalipun sudah bisa dipastikan Taiwan tidak lagi
bakal menduduki kursi Cina, namun RRC kelihatan tak cukup
bergairah untuk menggantikannya. "Kami akan tetap dalam WBF,"
ujar Ketua Persatuan Bulutangkis RRC Chu Tse. "Soalnya, IBF itu
sudah kuno." Sikap tersebut disampaikan Chu Tse kepada Ketua
PBSI, drs. Sudirman yang melawat ke Peking dua minggu lampau
dalam rangka memenuhi undangan tuan rumah dan sekaligus untuk
menjajagi pendirian mereka terhadap IBF. "Meski demikian, kami
memuji usaha tuan-tuan untuk mengeluarkan Taiwan dari IBF,"
lanjut Chu Tse.
Alasan utama RRC untuk tetap bertahan dalam WBF, menurut
Sudirman, dikarenakan mereka merupakan sponsor dari pembentukan
wadah tandingan tersebut. Faktor lain yang diungkapkannya adalah
mengalirnya dukungan terhadap WBF. Malaysia dan India yang
semula belum menentukan sikap, kini secara resmi menyatakan
bergabung dengan WBF. Dari negara-negara anggota Konfederasi
Bulutangkis Asia (ABC) hanya tinggal Indonesia dan Jepang yang
belum mengikuti jejak rekan seperkumpulan. Sekalipun konfederasi
sudah enbloc mendukung WBF. "Meski kita tidak menjadi anggota
WBF, namun kita tetap menjadi anggota ABC," kata Sudirman.
Bertahannya Indonesia dalam IBF bisa difahami, memang. Mengingat
Indonesia adalah pemegang supremasi bulutangkis putera maupun
puteri yang dilambangkan dengan Piala Thomas dan Piala Uber --
kedua piala ini merupakan simbol turnamen IBF. Dalam
pertemuannya dengan Chu Tse maupun dengan Menteri Orahraga RRC,
Wang Mung memang faktor itulah yang dikemukakan Sudirman dalam
menampik tawaran WBF. "RRC kelihatan mengerti akan posisi
Indonesia yang tetap mempertahankan keanggotaan IBF. Sebaliknya
kita juga faham mengapa RRC bertahan dengan WBF," ujar
Sudirman.
Teguhnya masing-masing fihak, baik pendukung IBF maupun
penyokong WBF, dalam memilih wadah sudah barang tentu persatuan
bakalan sulit akan dicapai. Sekalipun demikian, Sudirman masih
optimis akan bernaungnya dunia bulutangkis di bawah satu payung.
"Kenapa tidak mungkin. Asalkan IBF dan WBF tidak bersikap
konfrontatif," kata Sudirman.
Melihat RRC tak mungkin dibujuk lagi untuk masuk IBF, masih
perlukah Taiwan dikeluarkan dari IBF? Bukankah RRC tak bakalan
mengutak-atik lagi keanggotaan mereka? Tapi di mata Sudirman
persoalannya tampak belum selesai. "Indonesia tetap akan
memperjuangkan dikeluarkannya Taiwan dari keanggotaan IBF. Hal
ini untuk membuktikan bahwa PBSI bersikap konsekwen mengenai
masalah Taiwan," lanjut Sudirman.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini