RASA kecewa yang merundung pengunjung setia stadion utama
Senayan atas kemerosotan mutu team nasional, kelihatan mulai
terobati setelah PSSI Harimau memancang awal kebolehan dengan
menahan kesebelasan Stoke City, Inggeris (1-1), Sabtu 26 Juni
malam lalu. Team yang diproyeksikan dari sisa-sisa pemain Pre
Olimpik, meski dipersiapkan dengan luang waktu yang pendek,
bukanlah merupakan suatu kesebelasan asal jadi. Sekalipun
kerjasama yang terjalin di semua lini tidak sekokoh team Pre
Olimpik yang utuh, namun kelemahan itu masih tertopang oleh
ketrampilan perorangan yang lumayan. Penopangan tingkat
perorangan itu pulalah yang menunjang kehadiran pemain depan,
Tumsila dalam keutuhan team dan komunikasi yang klop. Terutama
ketika Andi Lala berhasil melepaskan diri dari sergapan back
kiri Stoke City, Danny Bowers dan memberikan umpan jitu yang
tinggal menunggu penyelesaian dari Tumsila. Di situ terungkap
kebesaran dirinya pada saat yang kritis. Tumsila yang seolah
minta diuji, menyundul operan Andi Lala pada waktu yang tepat di
sela-sela pertahanan musuh yang rapat. Gol balasan itu bersarang
keras di jala tanpa teraih oleh kiper P. Jennings.
Lupa Pada Auri
Kerja sama yang rapi itu, juga diperlihatkan oleh Wahyu Hidayat
yang menempati posisi back kiri. Meski geraknya sedikit lambat,
antisipasinya cukup kuat. Ia tidak mengalami kesulitan dalam
mencegat interpass yang pendek-pendek. Juga dalam mengendalikan
tipuan-tipuan penyerang lawan. Kelebihan lainnya, ia tidak
terlalu membutuhkan ruang gerak yang luas dalam bertindak.
Melihat permainan Wahyu malam itu, publik tak lagi
memperbincangkan ketimpangan yang ditinggalkan Johannes Auri
pada team PSSI Harimau.
Tapi sebaliknya untuk rusuk pertahanan sebelah kanan.
Ketidak-hadiran Sutan Harhara -- cedera ketika melakukan
pertandingan percobaan di Bandung -- ternyata cukup merepotkan
bagi gelandang kanan, Suaeb Rizal maupun poros halang, Oyong
Lisa dalam membendung serangan lawan. Sebagai muka baru di
barisan pemain nasional, Dananjaya tidak terlalu mengecewakan,
menang. Tapi juga tidak dapat diharap bauyak mematahkan gebrakan
musuh dengan taktis. Ia sering kelihatan tercecer di belakang
lawan yang seharusnya dihadangnya. Atau merapat ke dalam. Hingga
memberi peluang untuk melepaskan tembakan yang lebih besar pada
lawan. Dalam melakukan penetrasi ke daerah musuh, ia pun tak
begitu banyak membantu. Kondisi permainan yang sama, juga
dilihatkan oleh penggantinya, Matui. Hanya saja Matui lebih
banyak bergerak ketimbang Dananjaya.
Di lapangan tengah, bentuk permainan yang belum pulih itu tampak
pada diri Junaidi Abdillah. Kelincahannya dalam menyodorkan biji
longkong pada pemain depan seperti selama ini, hampir tak
kelihatan sama sekali. Tak jarang Iswadi harus bergerak naik
turun untuk menutupi kelemahan itu. Sehingga untuk merobek
pertahanan lawan, ia seolah kehabisan nafas. Akan Anjas Asmara
dan Sofyan Hadi, mereka pun kelihatan tidak memperlihatkan
bentuk permainan yang prima. Sebetulnya pola serangan PSSI
Harimau itu akan tampak lebih hidup andaikata Junaidi tidak
dirongrong oleh kondisinya yang belum pulih itu. Di mana
kehadiran Iswadi dalam tugas penghubung tidak akan banyak
dituntut. Cukup diserah pada trio Anjas-Junaidi-Sofyan.
Ditariknya Iswadi ke tengah, tentu saja menumpul kerjasama di
lini penyerangan. Meski Andi Lala dan Tumsila telah berusaha
menutupi kelemahan itu dengan kerja keras. Tanpa bantuan Iswadi
dari sayap kanan, usaha mereka kelihatan sering gagal menemui
bentuk. Hingga tak ayal beberapa peluang yang menuntut
penyelesaian gagal akibat ketimpangan itu. Dalam keadaan
demikian orang pun berpaling pada kisdianto. Tapi harapan itu
ternyata sia-sia. Iarena Risdianto masih dalam keadaan cedera
pula.
Turun tanpa 2 pemain inti yang cedera -- Sutan Harhara dan
Risdianto-serta Junaidi yang belum pula pulih keadaannya, PSSI
Harimau cukup berhasil memulihkan gengsi kesebelasan nasional di
mata masyarakat. Tapi faktor keberhasilan itu sudah barang tentu
tidak terlepas dari usaha dan wibawa team manager Hutasoit dan
pelatih Sinyo Aliandu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini