Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Mike Tyson mengungkapkan tantangan hidupnya untuk meraih sukses dalam karier tinju. Menurut dia, konsistensi dan dedikasi menjadi kunci sukses dalam meraih juara di tinju profesional. "Dedikasi dan mengorbankan kehidupan pribadimu adalah tantangan," ujar Tyson dalam acara bertajuk "Life Lesson from The Champ" di Mola TV, Jumat, 2 Oktober 2020.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Dalam perbincangan dengan mantan Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti, Mike Tyson mengatakan banyak hal yang harus dikorbankan untuk berkarier sebagai atlet. "Dulu saya tidak pacaran, tidak punya banyak teman, tidak ke sekolah. Saya fokus berlatih tinju," kata laki-laki 54 tahun yang pernah menyandang gelar juara dunia tinju kelas berat versi WBA, IBF, dan WBC.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Selain dedikasi dan konsistensi, Tyson, The Baddest Man on the Earth, juga mengatakan bahwa seorang petinju tidak seharusnya meragukan kemampuan diri sendiri. Menurut dia, tanpa kepercayaan diri, seseorang bakal sulit untuk meraih apa yang diinginkannya.
Mantan Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti dan legenda tinju kelas berat Mike Tyson dalam acara bertajuk "Life Lesson from The Champ" di Mola TV, Jumat, 2 Oktober 2020. Doc. Mola TV.
The Iron Mike pun mengungkapkan sosok paling berpengaruh dalam kariernya saat ditanya Susi Pudjiastuti tentang sosok paling berpengaruh dalam perjalanan kariernya. Ia adalah Cus D'Amato, pelatih yang menangani Tyson semasa muda. Tyson masih menganggapnya sosok yang berjasa dalam kariernya.
Cus D'Amato, laki-laki bernama lengkap Constantine D'Amato, adalah mantan petinju yang beralih sebagai pencari bakat tinju. Laki-laki kelahiran New York, 17 Januari 1908 itu menemukan bakat Mike Tyson saat berada di penjara. Selain sebagai pelatih, D'Amato juga berperan sebagai ayah angkat bagi Tyson.
Dalam buku autobiografinya, Tyson menyebut D'Amato sebagai satu-satunya sosok yang membuatnya ketakutan. Jika D'Amato memanggilnya dalam keadaan mendesak, ia merasa tidak nyaman. "Dia mulai memberi saya kritik secara terperinci tentang penampilan tinju saya," ujarnya. D'Amato meninggal Rumah Sakit Mount Sinai di Manhattan pada tahun 1985 di usia 77 tahun akibat penyakit penumonia.