"ALI adalah raja dunia tinju. Sementara saya tak mengerti soal
itu", tutur juara gulat dunia prof, Antonio Inoki, 33 tahun,
selepas penanda-tanganan kontrak pertandingan eksibisi dengan
Muhammad Ali, Desember lalu. "Jika hanya bertinju saya jelas
akan kalah dari Ali. Tapi gulat pun mempunyai seni tersendiri.
Dan dalam pertarungan antara tinju dan gulat nanti, saya yakin
dapat mengalahkan Ali". Perang urat syaraf antara, dua jagoan
berlainan kiblat berlanjut terus dan tak pernah reda. "Sesuatu
yang buruk akan menimpa Inoki. Ia mungkin akan terbunuh oleh
pukulan-pukulanku", ramal Ali. Dan "itu kemungkinan akan terjadi
dalam 1 menit atau mungkin pada tempo 10 detik pertama".
Sementara Antonio (Pelican) Inoki tak kurang menyiapkan sebuah
tongkat penopang bagi calon lawannya. "Ini mungkin anda perlukan
setelah pertarungan nanti", ejek Inoki pada Ali.
Tapi apa- yang terjadi di Budokan Hall, Tokyo, Sabtu 26 Juni
pagi ternyata tidak berakhir dengan keseraman yang digambarkan
dalam perang urat syaraf sebelumnya. Dipimpin oleh wasit Gene
lebell, juara judo Amerika Serikat, kedua kontestan ini hampir
tak bergebrakan sama sekali. Karena begitu bel berbunyi, Inoki
langsung menyapu Ali dengan kakinya. Dan tetap mempertahankan
posisi gulatnya -- menelentang di kanvas sambil melancarkan
serangan dengan kaki -- sepanjang ronde. Sementara Ali, 99 kg,
memperlihatkan kelincahannya mengelakkan jangkauan kaki Inoki
sambil berdansa. Dan tak lupa melontarkan ejekan untuk memancing
kemarahan lawan. Agar Inoki mau melayani kemauannya: bertarung
sambil berdansa. Tapi ajakan itu hampir tak dipenuhi oleh
Inoki. Ia tetap mepertahankan caranya.
Taktik yang dipakai Inoki, 100 1/2 kg, nyaris melibat Ali,
memang. Ketika di ronde ke-5 sabetan kakinya sempat membuat Ali
terduduk. Tapi dengan suatu gerakan yang cepat Ali berhasil
melepaskan diri dari kesulitan sebelum lawan berkesempatan
memiting tubuhnya. Juga pada ronde ke-6 dan ke-7 Ali kembali
berkenalan dengan kanvas. Bahkan di ronde ke-6, ia sempat
kecolongan oleh sikut Inoki. Kendati wasit memberi peringatan
atas perbuatan Inoki tersebut. Akan Ali sempat pula melayangkan
pukulan jab di muka Inoki di ronde ke-7, 10,13,14 dan 15
--masing-masing 1 kali untuk setiap ronde, tapi tak merepotkan
lawan. Sementara balasan yang diberikan Inoki dengan tendangan
kakinya sempat membuat bagian belakang tungkai Ali membengkak.
Pitam
Melihat kenyataan serangan yang dilancarkan Inoki mulai tak
menguntungkan dirinya, Ali bergegas memprotes perbuatan itu pada
wasit. Dengan dalih ujung sepatu Inoki dianggap dapat
membahayakan dirinya karena ketajaman. Protes itu diterima.
Sehingga sejak pertengahan ronde ke-8 itu, ujung sepatu Inoki
terpaksa dibalut. Usaha menyerang lawan antara kedua belah fihak
makin menemui puncak menjelang ronde-ronde terakhir. Pada ronde
ke-13, Inoki sempat menerkam Ali yang bersandar di tambang. Tapi
itu dengan cepat dilerai wasit -- sebab dalam pertandingan gulat
pertarungan tidak boleh dilakukan di luar matras (di sini
tambang dianggap sebagai batas). Meskipun wasit sudah menyuruh
lepaskan, namun Inoki tampak enggan untuk membiarkan kesempatan
yang diraihnya begitu saja. Dan kelakuan Inoki itu sempat
membuat Ali naik pitam. Bahkan memprotes untuk turun dari ring.
Barang Dagangan
Pertarungan antara 2 seni bela diri yang berlainan ini yang
disebut promotor sebagai pertarungan 'abad ini' -- kecuali dalam
soal bayaran, barangkali Sebab dari pertandingan seri ini Ali
mendapat 6 juta dolar AS, sementara Inoki memperoleh 4 juta
dolar AS ternyata tak lebih dari 'dagelan' semata. Tapi mau
menuntut apa lagi dari mereka bukankah baru pertama kali ini
gulat dan tinju dipertandingkan?
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini