PELATIH Brasil Sebastiao Lazaroni mengumumkan nama-nama pasukannya ke Piala Dunia 1990 Italia, pertengahan April lalu di Rio de Janeiro. Dua puluh dua nama yang diumumkan itu adalah hasil kerja Lazaroni selama 12 bulan. Termasuk beberapa uji coba, di antaranya mengalahkan favorit juara dan tuan rumah Italia dengan 1-0 dan kalah 0-1 dari Inggris. Tampaknya, Lazaroni tak mau terlalu berisiko dengan merombak tim Piala Dunia 1986. Tujuh dari 22 nama itu adalah anggota Piala Dunia 1986 di Meksiko. Yang menonjol, dalam tim Lazaroni ini, 11 orang adalah pemain yang malang melintang di kompetisi Eropa. Selebihnya berasal dari klub dalam negeri, seperti Vasco da Gama, juara bertahan kompetisi Brasil saat ini, lalu Botafogo, Flamengo, dan Sao Paulo. Kecuali mereka yang masih harus bertanding di Eropa, Lazaroni akan menggembleng pasukannya di Teresopolis, sebuah daerah pegunungan sekitar 90 km dari Rio de Janeiro. Dan jauh-jauh hari sebelum sampai di Italia, Lazaroni sudah mengirim sinyal-sinyal pertempuran pada lawan-lawannya. "Setiap pertandingan bagi kami adalah perang," katanya tegas. Lazaroni rupanya menganggap penting menciptakan perang urat saraf pagi-pagi. Tapi para pengamat bola menganggap itu cuma cara Lazaroni meredam kekhawatirannya karena penyerang tengah andalannya, Romario Faria, yang bermain di klub PSV Eindhoven, belum pasti tampil di Italia. Maret lalu, Romario mengalami patah kaki dalam sebuah pertandingan di kompetisi Belanda. Padahal, dari kaki pemain 24 tahun itulah diharapkan lahir gol-gol emas. Seperti ketika Romario mencetak gol tunggal ke gawang Uruguay, dalam final Copa Amerika 1989. Cedera Romario memaksa Lazaroni memanggil pemain depan Renato, 27 tahun, pemain temperamental yang dicoret pelatih Tele Santana dari tim Piala Dunia 1986. Renato yang bermain untuk Gremio ini kemudian bergabung dengan AS Roma, tapi bintangnya kurang terang di sana sehingga ia memutuskan kembali ke negerinya, membela klub Flamengo sampai sekarang. Selain Renato, di depan ada Muller, Bebeto, dan Careca. Tak pelak lagi, pada Careca-lah harapan Brasil nanti karena Careca, yang nama aslinya Antonio de Oliveira Filho, adalah top scorer Brasil di Piala Dunia 1986. Bahkan, pada 1986 itu, Careca dinobatkan sebagai olahragawan terbaik Brasil. Sayang, memang, ia tak bisa tampil ketika Brasil menjuarai Copa America 1989. Ketika itu ia menderita cedera cukup serius sewaktu memperkuat Napoli di kompetisi Italia. Tapi jangan lupa, teman dekat Maradona inilah kunci kemenangan yang membawa Brasil merebut tiket ke Italia. Di babak penyisihan, Careca antara lain mencetak empat gol ketika Brasil berjumpa dengan Venezuela. Dan ia mencetak satu gol penting ke gawang Cili. Catatan kehebatannya bisa jadi sebuah daftar panjang. Seusai Piala Dunia 1986, penyerang tengah Sao Paulo ini masih sempat mengantar timnya untuk menjuarai kompetisi Brasil 1986/87. Tak kurang dari 25 gol disumbangkan Careca ke Sao Paulo, yang membuat Napoli ngiler ingin mentransfernya. Dengan nilai transfer sekitar Rp 9 milyar, Careca akhirnya bergabung dengan Maradona di Napoli pada musim panas 1987. Rupanya, udara Napoli cocok untuk Careca. Di musim kompetisi 1987/88, ia mencetak 13 gol atau kurang dua gol dibandingkan top scorer Maradona. Di kompetisi Italia, ia bisa bersaing dengan Ruud Gullit atau Marco van Basten, atau bintang-bintang Italia yang berserakan di AS Roma, Sampdoria atau Juventus. Ini merupakan modal penting bagi dia dan tim Brasil di Piala Dunia 1990 nanti. Apalagi, di Piala Dunia nanti, Careca dan sepuluh anggota tim Brasil seperti bermain di kandang sendiri. Faktor lain yang juga menguntungkan, Careca sudah mencatatkan diri -- paling tidak di mata para pengamat -- sebagai pemain depan paling berbahaya selama tiga tahun ini di Italia. Trio Ma-Gi-Ca (Maradona-Giordano-Careca) dari Napoli sudah dikenal keganasannya. Tak banyak yang tahu kapan "orang berbahaya" itu mengawali karier sepak bolanya. Yang diketahui, pada usia 17 tahun Careca sudah memperkuat klub Guarani ketika menjuarai kompetisi 1978. Kepindahannya ke Sao Paulo agaknya membuat kariernya sedikit terhambat. Untung saja ia sering memperkuat tim nasional dan ia untuk pertama kali bermain di Piala Dunia 1982. Namun, beberapa hari menjelang bertanding, Careca lagi-lagi dililit cedera. Ia harus menunggu empat tahun untuk mempertontonkan kebolehannya. Dan itu ditunjukkannya di Piala Dunia 1986. Di Italia, penampilan Careca layak ditunggu. Apalagi ia akan bersaing menjebol gawang lawan dengan sahabat karibnya sendiri, Diego Maradona. Toriq Hadad
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini